Pecihitam.org<\/strong> – Beliau seorang Mujtahid mutlak terkenal dan juga merupakan Ulama ahli sufi. Seorang waliyullah yang bernama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Abd Al-Muthalib bin Abd al-Manaf. (Al-Mukhtar min manaqibil akhyar, juz 4, hal 307<\/em>) <\/p>\n\n\n\n Nasabnya bertemu dengan Rasulullah SAW pada kakeknya, Abdul Manaf. Karena itu Imam Syafi\u2019i sering disebut anak paman Rasul. Imam Syafi\u2019i <\/a><\/strong>lahir di Gaza, Palestina, pada tahun 150 H\/767 M.<\/p>\n\n\n\n Diriwayatkan pula bahwa, Imam Pendiri mazhab yang paling banyak dianut masyarakat Islam itu lahir pada malam hari. Bersamaan dengan wafatnya sang Imam Mujtahid Muthlak Abu Hanifah (pendiri mazhab Hanafi). <\/p>\n\n\n\n Sebahagian besar Alim ulama memandang yang bahwa adanya keutamaan tersendiri terkait hal tersebut.\u00a0 Karena disaat seorang ulama besar wafat, Imam penggantinya sudah dilahirkan.<\/p>\n\n\n\n Imam Syafi\u2019i mulai mempelajari ilmu fiqih pada\ngurunya yang bernama Muslim bin Khalid. Dalam pengawasan sang guru,\nperkembangan Imam Syafi\u2019i semakin tumbuh pesat sebagai ahli fiqih muda. Bahkan\nsang gurunya tersebut memperbolehkan Imam Syafii berfatwa di masa remajanya\nitu.<\/p>\n\n\n\n Imam Syafi\u2019i pernah mengisahkan proses belajar yang di tempuhnya, Beliau berkata:<\/p>\n\n\n\n \u201cAku berada dalam asuhan Ibuku sebagai anak yang yatim. Ibuku tidak mampu membayar seorang guru untuk mengajariku ilmu. Namun demikian, guruku itu ridha dan merasa bahagia bila suatu hari aku menjadi penggantinya\u201d. <\/p>\n\n\n\n \u201cMaka setelah aku menamatkan Al-Qur\u2019an, aku\nmenghadiri halaqah di masjid dan berkumpul bersama para ulama untuk menghafal\nhadis dan masalah-masalah agama. Sementara tempat tinggal kami terletak di\njalan bukit Al-Khaif. Aku menulis di atas tulang, setelah banyak, maka\ntulang-tulang yang berisi tulisan itu aku masukkan ke dalam sebuah bejana\nbesar.\u201d (Hilyatul Auliya\u2019 juz 9 hal. 73<\/em>)<\/p>\n\n\n\n Semangatnya luar biasa, memiliki himmah yang\nsangat tinggi disertai istiqamahnya dalam menuntut ilmu. Sehingga dengan sebab\nitulah beliau telah mampu menghafal Al-Qur\u2019an pada usia 7 tahun, dan ini\nmerupakan salah satu karomah yang diberikan Allah kepadanya. <\/p>\n\n\n\n Setelah menimba ilmu di Mekkah, Imam Syafi\u2019i menghafal Kitab Muwattha\u2019, kitab Hadits karya seorang waliyullah terkenal, bernama Malik bin Anas<\/strong><\/a>, Imam besar Madinah kala itu, dan pendiri Mazhab Maliki, salah satu dari mazhab yang masyhur lagi muktabar di dunia. <\/p>\n\n\n\n Diriwayatkan bahwasanya Imam Syafi\u2019i menghafal\nkitab Muwattha’ yang memuat ribuan hadis tersebut hanya dalam sembilan hari. MaasyaaAllah!<\/em><\/p>\n\n\n\n Disaat pertama sekali Imam Malik ra berjumpa\ndengan Imam Syafi\u2019i ra, beliau mengungkapkan kekagumannya dan mengisyaratkan\nadanya suatu kemuliaan pada diri Imam Syafii. <\/p>\n\n\n\n Imam Malik berkata kepadanya: \u201cSungguh Allah \u2018Azza wa Jalla telah meletakkan cahaya dalam hatimu, maka jangan sampai ia padam dengan sebab perbuatan maksiat,\u201d. Imam Syafi\u2019i menimba ilmu darinya sejak tahun 164 H sampai gurunya tersebut wafat, yakni pada tahun 174 H.<\/p>\n\n\n\n