Pecihitam.org <\/strong>\u2013 Dalam program acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang tayang pada \u00a0Selasa, 5 November 2019, malam, Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idrus angkat bicara soal isu radikalisme.<\/p>\n\n\n\n Irfan mengatakan, radikal dibagi dalam dua bentuk yakni radikal\nkonstruktif yang positif dan radikal destruktif yang bersifat negatif.<\/p>\n\n\n\n \u201cRadikal itu radik berpikir sampai akar-akar, sampai tuntas, holistik\ndari hulu ke hilir,\u201d ungkap Irfan, dikutip dari Tribunnews, Rabu, 6 November 2019.<\/p>\n\n\n\n \u201cCiri orang yang berpikir radikal konstruktif yakni berpikir komprehensif,\nberpikir sistematis, dan berpikir universal,\u201d sambungnya.<\/p>\n\n\n\n Menurutnya, ketika sudah menjadi radikalisme orang mulai mengarah kepada hal yang\nnegatif. Sebab seseorang bisa\nmenjadi radikal dalam arti yang negatif yaitu berujung pada aksi teror.<\/p>\n\n\n\n Irfan\nmenuturkan, terorisme dilahirkan oleh seorang ibu yang bernama radikalisme.<\/p>\n\n\n\n “Sebab\nseseorang bisa menjadi radikal dalam arti destrukrif atau negatif yang berujung\npada aksi teror, karena terorisme itu dilahirkan oleh seorang ibu yang bernama\nradikalisme,” ujarnya.<\/p>\n\n\n\n Ia pun menegaskan bahwa semua yang teroris itu adalah radikal tetapi tidak\nsemua yang radikal itu teroris.<\/p>\n\n\n\n “Jadi semua yang teroris itu radikal\ntetapi tidak semua yang radikal itu teroris, dan jangan terpancing oleh\nkehendak yang ingin mengacaukan keutuhan kita berbangsa di tengah ramainya\nperbedaan kita,\u201d terang Irfan.<\/p>\n\n\n\n Menurut penilaiannya, ada banyak faktor yang menyebabkan orang bisa bertindak\nradikal.<\/p>\n\n\n\n “Pertama,\npendidikan tetai tidak juga contohnya dokter Azhari dia doktor tapi\nteroris,” ujarnya.<\/p>\n\n\n\n Irfan\nmenegaskan, bisa jadi karena faktor pendidikan tetapi secara holistik tidak\nbisa disimpulkan demikian.<\/p>\n\n\n\n “Kedua,\nekonomi, orang dapat menjadi radikal jika kosong pikiran,kosong hati, kosong\nperut, dan kosong dompet,” ungkapnya.<\/p>\n\n\n\n Kekosongan-kekosongan tersebut, kata Irfan, dapat menyebabkan siapa pun menjadi radikal.<\/p>\n\n\n\n “Ketiga,\nkecewa dan merasa terpinggirkan, tetapi tidak juga karena banyak sekarang orang\nterpinggirkan di hotel-hotel itu yang ahli hisab tidak bisa sembarang merokok\nitu juga terpinggirkan tetapi tidak lantas menjadi radikal,” jelasnya.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":" Pecihitam.org \u2013 Dalam program acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang tayang pada \u00a0Selasa, 5 November 2019, malam, Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idrus angkat bicara soal isu radikalisme. Irfan mengatakan, radikal dibagi dalam dua bentuk yakni radikal konstruktif yang positif dan radikal destruktif yang bersifat negatif. \u201cRadikal itu radik berpikir sampai akar-akar, sampai tuntas, holistik dari […]<\/p>\n","protected":false},"author":15,"featured_media":18991,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[2,3],"tags":[1283],"yoast_head":"\n