Pecihitam.org – <\/strong>Dalam seluruh aspek kehidupan termasuk dalam hal kepemimpinan, Rasulullah adalah suri tauladan bagi para umatnya. Alquran menegaskan bahwa, \u201cSesungguhnya telah ada pada (diri) Nabi Muhammad SAW itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.\u201d (QS al-Ahzab (33): 21).<\/p>\n\n\n\n

Sepanjang sejarah kehidupan umat\nmanusia Nabi Muhammad SAW merupakan sosok pemimpin yang paling berpengaruh. Hal\nini diakui oleh Michael Hart seorang penulis Barat dalam bukunya \u201cThe 100, a\nRangking of The Most Influential Persons in History\u201d. Dengan sangat obyektif ia\nmenempatkan Nabi SAW sebagai orang paling berpengaruh dalam sejarah.<\/p>\n\n\n\n

Hal itu menunjukkan bahwa Nabi SAW\nmemiliki kecerdasan manajerial yang tinggi dalam mengelola, mengatur, dan\nmenempatkan anggota masyarakatnya dalam berbagai posisi sesuai kemampuannya,\nsehingga dapat mencapai tujuan utama, yaitu membangun masyarakat madani yang\nberlandaskan nilai-nilai Ilahi.<\/p>\n\n\n\n

Dalam setiap menjalankan kepemimpinan, Rasulullah SAW selalu mengedepankan akhlak mulia . Hal ini diakui oleh Husain bin Ali<\/a> sebagai cucu Nabi SAW. Bahwa Nabi adalah pribadi yang menyenangkan, santai dan terbuka, mudah berkomunikasi dengan siapa pun, lemah lembut dan sopan, tidak keras dan tidak terlalu lunak, tidak pernah mencela, tidak pernah menuntut dan menggerutu, tidak mengulur waktu dan tidak tergesa-gesa.<\/p>\n\n\n\n

Orang-orang yang bersikap obyektif\ndari kalangan non-muslim pun mengakuinya. Washington Irfing, seorang orientalis\ndan salah seorang penulis besar Amerika yang menjadi kebanggaan Amerika Serikat\ndan negara lain di abad sembilan belas Masehi, lahir tahun 1832 M di kota\nWashington dan meninggal tahun 1892 M. Dia berkata, \u201dRasulullah SAW adalah\npenutup para nabi, rasul paling agung yang diutus oleh Allah SWT untuk menyeru\nmanusia kepada penyembahan kepada Allah SWT.\u201d<\/p>\n\n\n\n

George Bernard Shaw, seorang Filosof\nInggris dan penulis alur cerita film di Inggris yang terkenal, lahir di\nIrlandia, meraih Nobel di bidang sastra tahun 1920 M. Dia berkata, \u201dAku telah\nmembaca kehidupan Rasul Islam dengan baik, berkali-kali dan berkali-kali, dan\naku tidak menemukan kecuali akhlak-akhlak luhur yang semestinya, dan aku sangat\nberharap Islam menjadi jalan bagi dunia.\u201d Dan masih banyak pengakuan non-Muslim\nterkait keluhuran akhlak Nabi SAW (lihat dalam Pesona Akhlak dan Kekuatan\nPribadi Manusia Teragung Sepanjang Masa, karya Hisyam Muhammad Sa\u2019id Barghisy,\nalih bahasa Izzudin Karimi).<\/p>\n\n\n\n

Nabi SAW memiliki rasa empati dalam\nmemimpin. Nabi tidak pernah mencaci seseorang dan menegur karena kesalahannya,\ntidak mencari kesalahan orang lain, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat.\nKalau Nabi berbicara, yang lain diam menunduk seperti ada burung di atas\nkepalanya, tidak pernah disela atau dipotong pembicaraannya, membiarkan orang\nmenyelesaikan pembicaraannya, tertawa bersama mereka yang tertawa, heran\nbersama orang yang heran, rajin dan sabar menghadapi orang asing yang tidak\nsopan, segera memberi apa yang diperlukan orang yang tertimpa kesusahan, tidak\nmenerima pujian kecuali dari yang pernah dipuji olehnya (HR Tirmidzi).<\/p>\n\n\n\n

Nabi SAW mengedepankan keteladanan\n(uswah hasanah) dalam memimpin. Dikisahkan dari Al Barra\u2019 bin Adzib, ia\nberkata: \u201cKulihat beliau mengangkuti tanah galian parit, hingga banyak debu\nyang menempel di kulit perutnya. Sempat pula kudengar beliau bersabda, \u201cYa\nAllah, andaikan bukan karena Engkau, tentu kami tidak akan mendapat petunjuk,\ntidak bershadaqah dan tidak shalat. Turunkanlah ketenteraman kepada kami dan\nkokohkanlah pendirian kami jika kami berperang. Sesungguhnya para kerabat\nbanyak yang sewenang-wenang kepada kami. Jika mereka menghendaki cobaan, kami\ntidak menginginkannya.\u201d<\/p>\n\n\n\n

Nabi SAW adalah sosok pemimpin yang\nmengedepankan kebersamaan. Nabi mengusulkan sebuah ide win-win solution dalam\npenyelesaian masalah peletakkan hajar aswad. Direntangkannya sebuah kain besar,\nkemudian hajar aswad diletakkan di bagian tengahnya, lalu beliau meminta kepada\nsetiap pemimpin kabilah untuk memegang ujung kain tersebut. Setelah itu, hajar\naswad disimpan ke tempat semula di Ka\u2019bah. Dengan cara seperti itu, tidak ada\nsatupun kabilah yang merasa dirugikan, bahkan mereka sepakat untuk menggelari\nbeliau sebagai al-Amin (orang yang terpercaya).<\/p>\n\n\n\n

Jadi, pondasi dalam kepemimpinan Nabi SAW adalah kekuatan akhlak. Dan, Akhlak Nabi adalah Alquran. Allah SWT menegaskan, \u201dDan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.\u201d (QS al-Qalam [68]: 4). Ketika Aisyah RA ditanya tentang akhlak Nabi SAW, ia menjawab bahwa akhlak Nabi adalah Alquran (HR Muslim<\/a>).<\/p>\n\n\n\n

Nabi Muhammad SAW sangat tegas dalam\nmasalah penegakan hukum. Tidak pernah menetapkan suatu hukum dengan rasa belas\nkasihan, pilih kasih, atau tebang pilih. Tidak memihak kepada siapa pun, baik\npada pejabat pemerintahan, sahabat, masyarakat kecil maupun anggota keluarganya\nsendiri, termasuk anaknya.<\/p>\n\n\n\n

Selain dikenal figur yang tegas,\njuga dikenal sebagai sosok yang bijak dalam mengambil keputusan. Sebelum\nmemutuskan suatu perkara, Nabi selalu memikirkannya secara matang, dan mengacu\nkepada kaidah yang ditetapkan dalam Alquran. Misalnya, pada saat beliau\nmemutuskan sanksi rajam terhadap pelaku perzinahan.\n\nDemikian sebagian kunci sukses dalam kepemimpinan Nabi\nSAW. Masih banyak lagi kunci keberhasilan kepemimpinan Rasulullah SAW lainnya\nyang tidak akan pernah habis untuk dikaji, yang seharusnya terus digali,\ndiperkenalkan, dan implementasikan di tengah bangsa yang sedang dilanda krisis\ndalam kepemimpinan.\n\n\n\n<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Dalam seluruh aspek kehidupan termasuk dalam hal kepemimpinan, Rasulullah adalah suri tauladan bagi para umatnya. Alquran menegaskan bahwa, \u201cSesungguhnya telah ada pada (diri) Nabi Muhammad SAW itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.\u201d (QS al-Ahzab (33): 21). Sepanjang […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":19239,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[6],"tags":[6160],"yoast_head":"\n