Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":19358,"date":"2019-11-08T21:07:14","date_gmt":"2019-11-08T14:07:14","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=19358"},"modified":"2019-11-08T21:07:16","modified_gmt":"2019-11-08T14:07:16","slug":"memahami-makna-cerai-dalam-islam","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/","title":{"rendered":"Memahami Makna Cerai Dalam Islam"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org – <\/strong>Talak atau perceraian adalah terlepasnya ikatan perkawinan antara suami-istri, baik karena ungkapan talak sang suami, ungkapan tak disadarinya, maupun karena gugatan sang istri melalui meja pengadilan. Meski Cerai Dalam Islam diperbolehkan dalam syariat, tapi selama perkawinan masih bisa dipertahankan, seharusnya ia dihindari. Karena, tak sedikit dampak negatif yang ditimbulkan akibat perceraian, baik bagi keluarga, anak-anak, maupun masyarakat secara umum.<\/p>\n\n\n\n

Hanya saja, jika mahligai rumah\ntangga sudah tak mungkin dipertahankan, jalan damai antara suami-istri sudah\nmengalami kebuntuan, kerugian keduanya atau salah satunya diperkirakan akan\nlebih besar, maka jalan terakhir adalah talak atau perceraian. Kendati\ndemikian, talak bukan berarti pemutus tali perkawinan sekaligus. Sebab, ia\nmemiliki beberapa tingkatan yang memungkinkan seorang suami bisa rujuk kepada\nistri yang diceraikannya.<\/p>\n\n\n\n

Cerai dalam islam juga memiliki sejumlah syarat dan ketentuan, layaknya sebuah akad, sehingga ia menjadi sah atau jatuh walaupun tak disadari orang yang menjatuhkannya. Para ulama fiqih membagi menjadi tiga aspek syarat dan ketentuan talak. Pertama, dari aspek yang menjatuhkan, yaitu suami. Kedua, dari aspek yang ditalak, yakni istri. Ketiga, dari aspek ungkapan atau redaksi talak.<\/p>\n\n\n\n

Pertama, yang menjatuhkan talak\nadalah suami yang sah, baligh, berakal sehat, dan menjatuhkan talak atas\nkemauannya sendiri. Artinya, tidak sah seorang laki-laki yang menalak perempuan\nyang belum dinikahinya, seperti mengatakan, \u201cJika aku menikahinya, maka ia\ntertalak.\u201d <\/p>\n\n\n\n

Demikian pula anak kecil dan orang\nyang hilang kesadaran akalnya, seperti karena tidur, sakit, tunagrahita, dan\nmabuk. Hanya saja, menurut Syekh al-Syairazi dalam al-Muhadzab, (Beirut: Darul\nKutub, jilid 3, hal. 3) hilangnya kesadaran mereka perlu dilihat penyebabnya.<\/p>\n\n\n\n

\u201cAdapun orang yang tidak sadar, jika\ntak sadarnya karena sebab yang dimaafkan, seperti orang yang sedang tidur,\ntunagrahita, sakit, dan minum obat guna mengobati penyakitnya, sampai hilang\nkesadaran akalnya, atau dipaksa minum khamr sampai mabuk, maka ia tidak jatuh\ntalaknya, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam nash hadits tentang orang\ntidur dan orang tunagrahita. Maka kita analogikan saja yang lain kepada\nkeduanya. Selanjutnya, jika seseorang hilang kesadaran akalnya karena sebab\nyang tidak dimaafkan, seperti orang yang minum khamr tanpa alasan sampai mabuk,\natau minum obat tanpa ada kebutuhan, sehingga hilang kesadaran akalnya, maka\nmenurut pendapat (nash) yang telah ditetapkan tentang orang mabuk, jatuhlah\ntalaknya.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n

Begitu pula orang yang dipaksa\nmenjatuhkan talak juga perlu dilihat paksaannya: apakah hak atau tidak. Jika\npaksaannya hak seperti paksaan hakim di pengadilan, maka talak yang\ndijatuhkannya adalah sah dan jatuh. Sama halnya dengan keputusan cerai yang\ntelah diputuskan oleh hakim pengadilan.<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya, Syekh al-Syairaji\nmerinci kriteria paksaan tersebut: (1) pihak yang memaksa lebih kuat dari yang\ndipaksa, sehingga tak bisa ditolak; (2) berdasarkan dugaan kuat, jika paksaan\nitu ditolak, sesuatu yang ditakutkan akan terjadi; (3) paksaan akan diikuti\ndengan sesuatu yang lebih membahayakan, seperti pemukulan, pembunuhan, dan\nseterusnya.<\/p>\n\n\n\n

Maka dalam kondisi demikian,\nungkapan jelas seseorang yang menjatuhkan talak dianggap sebagai ungkapan\nsindiran. Jika diniatkan dalam hatinya, talaknya jatuh. Jika tidak diniatkan,\ntalaknya tidak jatuh, sebagaimana yang diungkap oleh Syekh Muhammad ibn Qasim\ndalam Fathul Qarib (Semarang: Pustaka al-\u2018Alawiyyah, tanpa tahun, hal. 47).<\/p>\n\n\n\n

Kedua, istri yang ditalak harus\ndalam keadaan suci dan tidak dicampuri, yang kemudian talaknya dikenal dengan\n\u201ctalak sunnah\u201d dalam arti talak yang diperbolehkan. Sedangkan istri yang\nditalak dalam keadaan haid atau dalam keadaan suci setelah dicampuri, dikenal dengan\n\u201ctalak bid\u2018ah\u201d dalam arti talak yang diharamkan. Kedua jenis talak ini berlaku\nbagi istri yang masih haid. Sedangkan bagi istri yang tidak haid\u2014seperti istri\nyang belum haid, istri yang sedang hamil, istri yang sudah menopause, atau\nistri yang ditalak khuluk dan belum dicampuri\u2014tidak berlaku.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu hikmah keharusan talak\ndijatuhkan saat istri sedang suci adalah agar ia langsung menjalani masa iddah,\nsehingga masa iddahnya menjadi lebih singkat. Berbeda halnya, jika talak\ndijatuhkan saat istri sedang haid, meskipun tetap sah, maka masa iddahnya\nmenjadi lebih lama karena dihitung sejak dimulainya masa suci setelah\nhaid.  Demikian pula jika istri ditalak dalam masa suci tetapi setelah\ndicampuri, maka kemungkinan untuk hamil akan terbuka. Jika itu terjadi, maka\nmasa mengandung hingga melahirkan akan menjadi masa iddahnya. <\/p>\n\n\n\n

Ketiga, kalimat redaksi cerai dalam islam dipergunakan bisa berupa ungkapan yang jelas (sharih), bisa juga berupa ungkapan sindiran (kinayah). Maksud ungkapan jelas di sini, tidak ada makna lain selain makna talak. Sehingga meskipun seseorang tidak memiliki niat untuk menjatuhkan talak dalam hati, jika yang dipergunakan adalah ungkapan sharih maka talaknya jatuh. Contohnya, \u201cAku talak kamu,\u201d atau \u201cAku ceraikan kamu,\u201d atau \u201cAku lepaskan kamu.\u201d\u00a0 Berbeda halnya dengan ungkapan kinayah. Sebagaimana diketahui, ungkapan kinayah mungkin bermakna talak, mungkin pula bermakna lain. Sehingga talaknya akan jatuh manakala ada niat talak dalam hati yang mengucapkanya. Artinya, jika tidak ada niat, maka talaknya tidak jatuh. Contohnya, \u201cSekarang kau bebas,\u201d atau \u201cSekarang kau lepas,\u201d atau \u201cPergilah kau ke keluargamu!\u201d Hanya saja, menurut Abu Hanifah, ungkapan kinayah yang cukup jelas, tetap tidak memerlukan niat. Contohnya, \u201cKamu sekarang sudah jelas, bebas, lepas, dan haram (bagiku). Maka pergilah dan pulanglah ke keluargamu!\u201d Pendapat ini juga didukung oleh Imam Malik. Sementara menurut Imam Ahmad, makna atau konteks keadaan dalam semua ungkapan kinayah menentukan status niat. (Lihat: al-Nawawi, Majmu\u2018 Syarh al-Muhadzab<\/a>, Darul Fikr, Beirut, Jilid 17, hal. 104).\u00a0 <\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Talak atau perceraian adalah terlepasnya ikatan perkawinan antara suami-istri, baik karena ungkapan talak sang suami, ungkapan tak disadarinya, maupun karena gugatan sang istri melalui meja pengadilan. Meski Cerai Dalam Islam diperbolehkan dalam syariat, tapi selama perkawinan masih bisa dipertahankan, seharusnya ia dihindari. Karena, tak sedikit dampak negatif yang ditimbulkan akibat perceraian, baik bagi […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":19395,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[1691,22],"tags":[6251],"yoast_head":"\nMemahami Makna Cerai Dalam Islam - Pecihitam.org<\/title>\n<meta name=\"description\" content=\"cerai merupakan perkara yang mubah tapi makruh atau di benci Allah SWT, maka dari itu sebisa mungkin hindarilah perceraian walaupun dalam Islam membolehkan\" \/>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"en_US\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Memahami Makna Cerai Dalam Islam - Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"cerai merupakan perkara yang mubah tapi makruh atau di benci Allah SWT, maka dari itu sebisa mungkin hindarilah perceraian walaupun dalam Islam membolehkan\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"article:publisher\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2019-11-08T14:07:14+00:00\" \/>\n<meta property=\"article:modified_time\" content=\"2019-11-08T14:07:16+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Memahami-Makna-Cerai-Dalam-Islam.jpg\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"1024\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"576\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/jpeg\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"Mochamad Ari Irawan\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Written by\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"Mochamad Ari Irawan\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Est. reading time\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"4 minutes\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"Article\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/#article\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/\"},\"author\":{\"name\":\"Mochamad Ari Irawan\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/702a05aedb4f0983d04b8eadc79bfe6d\"},\"headline\":\"Memahami Makna Cerai Dalam Islam\",\"datePublished\":\"2019-11-08T14:07:14+00:00\",\"dateModified\":\"2019-11-08T14:07:16+00:00\",\"mainEntityOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/\"},\"wordCount\":825,\"commentCount\":0,\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Memahami-Makna-Cerai-Dalam-Islam.jpg\",\"keywords\":[\"Memahami Makna Cerai Dalam Islam\"],\"articleSection\":[\"Fiqih\",\"Keluarga - Nikah\"],\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"CommentAction\",\"name\":\"Comment\",\"target\":[\"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/#respond\"]}]},{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/\",\"name\":\"Memahami Makna Cerai Dalam Islam - Pecihitam.org\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Memahami-Makna-Cerai-Dalam-Islam.jpg\",\"datePublished\":\"2019-11-08T14:07:14+00:00\",\"dateModified\":\"2019-11-08T14:07:16+00:00\",\"description\":\"cerai merupakan perkara yang mubah tapi makruh atau di benci Allah SWT, maka dari itu sebisa mungkin hindarilah perceraian walaupun dalam Islam membolehkan\",\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Memahami-Makna-Cerai-Dalam-Islam.jpg\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Memahami-Makna-Cerai-Dalam-Islam.jpg\",\"width\":1024,\"height\":576,\"caption\":\"Memahami Makna Cerai Dalam Islam\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Memahami Makna Cerai Dalam Islam\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"description\":\"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah\",\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":\"required name=search_term_string\"}],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"Organization\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"logo\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"width\":2401,\"height\":2401,\"caption\":\"Pecihitam.org\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\"},\"sameAs\":[\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ\"]},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/702a05aedb4f0983d04b8eadc79bfe6d\",\"name\":\"Mochamad Ari Irawan\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/02c81e13cfd65fa31cf5f11b1ea6751b?s=96&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/02c81e13cfd65fa31cf5f11b1ea6751b?s=96&r=g\",\"caption\":\"Mochamad Ari Irawan\"},\"description\":\"Alumni Pondok Pesantren Qomaruddin | Sarjana Hukum Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prodi Perbandingan Madzhab.\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/author\/arirawan\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Memahami Makna Cerai Dalam Islam - Pecihitam.org","description":"cerai merupakan perkara yang mubah tapi makruh atau di benci Allah SWT, maka dari itu sebisa mungkin hindarilah perceraian walaupun dalam Islam membolehkan","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/","og_locale":"en_US","og_type":"article","og_title":"Memahami Makna Cerai Dalam Islam - Pecihitam.org","og_description":"cerai merupakan perkara yang mubah tapi makruh atau di benci Allah SWT, maka dari itu sebisa mungkin hindarilah perceraian walaupun dalam Islam membolehkan","og_url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/","og_site_name":"Pecihitam.org","article_publisher":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_published_time":"2019-11-08T14:07:14+00:00","article_modified_time":"2019-11-08T14:07:16+00:00","og_image":[{"width":1024,"height":576,"url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Memahami-Makna-Cerai-Dalam-Islam.jpg","type":"image\/jpeg"}],"author":"Mochamad Ari Irawan","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Written by":"Mochamad Ari Irawan","Est. reading time":"4 minutes"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"Article","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/#article","isPartOf":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/"},"author":{"name":"Mochamad Ari Irawan","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/702a05aedb4f0983d04b8eadc79bfe6d"},"headline":"Memahami Makna Cerai Dalam Islam","datePublished":"2019-11-08T14:07:14+00:00","dateModified":"2019-11-08T14:07:16+00:00","mainEntityOfPage":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/"},"wordCount":825,"commentCount":0,"publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"image":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Memahami-Makna-Cerai-Dalam-Islam.jpg","keywords":["Memahami Makna Cerai Dalam Islam"],"articleSection":["Fiqih","Keluarga - Nikah"],"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"CommentAction","name":"Comment","target":["https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/#respond"]}]},{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/","name":"Memahami Makna Cerai Dalam Islam - Pecihitam.org","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Memahami-Makna-Cerai-Dalam-Islam.jpg","datePublished":"2019-11-08T14:07:14+00:00","dateModified":"2019-11-08T14:07:16+00:00","description":"cerai merupakan perkara yang mubah tapi makruh atau di benci Allah SWT, maka dari itu sebisa mungkin hindarilah perceraian walaupun dalam Islam membolehkan","breadcrumb":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/#breadcrumb"},"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/#primaryimage","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Memahami-Makna-Cerai-Dalam-Islam.jpg","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/Memahami-Makna-Cerai-Dalam-Islam.jpg","width":1024,"height":576,"caption":"Memahami Makna Cerai Dalam Islam"},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/memahami-makna-cerai-dalam-islam\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/pecihitam.org\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Memahami Makna Cerai Dalam Islam"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","name":"Pecihitam.org","description":"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah","publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}"},"query-input":"required name=search_term_string"}],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"Organization","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization","name":"Pecihitam.org","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","logo":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","width":2401,"height":2401,"caption":"Pecihitam.org"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/"},"sameAs":["https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ"]},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/702a05aedb4f0983d04b8eadc79bfe6d","name":"Mochamad Ari Irawan","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/02c81e13cfd65fa31cf5f11b1ea6751b?s=96&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/02c81e13cfd65fa31cf5f11b1ea6751b?s=96&r=g","caption":"Mochamad Ari Irawan"},"description":"Alumni Pondok Pesantren Qomaruddin | Sarjana Hukum Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prodi Perbandingan Madzhab.","url":"https:\/\/pecihitam.org\/author\/arirawan\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/19358"}],"collection":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/40"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=19358"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/19358\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/19395"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=19358"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=19358"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=19358"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}