Perkembangan Hizbut Tahrir di Indonesia<\/strong><\/h4>\n\n\n\nMeski di negara asalnya, Palestina, Hizbut Tahrir merupakan organisasi partai politik, namun di Indonesia Hizbut Tahrir pernah menjadi ormas berbadan hukum yang terdaftar di Kemenkumham sebelum dibubarkan.<\/p>\n\n\n\n
Organisasi Hitzbut Tahrir masuk ke Indonesia sekitar tahun 1980-an. Berawal ketika KH Abdullah bin Nuh pimpinan pesantren Al-Gazhali Bogor bertemu dengan aktivis Hizbut Tahrir di Australia, Abdurrahman al Baghdadi.<\/p>\n\n\n\n
Abdullah tertarik dengan ceramah yang disampaikan Abdurrahman tentang kewajiban persatuan umat dan kewajiban menegakkan khilafah guna melawan hegemoni penjajahan dunia.<\/p>\n\n\n\n
Abdullah lalu mengajak Abdurrahman al Baghdadi ke Indonesia untuk melakukan dakwah bersama. Pergerakan ini akhirnya meluas ke masjid kampus IPB, Al-Ghifari. Halaqah-halaqah kemudian terbentuk untuk mendalami gagasan Hizbut Tahrir. Ketika Orde Baru berkuasa, aktivitas mereka menjadi gerakan ‘bawah tanah’.<\/p>\n\n\n\n
Menjelang pertengahan 1990-an, pengaruh Hizbut Tahrir sudah masuk ke lingkungan kelas menengah sehingga tumbuh di 150 kota se-Indonesia. Gerakan ini juga menerbitkan materi-materi, semisal buletin Al-Islam dan majalah bulanan Al-Wa\u2019ie (Agustus 2000).<\/p>\n\n\n\n
Masuknya Era Reformasi yang membuka kran kebebasan berpendapat. Pada 2000, HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) membuat acara fenomenal yakni Konferensi Internasional Khilafah Islamiyah di Senayan, Jakarta. Tercatat, kurang lebih 5.000 peserta memadati lokasi acara tersebut.<\/p>\n\n\n\n
HTI juga tampil dalam unjuk rasa di depan Kedubes AS di Jakarta untuk menentang invasi Amerika Serikat atas Afghanistan. Demikian pula dengan aksi anti-invasi AS atas Irak. Massa mereka saat itu berjumlah sekitar 12 ribu orang.<\/p>\n\n\n\n
Dalam sidang tahunan MPR-RI 2002, HTI menyampaikan tuntutan penerapan syariat Islam. Pada 29 Februari 2004, HTI mengerahkan massa berjumlah 20 ribu orang dari Monas hingga sekitar Bundaran HI, Jakarta. Mereka menyuarakan dukungan bagi penegakan syariat Islam dan sistem Khilafah di Indonesia.<\/p>\n\n\n\n
Hizbut Tahrir bertujuan mengubah sistem politik negara yang dimasukinya dengan sistem Khilafah al-Islamiyah. Ada tahapan dakwah yang diterapkan Hizbut Tahrir.<\/p>\n\n\n\n
- Pertama<\/strong>, pembinaan dan pengkaderan untuk mendoktrin dan membentuk kader-kader dengan pemikiran dan metode Hizbut Tahrir.<\/li>
- Kedua<\/strong>, berinteraksi dengan masyarakat tujuannya supaya mereka ikut memikul kewajiban dakwah Islam, hingga umat menjadikan ide khilafah Islam sebagai permasalahan utamanya, dan supaya umat berjuang untuk mewujudkannya dalam realitas kehidupan dan bernegara.<\/li>
- Ketiga<\/strong>, tahapan penerimaan kekuasaan yang dilaksanakan untuk menerapkan Islam secara menyeluruh dan mengemban risalah Islam ke seluruh dunia.<\/li><\/ul>\n\n\n\n
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dalam situsnya menyebut perkembangan dakwah HTI tumbuh secara pasti. Awalnya HTI hanya ada satu kota dengan belasan kader. Lalu tahun 1990 hingga 2000 HTI sudah berkembang ke seluruh Indonesia.<\/p>\n\n\n\n
Masuk di dekakde ketiga, dakwah HTI sudah menyebar di 33 provinsi, di lebih dari 300 kota dan kabupaten. Bahkan sebagiannya telah merambah jauh hingga ke pelosok desa.<\/p>\n\n\n\n