Diantara keistimewaan Imam Syafi\u2019i<\/strong> yaitu menguasai dua madrasah. Pertama, madrasah ahli Hadits, yang ia pelajari dari Imam Malik dan madrasah ahli ar-Ra\u2019yu yang ia dapatkan dari Muhammad bin Al-Hasan Asy-Syaibaani, murid Imam Hanafi. As-Syafi\u2019I mampu menggabungkan kedua madrasah ini tersebut sehingga mazhabnya sangat kokoh.<\/p>\n

Pada tahun 195 H as-Syafi\u2019i pergi ke Baghdad, tempat pengikut Mazhab Hanafi, sehingga banyak ulama yang berputar haluan dari madzhab ahli ra\u2019yu menuju madzhab Syafi\u2019i. Abu Tsaur, seorang fuqaha Bagdad yang ahli ra\u2019yu, pernah ditanya tentang Imam Syafi\u2019i. Ia menjawab bahwa as-Syafi\u2019i lebih faqih dari Muhammad bin Al-Hasan dan Abu Yusuf (murid Imam Abu Hanifah). Juga lebih faqih dari Abu Hanifah dan Hammad. Serta lebih faqih dari Ibrahim, \u2018Alqomah dan Al-Aswad. (Ibnu Mandur, Mukhtashor Taarikh Dimasyq, 6\/434).<\/p>\n

Demikian juga ketika Imam Syafi\u2019i ke Mesir, di mana disitu banyak pengikut Mazhab Maliki, menyebabkan banyak orang pindah ke Mazhab Syafi\u2019i. Sampai-sampai seorang ulama Maliki mendo\u2019akan agar as-Syafi\u2019i cepat meninggal. Sebab jika tetap hidup, Mazhab Maliki akan punah di wilayah tersebut (Baihaqi, Tawali Ta\u2019sis 147).<\/p>\n

Meski pernah berguru kepada Imam Malik, namun ia berbeda dengan gurunya yang mengutamakan amal ahli Madinah daripada Hadits ahad. Syafi\u2019i sebaliknya, mengutamakan Hadits ahad dibanding amal ahli Madinah dengan hujjah yang sangat kuat. Ini yang membuat para pengikut Mazhab Maliki marah padanya.<\/p>\n

Karena kiprahnya yang sangat tegas dalam membela Sunnah tidak heran jika ia dijuluki sebagai nashiru Sunnah (pembela Sunnah). Ini yang membuat mayoritas ahli Hadits mengikuti madzhab Syafi\u2019i.<\/p>\n

Di antara ahli Hadits yang mengikuti madzhab Syafi\u2019i adalah al-Bukhari, Muslim, al-Nasa\u2019i, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, al-Isma\u2019ili, al-Daraquthni, Abu Nu\u2019aim, al-Khathib al-Baghdadi, al-Hakim, al-Khaththabi, al-Baihaqi, al-Silafi, Ibnu Asakir, al-Sam\u2019ani, Ibnu al-Najjar, Ibnu al-Shalah, al-Nawawi, al-Dimyathi, al-Mizzi, Ibnu Katsir, al-Subki, Ibnu Sayyidinnas, al-\u2018Iraqi, al-Haitsami, Ibnu Hajar al-\u2018Asqalani, al-Sakhawi, al-Suyuthi dan lain-lain. Ini bisa dilihat dalam kitab-kitab biografi ahli Hadits seperti kitab Tadzkirah al-Huffazh karya al-Dzahabi, Thabaqat al-Huffazh karya al-Suyuthi dan lain-lain.<\/p>\n