Pecihitam.org- <\/strong>Sebuah majelis, apalagi dengan jamaah yang sangat ramai, bukan jaminan seseorang senantiasa luput dari kesalahan kendatipun forum yang diikuti adalah positif seperti pengajian, kegiatan belajar-mengajar, shalawatan, atau sejenisnya. Kesalahan tersebut bisa berupa membual, berbohong, pamer, merasa saleh ketimbang lainnya, meremehkan orang lain, dan sebagainya. Perilaku negatif tersebut sangat tidak dianjurkan. Namun, karena watak manusia yang serng lupa dan lalai, kekhilafan pun tetap saja kerap terjadi. Karena itu, setiap akan meninggalkan sebuah majelis, kita dianjurkan membaca Doa Kafaratul Majelis. <\/p>\n\n\n\n \u0633\u064f\u0628\u0652\u062d\u0627\u0646\u064e\u0643\u064e \u0627\u0644\u0644\u064e\u0651\u0647\u064f\u0645\u064e\u0651 \u0648\u0628\u0650\u062d\u064e\u0645\u0652\u062f\u0650\u0643\u064e\n\u0623\u0634\u0652\u0647\u064e\u062f\u064f \u0623\u0646\u0652 \u0644\u0627 \u0625\u0650\u0644\u0647\u064e \u0625\u0650\u0644\u0627\u064e\u0651 \u0623\u0646\u0652\u062a\u064e \u0623\u0633\u0652\u062a\u064e\u063a\u0652\u0641\u0650\u0631\u064f\u0643\u064e \u0648\u0623\u062a\u064f\u0648\u0628\u064f \u0625\u0650\u0644\u064e\u064a\u0652\u0643\u064e<\/strong><\/strong><\/p>\n\n\n\n (Subhaanakallaahumma wa bihamdika, asyhadu al-laa\nilaaha illaa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaik).<\/em><\/p>\n\n\n\n Artinya: \u201cMaha Suci Engkau, ya Allah. Segala\nsanjungan untuk-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku\nmemohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n Sebuah hadits shahih riwayat\nAt-Tirmidzi menjelaskan bahwa siapa yang membaca doa ini sebelum ia berdiri\ndari tempat duduknya maka seluruh kesalahan selama dalam majelis tersebut\nterampuni. (Lihat Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Adzk\u00e2r,\nPenerbit Darul Hadits, Kairo, Mesir).<\/p>\n\n\n\n Dari Abu Barzah Al-Aslami, ia berkata bahwa\nRasulullah SAW<\/em> berkata di akhir majelis\njika beliau hendak berdiri meninggalkan majelis, \u201cSubhanakallahumma wa\nbihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik<\/em>\n(artinya: Maha Suci Engkau Ya Allah, segala pujian untuk-Mu, aku bersaksi\nbahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau dan aku meminta\nampunan dan bertaubat pada-Mu<\/em>).\u201d<\/p>\n\n\n\n Ada seseorang yang berkata pada Rasulullah SAW<\/em>,\n\u201cWahai Rasulullah, engkau mengucapkan suatu perkataan selama hidupmu<\/em>.\u201d\nBeliau bersabda, \u201cDoa itu sebagai penambal kesalahan yang\ndilakukan dalam majelis<\/em>.\u201d (HR. Abu Daud, no. 4857; Ahmad, 4:\n425. Sanad hadits ini hasan menurut<\/em> Al-Hafizh Abu\nThahir). Maksud dari doa itu adalah sebagai pelebur kesalahan berupa kata-kata\nlaghwu atau perkataan yang sia-sia.<\/p>\n\n\n\n Ketika akan berpisah atau akan selesai dari suatu majelis, maka doa itu yang diucapkan. Majelis ini tidak mesti dengan duduk-duduk. Doa kafaratul majelis sangat dianjurkan untuk dibaca, disetiap pembicaraan atau obrolan biasa apalagi diyakini ada perkataan sia-sia yang terucap. Sungguh sangat merugi, jika suatu majelis atau tempat obrolan yang membicarakan hal duniawi maupun hal ukhrowi, lantas di dalamnya tidak terdapat dzikir pada Allah.<\/p>\n\n\n\n Dari Abu Hurairah RA,<\/em> ia berkata bahwa Rasulullah SAW<\/em> bersabda, \u201cSetiap kaum yang bangkit dari majelis yang tidak ada dzikir pada Allah, maka selesainya majelis itu seperti bangkai keledai dan hanya menjadi penyesalan pada hari kiamat.<\/em>\u201d (HR. Abu Daud<\/a>, no. 4855; Ahmad, 2: 389. Sanad hadits ini shahih menurut<\/em> Al-Hafizh Abu Thahir). Dari Aisyah Radhiallahu’anha, dia berkata: “Setiap Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam duduk di suatu tempat, setiap membaca Al-Qur’an dan setiap melakukan shalat, beliau mengakhirinya dengan beberapa kalimat<\/em>.” Aisyah Radhiallahu’anha berkata: Aku berkata: “Wahai Rasululllah! Aku melihat engkau setiap duduk di suatu majelis, membaca Al-Qur’an atau melakukan shalat, engkau selalu mengakhiri dengan beberapa kalimat itu<\/em>.” Beliau bersabda: “Ya, barangsiapa yang berkata baik akan ditulis pada kebaikan itu (pahala bacaan kalimat tersebut), barangsiapa yang berkata jelek, maka kalimat tersebut merupakan penghapusnya<\/em>. (Kalimat itu adalah: doa di atas).” (HR. An-Nasa’i dalam kitab ‘Amalul Yaum wal Lailah, hal. 308. Imam Ahmad 6\/77. Dr. Faruq Hamadah menyatakan, hadits tersebut shahih dalam Tahqiq ‘Amalul Yaum wal Lailah, karya An-Nasa’i hal. 273). <\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":" Pecihitam.org- Sebuah majelis, apalagi dengan jamaah yang sangat ramai, bukan jaminan seseorang senantiasa luput dari kesalahan kendatipun forum yang diikuti adalah positif seperti pengajian, kegiatan belajar-mengajar, shalawatan, atau sejenisnya. Kesalahan tersebut bisa berupa membual, berbohong, pamer, merasa saleh ketimbang lainnya, meremehkan orang lain, dan sebagainya. Perilaku negatif tersebut sangat tidak dianjurkan. Namun, karena watak manusia […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":20482,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[2564],"tags":[6565],"yoast_head":"\n