Pecihitam.org- <\/strong>Setiap orang boleh mengamalkan ibadah apapun antara lain shalat sunah, sedekah, puasa sunah, umrah, zikir, shalawat, bakti kepada orang tua, bantuan untuk mereka yang membutuhkan, dan lain sebagainya. Tetapi mereka juga sebaiknya memerhatikan syarat diterimanya ibadah di sisi Allah.<\/p>\n\n\n\n

Amal yang diterima menjadi rukun\nkebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan akhirat. Imam Syafii berkata, \u201cSetiap\norang yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya akan ditolak sia-sia.\u201d<\/em> (Matan\nZubad, juz I, hlm 2, Majallatul buhuts al-Islamiyah, juz 42, hlm 279). <\/p>\n\n\n\n

Syarat pertama diterimanya amal diantaranya\nadalah Islam (QS Ali Imran: 85). Sebab utama ditolaknya amal adalah kekufuran\n(QS Ali Imran: 90-91). \u201cDan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan,\nlalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.\u201d<\/em> (QS\nal-Furqan: 3).<\/p>\n\n\n\n

Kedua, ikhlas (QS al-Kahfi: 110). Rasulullah SAW meriwayatkan hadis Qudsi, \u201cAku (Allah) tidak membutuhkan kepada sekutu. Barang siapa beramal dan mempersekutukan-Ku, maka Aku tinggalkan dia dan sekutunya.\u201d <\/em>(HR Muslim<\/a>). <\/p>\n\n\n\n

Ketiga, mengikuti sunah Nabi SAW. \u201cBarang\nsiapa yang beramal tidak mengikuti perintah kami, maka akan ditolak.\u201d<\/em> (HR\nMuslim). Keempat, bertakwa kepada Allah. \u201cSesungguhnya Allah hanya menerima\n(kurban) dari orang-orang yang bertakwa.”<\/em> (QS al-Maidah: 27).<\/p>\n\n\n\n

Kelima, berbakti kepada kedua orang\ntua. (QS al-Ahqaf: 15-16). Keenam, memperhatikan waktu beramal. Abu Bakar\nberwasiat kepada Umar, \u201cBertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah\nmemiliki amalan pada malam hari yang tidak menerima amalan siang, dan amalan\nsiang yang tidak menerima amalan malam, dan Allah tidak menerima amalan sunah\nsampai menunaikan yang fardu.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n

Ketujuh, berbuat amal saleh. \u201cKepada-Nyalah\nnaik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya.\u201d<\/em> (QS\nFathir: 10). Kedelapan, tidak merasa bangga atas amalnya. <\/p>\n\n\n\n

Syekh Ibnu Abbad menyarankan kita\nuntuk melupakan amal yang telah kita lakukan. Menurutnya, dengan cara\nmelupakannya amal itu akan naik ke langit. Kalau amal ibadah itu masih\ntersangkut di bumi, yaitu amal yang selalu teringat dan terkenang atau selalu\ndisebut-sebut, maka amal itu masih menggantung, belum bisa naik.<\/p>\n\n\n\n

Tanda bahwa Allah mengangkat amalmu\nitu adalah ketiadaan amal yang tersisa di ingatanmu. Bila sedikit saja amal itu\nmasih terkenang di benakmu, maka amal itu takkan naik ke hadirat-Nya karena\ntergantung antara dirimu dan Allah. Karena itu sebaiknya seseorang melupakan\ndan mengabaikan amal ibadahnya dengan cara memandang kekurangan seperti adanya\nego atau nafsu pada amal itu dan memandang ketidaksempurnaannya sehingga\npenerimaan Allah atas amal itu dapat terwujud,\u201d (Lihat Syekh Ibnu Abbad,\nSyarhul Hikam, Semarang, Maktabah Al-Munawwir, tanpa catatan tahun, juz I,\nhalaman 44).<\/p>\n\n\n\n

Kalau menghilangkan ingatan atas\namal ibadah yang kita lakukan terasa sulit, cara lain bisa ditempuh. Syekh\nZarruq RA menyarankan agar kita memandang amal kita penuh kekurangan. Bahkan ia\nmenganjurkan kita untuk melepaskan kaitan kita dan amal kita sendiri karena\npada hakikatnya amal itu bukan milik kita. Amal itu lahir dari kita karena\nAllah memberi taufiq kepada kita.<\/p>\n\n\n\n

Simpulannya, ia memandang dirinya\nlalai pada amal itu dan memandang di tengah kelalaiannya karunia Allah karena\ndari segi zatnya ia tak layak atas anugerah itu dan siapa dia sampai diberikan\ntaufiq di suatu hari. Tanpa anugerah itu, ia akan dicampakkan di zat-zat yang\nhina, bahkan di lembah hina kekufuran dan kemunafikan. Semoga Allah memberikan\nperlindungan-Nya untuk kita. (Lihat Syekh Zarruq, Syarhul Hikam, As-Syirkatul\nQaumiyyah, 2010 M\/1431, halaman 65).<\/p>\n\n\n\n

Hikmah ini mengajarkan banyak hal. Hikmah ini mengajarkan kita agar tidak menjadi takabbur dengan amal ibadah yang pernah kita lakukan dan menjadi tolak ukur syarat diterimanya ibadah. Hikmah ini juga mengingatkan untuk tidak puas dengan amal ibadah karena ketidaksempurnaan amal itu dalam pandangan kita. Hikmah ini juga mendorong kita untuk tidak pernah hadir dalam amal ibadah itu karena hakikatnya amal itu anugerah Allah berupa taufiq-Nya kepada kita. Semua itu merupakan cara agar amal ibadah yang kita lakukan diterima Allah SWT. <\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org- Setiap orang boleh mengamalkan ibadah apapun antara lain shalat sunah, sedekah, puasa sunah, umrah, zikir, shalawat, bakti kepada orang tua, bantuan untuk mereka yang membutuhkan, dan lain sebagainya. Tetapi mereka juga sebaiknya memerhatikan syarat diterimanya ibadah di sisi Allah. Amal yang diterima menjadi rukun kebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan akhirat. Imam Syafii berkata, […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":20435,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[6],"tags":[6557],"yoast_head":"\n