Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":20737,"date":"2019-11-17T06:45:00","date_gmt":"2019-11-16T23:45:00","guid":{"rendered":"https:\/\/www.pecihitam.org\/?p=20737"},"modified":"2019-11-17T01:58:53","modified_gmt":"2019-11-16T18:58:53","slug":"jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/","title":{"rendered":"Jawaban Kocak Nasiruddin Hodja Ketika Berdebat dengan Orang Atheis"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/strong> – Saat datang ke kota Aqsyahur, Raja Timur Lenk didatangi seorang atheis<\/a><\/strong>. “Aku, tahu di kota ini sebenarnya banyak ulama dan orang-orang yang pandai. Aku ingin menguji kepintaran mereka.” kata si Atheis<\/p>\n\n\n\n

Timur Lenk lalu mengumpulkan para ulama yang ada di kota itu, “Sekarang telah datang seorang cendekiawan yang akan menguji kepandaian kalian dalam masalah ilmu pengetahuan alam dan masalah-masalah kesenian. Dia banyak menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan kesenian. Jika tidak ada di antara kalian yang mampu menjawab, kalian akan dipermalukan.\u201d <\/p>\n\n\n\n

\u201cRomawi adalah sebuah negara yang terkenal dengan ulamanya.\nBanyak orang yang telah belajar ilmu pengetahuan dari negara ini. Jika kalian\nkalah terhadap mereka, kehebatan kalian tidak akan lagi dipandang oleh umat\nlainnya,” ujar Timur Lenk.<\/p>\n\n\n\n

Para cerdik pandai dan ulama berkumpul di sebuah ruangan untuk membicarakan masalah yang akan mereka hadapi. Mereka menyesalkan di kota itu sangat sedikit ulama. Di antara mereka ada yang berkata, <\/p>\n\n\n\n

“Penyesalan sekarang ini tidak ada gunanya, sebaiknya kita bicarakan saja bagaimana kita menghadapi masalah yang akan terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi ini.”<\/p>\n\n\n\n

Ada sebagian mereka yang berpendapat, mereka harus\nmengundang para ulama dari daerah Qauniyah, Qaishuriyah dan daerah-daerah\nlainnya. Ada sebagian yang lain berpendapat, kalau mereka mengundang para ulama\ndari daerah lain, hal itu akan banyak mengundang masalah. Di antaranya adalah\npenghinaan yang akan dilontarkan oleh Timur Lenk. <\/p>\n\n\n\n

Akhirnya mereka sepakat untuk berkonsultasi dengan Syekh Nasiruddin Hodja. Mereka mengutus seseorang untuk mengundang beliau. Beliau pun datang ke tempat pertemuan itu. Mereka menyampaikan masalah yang sedang dihadapkan. Sejenak Nasiruddin Hoja<\/a><\/strong> berpikir, lalu berkata, “Serahkan saja masalah ini kepadaku.” <\/p>\n\n\n\n

Mereka bertanya, “Apa yang hendak engkau lakukan?”\n<\/p>\n\n\n\n

“Aku akan berusaha menjawab segala permasalahan yang ditanyakan oleh orang atheis itu. Jika aku mampu menjawabnya dengan baik dan benar, lalu mereka puas dengan jawabanku itu, hal itu adalah sebuah kebaikan bagi kita.<\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi, jika jawabanku tidak benar dan tidak memuaskannya, katakanlah bahwa aku adalah seorang yang kurang waras. Aku masuk ke ruangan itu tanpa diundang.<\/p>\n\n\n\n

Kalian katakan pula bahwa aku ini adalah seorang yang tidak dianggap sebagai seorang yang alim. Lalu datangkanlah seorang yang alim lainnya selain aku. Jika sepakat dengan pendapatku ini, kalian harus memberikanku sebuah hadiah.”\u00a0 <\/p>\n\n\n\n

“Benar juga pendapatmu, meskipun hal ini tidak pasti.\nInsya Allah, tujuan kami hanyalah mengalahkan orang ateis tersebut.” <\/p>\n\n\n\n

Hari sudah ditentukan. Di sebuah lapangan dipasang sebuah tenda besar yang akan dijadikan tempat pertandingan antara seorang ateis dengan Syekh Nasiruddin Hodja. Timur Lenk dengan tenang duduk di sebuah kursi kehormatan. <\/p>\n\n\n\n

Lalu datanglah ateis itu dengan menggunakan pakaian yang\nsangat aneh, sedangkan rambutnya acak-acakan. Dia duduk di dekat kursi\nkesultanan. Banyak orang yang hadir di tempat tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Tak lama, Nasruddin hoja datang dengan mengenakan sorban\nyang besar dan jubah yang sangat bagus. Di belakang beliau ada seorang murid\nbernama Hammad dan diikuti oleh murid-murid yang lainnya. Mereka masuk ke dalam\ntempat pertemuan itu. <\/p>\n\n\n\n

Nasiruddin Hodja duduk di sebelah kanan Timur Lenk. Setelah mereka minum minuman yang menyegarkan dan beristirahat sejenak, orang atheis itu berdiri dan berjalan ke tengah-tengah lapangan. Dia menulis sebuah lingkaran di atas tanah, seraya menatap tajam Nasiruddin Hodja dan mengharap sebuah jawaban dari beliau. <\/p>\n\n\n\n

Nasruddin berdiri, meletakkan tongkatnya tepat di\ntengah-tengah lingkaran yang dibuat oleh seorang ateis itu. Lalu beliau\nmenggaris bagian tengah lingkaran itu dan membagi lingkaran itu menjadi empat\nbagian. Beliau menjadikan tiga garis tengah itu mengarah kepada dirinya dengan\nmemberikan isyarat kepada dirinya sendiri dan satu garis lagi diarahkan kepada\norang ateis tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Beliau meletakkan kedua tangan beliau di belakang punggungnya dan menyentuh tubuh orang atheis itu. Orang ateis itu menyambut baik penjelasan yang diberikan oleh Nasiruddin Hodja. Lalu dengan menggunakan isyarat, dia memberitahukan kepada nasruddin bahwa dia telah mengerti isyarat-isyarat yang dimaksud olehnya.<\/p>\n\n\n\n

Orang ateis itu membuka kedua tangannya, lalu menjadikan\nkedua tangannya itu seperti kalung. Setelah itu dia menurunkan tangannya ke\nbawah dan menjadikan jari jemarinya terbuka, serta mengangkat jari-jemarinya\nitu dari tanah beberapa kali.<\/p>\n\n\n\n

Nasiruddin Hodja melakukan sesuatu yang bertolak belakang dari apa yang dilakukan oleh orang ateis tersebut. Beliau membuka jari-jemarinya, mengarahkannya ke tanah. Melihat jawaban yang diberikan oleh Nasruddin itu, orang atheis tersebut menerimanya dengan baik.\u00a0 <\/p>\n\n\n\n

Orang ateis itu meletakkan jari-jemarinya di atas tanah dan\nberjalan dengan meniru jalannya binatang-binatang, lalu menunjuk ke perutnya\nseperti sedang mengeluarkan sesuatu dari perutnya itu. <\/p>\n\n\n\n

Melihat isyarat yang dilakukan oleh orang atheis itu, Nasruddin\nHoja mengeluarkan sebutir telur dari dalam sakunya, lalu beliau bergerak-gerak\nseperti akan terbang. <\/p>\n\n\n\n

Orang ateis itu merasa takjub terhadap syarat jawaban atas pertanyaan yang disampaikannya itu. Lalu dia mendatangi Syekh Nasiruddin Hodja seraya mencium tangannya. <\/p>\n\n\n\n

Melihat kejadian yang tidak pernah terjadi sebelumnya itu,\nTimur Lenk dan para pembesar kota merasa senang. Begitu juga dengan orang-orang\nyang hadir saat itu. <\/p>\n\n\n\n

Mereka memberikan selamat kepada Nasruddin atas\nkemenangannya melawan orang atheis itu. Mereka memberikan berbagai hadiah\nmenarik, baik berupa barang maupun yang berupa uang. <\/p>\n\n\n\n

Setelah orang-orang yang menonton pertandingan itu pulang, Timur Lenk bersama dengan pembesar kerajaan mendatangi orang atheis itu. Mereka bertanya kepada orang ateis itu, “Kami sebenarnya tidak paham terhadap isyarat isyarat yang engkau lakukan secara bergantian dengan Nasiruddin Hodja. Oleh karena itu, jelaskanlah kepada kami.” <\/p>\n\n\n\n

Orang ateis tersebut berkata, “Aku mengetahui perbedaan\npendapat antara filsuf Yunani dengan filsuf bani Israil tentang masalah\npenciptaan alam, tetapi aku tidak mengetahui apa pendapat filsuf Islam tentang\npenciptaan alam tersebut. <\/p>\n\n\n\n

Oleh karena itu, aku sangat ingin mempelajarinya. Aku memberikan isyarat kepada Nasiruddin Hodja yang menunjukkan bahwa bumi ini sangatlah luas dan berbentuk bulat. <\/p>\n\n\n\n

Dengan isyarat pula, beliau membenarkan perkataanku itu, dan\nmengatakan sesungguhnya bumi yang luas dan bulat itu terbagi menjadi dua\nbagian, yaitu bagian utara dan bagian selatan. Karena itu beliau membagi\nlingkaran yang aku buat menjadi dua bagian.<\/p>\n\n\n\n

Beliau membagi lingkaran itu menjadi empat bagian: tiga\nbagian mengarah kepadanya dan satu mengarah kepadaku. Hal itu menunjukkan bahwa\ntiga perempat bumi ini adalah lautan, sedangkan sisanya adalah daratan.<\/p>\n\n\n\n

Aku dengan isyarat itu memahami bahwa bumi ini mempunyai\ntujuh iklim. Setelah itu, aku dengan menggunakan isyarat lagi menanyakan\ntentang masalah kelahiran, segala rahasianya, serta masalah penciptaan yang\nterjadi setelah kelahiran itu. <\/p>\n\n\n\n

Oleh karena itu, aku mengangkat jari-jemariku ke udara. Aku\nmenggerak-gerakkannya, menunjukkan kepada tumbuh-tumbuhan, pepohonan, mata mata\nair, dan tambang-tambang. Aku dengan isyarat itu ingin menanyakan tentang bagaimana\nhal itu bisa terjadi.<\/p>\n\n\n\n

Nasiruddin Hodja menunjukkan jari-jemarinya ke atas, lalu ke bawah, yang mengisyaratkan bahwa hujan itu berasal dari langit yang turun ke bumi. Sedangkan kekuatan matahari dan pengaruh udara di bumi ini adalah kekuatan yang dapat membantu adanya kelahiran itu. <\/p>\n\n\n\n

“Kekuatan itu memang Allah ciptakan di dalam matahari\ndan udara tersebut secara tersembunyi. Pendapat itu sangat sesuai dengan\npendapat para filsuf saat ini. Lalu, aku bertanya Nasruddin Hoja tentang adanya\nketurunan dan semakin banyaknya makhluk dengan cara melahirkan yang banyak\nmenimbulkan tanda tanya.\u201d <\/p>\n\n\n\n

\u201cSyekh Nasiruddin Hodja mengeluarkan sebutir telur dari dalam sakunya. Beliau menunjuk telur itu seperti beliau akan terbang. Maka, aku paham bahwa isyarat itu menunjukkan bahwa secara global makhluk yang berupa burung adalah seperti itu. Dengan demikian, aku mengetahui, ulama Islam mengetahui tanda tanda yang ada di langit dan bumi. <\/p>\n\n\n\n

Dia juga memahami tentang ilmu-ilmu pengetahuan baik yang\nempirik maupun yang langsung datang dari Tuhan. Beliau itu adalah seorang yang\nmenguasai berbagai ilmu pengetahuan. Kalian harus bangga mempunyai seorang\nulama yang seperti beliau.” <\/p>\n\n\n\n

Lalu, dengan penuh penghormatan dan tawadhu, orang ateis itu\nmeninggalkan mereka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah orang ateis itu pergi, Timur Link bersama dengan para pembesar kerajaan sangat penasaran. Mereka datang ke rumah Syekh Nasiruddin Hodja untuk meminta penjelasan tentang isyarat yang beliau berikan kepada orang ateis itu. <\/p>\n\n\n\n

“Orang itu kelaparan seperti aku. Dia adalah sama seperti aku. Saat orang atheis menulis sebuah lingkaran di atas tanah, hal itu merupakan sebuah isyarat di bagian depan rumah ada seekor burung sedang terbang seperti lingkaran ini. Aku membagi lingkaran itu menjadi dua bagian. Hal itu merupakan isyarat dariku bahwa burung itu harus dibagi menjadi dua, yaitu antara engkau dan aku karena kita adalah bersaudara.<\/p>\n\n\n\n

Setelah aku melihat bahwa dia belum paham terhadap apa yang aku isyaratkan, maka aku membagi lingkaran itu menjadi empat bagian: aku menjadikan tiga bagian itu adalah untukku sendiri dan yang satu bagian adalah untuknya. Dia setuju dengan pembagian yang aku tawarkan dengan menganggukkan kepalanya. <\/p>\n\n\n\n

“Lalu, orang itu mengisyaratkan tentang panci nasi yang\nsedang direbus di atas api. Aku mengisyaratkan agar dia meletakkan garam,\nbumbu, merica, dan kismis di dalam panci nasi itu. Begitulah aku berusaha untuk\nmemecahkan masalah yang diisyaratkan oleh orang atheis itu kepadaku.\u201d<\/p>\n\n\n\n

Dia mengisyaratkan kepadaku dengan menggunakan jari-jemarinya tentang kelaparan yang sedang menimpa dirinya dan dia menemukan sebuah makanan yang sangat lezat di hadapannya. <\/p>\n\n\n\n

“Melihat isyarat yang seperti itu, aku mengisyaratkan\npula bahwa aku lebih lapar dibandingkan dia sehingga aku seakan-akan terbang\nkarena kelaparan. Aku katakana kepadanya bahwa aku bangun tidur di pagi hari.\nAku ingin makan, namun aku tidak menemukan makanan kecuali sebutir telur.<\/p>\n\n\n\n

Istriku memberikan sebutir telur itu kepadaku. Namun aku\ntidak mempunyai waktu untuk memakannya karena saat itu ada utusan kalian datang\nke rumahku untuk menjemputku datang ke arena pertandingan itu sehingga aku\nmeletakkan telur pemberian istriku itu di dalam sakuku. Siapa tahu di dalam\npertemuan ini aku tidak diberi makan.” <\/p>\n\n\n\n

Mendengar perbedaan penjelasan antara orang ateis dan Nasruddin Hoja tersebut, orang-orang yang hadir saat itu tertawa terpingkal-pingkal, “Demi Allah, wahai Syekh Nasiruddin, ini sungguh sangat menakjubkan. <\/p>\n\n\n\n

Bagaimana orang itu menyampaikan berbagai masalah dan engkau bisa memecahkannya dengan baik, namun antara pemahamanmu dengan orang itu sangatlah berbeda. Akan tetapi, kedua belah pihak sama-sama suka terhadap pemecahan masalah tersebut.” <\/p>\n\n\n\n

Akhirnya mereka pulang dengan penuh keheranan.<\/p>\n\n\n\n

*Diolah dari berbagai sumber tentang Humor sufi Nasruddin Hoja<\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Saat datang ke kota Aqsyahur, Raja Timur Lenk didatangi seorang atheis. “Aku, tahu di kota ini sebenarnya banyak ulama dan orang-orang yang pandai. Aku ingin menguji kepintaran mereka.” kata si Atheis Timur Lenk lalu mengumpulkan para ulama yang ada di kota itu, “Sekarang telah datang seorang cendekiawan yang akan menguji kepandaian kalian dalam […]<\/p>\n","protected":false},"author":14,"featured_media":20738,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[379],"tags":[6597,2967,6659,6595],"yoast_head":"\nJawaban Kocak Nasiruddin Hodja Ketika Berdebat dengan Orang Atheis - Pecihitam.org<\/title>\n<meta name=\"description\" content=\"Orang ateis itu merasa takjub terhadap jawaban atas pertanyaan yang disampaikannya itu. Lalu dia mendatangi Syekh Nasiruddin Hodja seraya mencium tangannya.\" \/>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"en_US\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Jawaban Kocak Nasiruddin Hodja Ketika Berdebat dengan Orang Atheis - Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"Orang ateis itu merasa takjub terhadap jawaban atas pertanyaan yang disampaikannya itu. Lalu dia mendatangi Syekh Nasiruddin Hodja seraya mencium tangannya.\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"article:publisher\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2019-11-16T23:45:00+00:00\" \/>\n<meta property=\"article:modified_time\" content=\"2019-11-16T18:58:53+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/nasiruddin-hodja.jpg\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"1280\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"726\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/jpeg\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"Arif Rahman Hakim\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Written by\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"Arif Rahman Hakim\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Est. reading time\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"8 minutes\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"Article\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/#article\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/\"},\"author\":{\"name\":\"Arif Rahman Hakim\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/26f584cb333202a9193dd34cb3c1cc9b\"},\"headline\":\"Jawaban Kocak Nasiruddin Hodja Ketika Berdebat dengan Orang Atheis\",\"datePublished\":\"2019-11-16T23:45:00+00:00\",\"dateModified\":\"2019-11-16T18:58:53+00:00\",\"mainEntityOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/\"},\"wordCount\":1560,\"commentCount\":0,\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/nasiruddin-hodja.jpg\",\"keywords\":[\"humor sufi\",\"kisah sufi\",\"nasiruddin hodja\",\"nasruddin hoja\"],\"articleSection\":[\"Kisah\"],\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"CommentAction\",\"name\":\"Comment\",\"target\":[\"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/#respond\"]}]},{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/\",\"name\":\"Jawaban Kocak Nasiruddin Hodja Ketika Berdebat dengan Orang Atheis - Pecihitam.org\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/nasiruddin-hodja.jpg\",\"datePublished\":\"2019-11-16T23:45:00+00:00\",\"dateModified\":\"2019-11-16T18:58:53+00:00\",\"description\":\"Orang ateis itu merasa takjub terhadap jawaban atas pertanyaan yang disampaikannya itu. Lalu dia mendatangi Syekh Nasiruddin Hodja seraya mencium tangannya.\",\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/nasiruddin-hodja.jpg\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/nasiruddin-hodja.jpg\",\"width\":1280,\"height\":726,\"caption\":\"nasiruddin hodja\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Jawaban Kocak Nasiruddin Hodja Ketika Berdebat dengan Orang Atheis\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"description\":\"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah\",\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":\"required name=search_term_string\"}],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"Organization\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"logo\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"width\":2401,\"height\":2401,\"caption\":\"Pecihitam.org\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\"},\"sameAs\":[\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ\"]},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/26f584cb333202a9193dd34cb3c1cc9b\",\"name\":\"Arif Rahman Hakim\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/880beb33481817e1ff908f6602d7ec85?s=96&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/880beb33481817e1ff908f6602d7ec85?s=96&r=g\",\"caption\":\"Arif Rahman Hakim\"},\"description\":\"Pengurus PWCINU dan LAZIZNU Okinawa - Jepang Tahun 2017\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/author\/ariefhakim\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Jawaban Kocak Nasiruddin Hodja Ketika Berdebat dengan Orang Atheis - Pecihitam.org","description":"Orang ateis itu merasa takjub terhadap jawaban atas pertanyaan yang disampaikannya itu. Lalu dia mendatangi Syekh Nasiruddin Hodja seraya mencium tangannya.","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/","og_locale":"en_US","og_type":"article","og_title":"Jawaban Kocak Nasiruddin Hodja Ketika Berdebat dengan Orang Atheis - Pecihitam.org","og_description":"Orang ateis itu merasa takjub terhadap jawaban atas pertanyaan yang disampaikannya itu. Lalu dia mendatangi Syekh Nasiruddin Hodja seraya mencium tangannya.","og_url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/","og_site_name":"Pecihitam.org","article_publisher":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_published_time":"2019-11-16T23:45:00+00:00","article_modified_time":"2019-11-16T18:58:53+00:00","og_image":[{"width":1280,"height":726,"url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/nasiruddin-hodja.jpg","type":"image\/jpeg"}],"author":"Arif Rahman Hakim","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Written by":"Arif Rahman Hakim","Est. reading time":"8 minutes"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"Article","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/#article","isPartOf":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/"},"author":{"name":"Arif Rahman Hakim","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/26f584cb333202a9193dd34cb3c1cc9b"},"headline":"Jawaban Kocak Nasiruddin Hodja Ketika Berdebat dengan Orang Atheis","datePublished":"2019-11-16T23:45:00+00:00","dateModified":"2019-11-16T18:58:53+00:00","mainEntityOfPage":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/"},"wordCount":1560,"commentCount":0,"publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"image":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/nasiruddin-hodja.jpg","keywords":["humor sufi","kisah sufi","nasiruddin hodja","nasruddin hoja"],"articleSection":["Kisah"],"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"CommentAction","name":"Comment","target":["https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/#respond"]}]},{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/","name":"Jawaban Kocak Nasiruddin Hodja Ketika Berdebat dengan Orang Atheis - Pecihitam.org","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/nasiruddin-hodja.jpg","datePublished":"2019-11-16T23:45:00+00:00","dateModified":"2019-11-16T18:58:53+00:00","description":"Orang ateis itu merasa takjub terhadap jawaban atas pertanyaan yang disampaikannya itu. Lalu dia mendatangi Syekh Nasiruddin Hodja seraya mencium tangannya.","breadcrumb":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/#breadcrumb"},"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/#primaryimage","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/nasiruddin-hodja.jpg","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/11\/nasiruddin-hodja.jpg","width":1280,"height":726,"caption":"nasiruddin hodja"},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/jawaban-kocak-nasiruddin-hodja-ketika-berdebat-dengan-orang-atheis\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/pecihitam.org\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Jawaban Kocak Nasiruddin Hodja Ketika Berdebat dengan Orang Atheis"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","name":"Pecihitam.org","description":"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah","publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}"},"query-input":"required name=search_term_string"}],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"Organization","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization","name":"Pecihitam.org","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","logo":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","width":2401,"height":2401,"caption":"Pecihitam.org"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/"},"sameAs":["https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ"]},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/26f584cb333202a9193dd34cb3c1cc9b","name":"Arif Rahman Hakim","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/880beb33481817e1ff908f6602d7ec85?s=96&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/880beb33481817e1ff908f6602d7ec85?s=96&r=g","caption":"Arif Rahman Hakim"},"description":"Pengurus PWCINU dan LAZIZNU Okinawa - Jepang Tahun 2017","url":"https:\/\/pecihitam.org\/author\/ariefhakim\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/20737"}],"collection":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/14"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=20737"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/20737\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/20738"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=20737"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=20737"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=20737"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}