Pecihitam.org<\/strong> – Nama beliau adalah Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub Asy Syami Ath Thabarani atau biasa disebut dengan Ath Thabrani. Beliau lahir di Palestina tepatnya di sebuah desa yang bernama Akka dan ibunya berasal dari suku Akka. Tercatat dalam biografinya bahwa beliau telah lahir pada bulan Safar tahun 260 Hijriyah atau bertepatan dengan 821 M. <\/p>\n\n\n\n Sang ayahanda adalah seorang ulama dan perawi hadis di zamannya. Oleh karenanya, dukungan moril pun muncul dari sang ayah untuk menuntut ilmu. Beliau tumbuh dan berkembang di tengah keluarga yang terhormat dan punya latar belakang agama.<\/p>\n\n\n\n Tak heran jika beliau mulai belajar dan hadis pada usia 13 tahun. Bahkan beliau diajak ayahnya untuk berkelana ke berbagai negeri karena sang ayahanda adalah seorang ahli hadis dari kawasan Duhaim.<\/p>\n\n\n\n Ath Thabrani awal pertama kali perjalanannya menuntut ilmu pada tahun 275 H. Beberapa kota pernah beliau singgahi seperti Syam, Hijaz, Baghdad, Kufah, Basrah dan lainnya. Demikian pula Qaisiriyah untuk menghafal Alquran dan memperdalam ilmu agama.<\/p>\n\n\n\n Afghanistan termasuk negeri yang pernah dikunjungi olehnya\ndalam rangka menuntut ilmu. Mesir, Irak, Iran dan semenanjung Arabia juga tidak\nluput dari perjalanan ilmiahnya mencari hadis.<\/p>\n\n\n\n Tentang perjalanan intelektualnya ini, Adz-Dzahabi\nmengatakan, “Ia sampai ke Irak setelah melakukan perjalanan ke\nnegeri-negeri tersebut. Seandainya ia menuju Irak terlebih dahulu ia akan\nmendapatkan sanad yang banyak di sana.”<\/p>\n\n\n\n Karena banyaknya perjalanan yang pernah ditempuh sehingga\ndiantara predikat ulama yang diberikan kepada beliau adalah Ar-Rahlal (orang\nyang banyak melakukan perjalanan) dan Jawwal (Petualang berkeliling ke berbagai\nnegeri).<\/p>\n\n\n\n Petualangannya dalam belajar ilmu hadis berlangsung selama 16 tahun dan selama itu pula beliau bertemu dengan sekian banyak perawi hadis. Bahkan salah satu referensi menyebutkan bahwa Ath Thabrani pernah meriwayatkan hadis lebih dari seribu guru.<\/p>\n\n\n\n Pada tahun 290 H beliau berkunjung ke Asfahan. Di sinilah\nakhirnya beliau menetap berdakwah dalam menyusun karya tulis sampai akhir\nhayatnya.<\/p>\n\n\n\n Demikianlah Safar untuk menuntut hadis dan ilmu agama\nmenjadi kebiasaan ulama terdahulu. Mereka rela berkorban mengorbankan waktu\ntenaga harta dan jiwa raga untuk meriwayatkan Hadiss.<\/p>\n\n\n\nPerjalanan Intelektual<\/h4>\n\n\n\n
Guru dan Muridnya<\/h4>\n\n\n\n