Oleh: Alika Noor<\/em><\/p>\n\n\n\n

Pecihitam.org<\/strong> – Hubungan seks memiliki pengaruh yang terhadap kehidupan rumah tangga. Tak sekadar menjadi kebutuhan biologis suami maupun istri, seks juga merupakan bentuk ekspresi kasih sayang antara keduanya, yang akhirnya dapat menimbulkan perasaan tentram dan damai dalam keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Agama Islam pun tak luput dari mengeluarkan sejumlah\nrambu-rambu atau hukum yang mengatur kehidupan seks. Misalnya, sebagaimana\nsering kita dengar, yaitu jika suami mengajak istri berhubungan intim, maka\nharam hukumnya istri menolak.<\/p>\n\n\n\n

Hukum tersebut merujuk pada Hadits Nabi Muhammad Saw.: “Apabila seorang suami memanggil istrinya untuk melakukan hubungan intim tetapi istrinya enggan (menolak), sehingga pada malam itu suaminya marah (kesal), maka istrinya dalam keadaan terlaknat hingga pagi hari.\u201d (HR. Bukhari dan Muslim) <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi ada persoalan lain, apabila perspektifnya dibalik dari sudut pandang istri: bagaimana jika ia yang ‘minta jatah’ duluan ke suami? Bolehkah suami menolak? <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya, bicara soal tidak bersedia menerima ajakan hubungan seks itu berlaku syarat dan ketentuan. Jadi, dalam mencerna suatu Hadits, hendaknya memahami latar belakangnya. <\/p>\n\n\n\n

Namun, sebelum membahas lebih jauh tentang hal ini, perlu kita ketahui bahwa dalam Islam pun terdapat riwayat yang dapat menjadi rujukan mengenai hukum istri mengajak hubungan seks pada suami.<\/p>\n\n\n\n

Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Uqudul Lujain fi Bayani\nHuquqiz Zaujain, karya Syekh M. Nawawi Banten: “Wahai Fatimah, tiada\nseorang perempuan yang \u2018menyiapkan\u2019 diri untuk suaminya dengan senang hati\nkecuali seorang (malaikat) menyeru dari langit: \u2018Mulailah beraksi!\u2019 niscaya\nAllah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang kemudian.”<\/p>\n\n\n\n

Selain itu, ada pula nasihat Sayyidina Muhammad Al Baqir\nkepada kaum perempuan: “Perempuan yang terbaik di antara kamu ialah yang\nmembuang perisai malu ketika ia membuka baju untuk suaminya, dan memasang\nperisai malu ketika ia berpakaian lagi.”<\/p>\n\n\n\n

Barangkali pada praktiknya, istri mengajak berhubungan seks\ntidak sebanyak suami yang mulai duluan. Hal ini terkait paradigma budaya Timur,\ndimana perempuan merasa malu atau gengsi, bahkan di sebagian daerah masih\ndianggap tabu.<\/p>\n\n\n\n

Namun, jika merujuk pada riwayat tersebut, justru dengan perempuan berinisiatif terlebih dahulu mengajak suami untuk melakukan tugasnya memberi nafkah batin, bisa membuatnya meraih keridhoan Allah.<\/p>\n\n\n\n

Terkait dengan menolak ajakan berhubungan seks, dijelaskan\nbahwa hukum haramnya berlaku apabila istri dalam keadaan sehat, baik fisik\nmaupun psikisnya.<\/p>\n\n\n\n

Seks sebagai sarana memupuk cinta kasih, semestinya\ndilakukan atas dasar suka rela, tanpa ada paksaan. Baik suami maupun istri\nperlu saling menghargai dan menjaga hubungan baik, termasuk untuk urusan\nranjang ini. Sebab seks bukan semata perkara syahwat, tapi juga kesiapan fisik\ndan mental kedua belah pihak.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Oleh: Alika Noor Pecihitam.org – Hubungan seks memiliki pengaruh yang terhadap kehidupan rumah tangga. Tak sekadar menjadi kebutuhan biologis suami maupun istri, seks juga merupakan bentuk ekspresi kasih sayang antara keduanya, yang akhirnya dapat menimbulkan perasaan tentram dan damai dalam keluarga. Agama Islam pun tak luput dari mengeluarkan sejumlah rambu-rambu atau hukum yang mengatur kehidupan […]<\/p>\n","protected":false},"author":8,"featured_media":2294,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[22],"tags":[1560,1559,1558],"yoast_head":"\n