Pecihitam.org<\/strong> – Abu Usman Fauzi bernama lengkap Tgk. H. Teuku Usman Al-Fauzi Bin Tgk. Teuku Muhammad Ali. Beliau juga akrab disapa dengan sebutan Abu Lueng Ie. Sedangkan Lueng Ie itu sendiri merupakan nama laqab tempat ia tinggal, yakni Desa Lueng Ie, Aceh Besar. <\/p>\n\n\n\n

Dikarenakan beliau berasal dari golongan ninggrat yang di\nAceh sering disebut dengan Teuku atau Ampon, maka gurunya yakni Abuya Muda Waly\nsering memanggilnya dengan sapaan Ampon.<\/p>\n\n\n\n

Al-Fauzi merupakan laqab yang diberikan oleh Abuya Muda Waly<\/strong><\/a>. Abuya mengartikan al-Fauzi sebagai orang yang kuat menghadapi cobaan dan tantangan. <\/p>\n\n\n\n

Abuya Muda Waly memberi gelar tersebut kepada Abu Lueng Ie lantaran beliau memang pantas menyemat laqab tersebut, sebab beliau berhasil melewati bermacam tantangan hidup, terutama ketika masih belajar kepada Abuya di Dayah Darussalam, Labuhan Haji, Aceh Selatan.<\/p>\n\n\n\n

Kelahirannya<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Abu Usman Fauzi lahir di Desa Cot Cut pada tahun 1919,\nsekitaran Desa Cot Iri, Aceh Besar dan meninggal dunia pada tahun 1992 di Banda\nAceh dalam usia 72 tahun. Ayahnya bernama Tgk. Teuku Muhammad Ali. Namun\nmasyarakat mengenal dengan sebutan Teuku Nyak Ali.<\/p>\n\n\n\n

beliau berasal dari kalangan Teuku<\/a> (bangsawan\/niggrat), sehingga pada masa kanak-kanak dan remaja mampu bersekolah di sekolah favorit pada masanya, sehingga wajar-wajar saja Abu Usman Fauzi mampu menguasai beberapa bahasa Asing baik Inggris dan lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya Abu Usman Fauzi adalah seorang veteran pada masa penjajahan di usia dewasanya, beliau bertugas untuk mengawal para Ulama pada acara-acara penting. <\/p>\n\n\n\n

Suatu saat ketika Abu Usman Fauzi sedang mengawal Abuya Mudawaly, Abu Usman melihat sosok Abuya yang sangat menakjubkan dan wajahnya begitu beraura, sehingga Abu Usman tertarik hatinya untuk dapat terus mengikuti Abuya dan berguru padanya.<\/p>\n\n\n\n

Keinginan beliau semakin hari semakin menjadi-jadi,\nCita-cita dan keinginannya agar dapat menuntut ilmu ke Dayah Darussalam Labuhan\nHaji pun semakin meningkat.<\/p>\n\n\n\n

Walaupun pada awalnya ada suatu hal yang mengganjal, ketika bermusyawarah\ndengan ibu, Abu tidak diizinkan untuk pergi menuntut ilmu ke Labuhan Haji,\nkarena sangat jauh dan pun beliau merupakan putra semata wayang.<\/p>\n\n\n\n

Walaupun sudah beberapa kali diminta sang Ibupun tidak juga megizinkan, sampai akhirnya, Abuya mengambil sikap bahwa Abu Lieng Ie harus ikut Abuya Muda Waly untuk menuntut ilmu<\/a> di dayah Labuhan Haji walaupun sang ibu tidak merestuinya.<\/p>\n\n\n\n

Kiprahnya <\/strong><\/p>\n\n\n\n

Setelah Abu Lueng Ie menuntut ilmu di Darussalam Labuhan Haji kurang lebih selama delapan tahun, beliau kemudian sempat menjadi guru di Dayah Kalee Pidie selama 3 tahun. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi ini tidaklah bertahan lama karena Abu berkeinginan untuk mendirikan dayah (pesantren) sendiri yang kemudian diberi nama dengan Dayah Darul \u2018Ulum sekitar tahun 1960 di Desa Lueng Ie. <\/p>\n\n\n\n

Dayah Darul \u2018Ulum tersebut kemudian berkembang pesat, banyak murid-murid yang berdatangan untuk menimba ilmu disana dan berhasil mencetak kader-kader Ulama sekitarnya.<\/p>\n\n\n\n

Disamping perannya sebagai pimpinan dayah,  Abu Usman Fauzi rahimahullah juga merupakan seorang Mursyid dalam thariqat naqsyabandiyyah yang luar biasa perkembangannya dan sangat banyak pengikut thariqat tersebut di Aceh bahkan didunia saat ini. <\/p>\n\n\n\n

Dari karena itu, beliau kemudian memiliki banyak murid dan pengikut, bahkan hampir di setiap wilayah dalam kabupaten di propinsi paling ujung itu terdapat pengikutnya.<\/p>\n\n\n\n

Wafatnya<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Abu Usman Fauzi rahimahullah meningal dunia pada hari jum\u2019at\ntahun 1992 di Rumah Sakit Kesdam setelah sebelumnya sempat dirawat di RSUD\nZainal Abidin. Sebagaimana cita-cita semua ummat Islam, meninggal di hari Jumat\nadalah sebuah harapan indah. Makanya dalam zikir suluk selalu dipanjatkan doa\nagar meninggal hari Jumat bulan Ramadan. Teryata Allah memperkenankan doa Abu\nselama ini.<\/p>\n\n\n\n

Sebelum beliau wafat, Desa Lueng Ie sedang dalam kondisi kemarau. Panas terik matahari membuat masyarakat setempat malas keluar rumah. Pohon-pohon pun terlihat layu dan kering dan tanah pun tampak gersang. <\/p>\n\n\n\n

Setelah\u00a0 Abu meninggal, alam sekitar langsung berubah drastis. Langit seakan menangis histeris. Hujan deras terus membasahi tanah Lueng Ie dan sekitarnya. <\/p>\n\n\n\n

Derasnya hujan berlangusung hingga beberapa hari. Ditambah lagi\ndengan angin kencang dan petir yang menyambar-nyambar yang. Seolah-olah alam\nberpesan kepada penghuninya, bahwa kepergian Abu adalah musibah bagi dunia.<\/p>\n\n\n\n

Para murid dan masyarakat dari berbagai daerah di Aceh mulai\nmendatangi rumah duka. Kepergian Abu membuat keluarga dan anak-anaknya sedih.\nMuridnya merasakan kesedihan yang begitu mendalam. Sepertinya sulit sekali\nmencari pengganti sekaliber Abu Usman Fauzi atau yang kerap disapa Abu Lueng Ie\nini.<\/p>\n\n\n\n

Demikian biografi Abu Usman Fauzi yang sangat singkat ini,\nsemoga menambah wawasan bagi para pembaca.  Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa-dosa\nAlmarhum dan menempatkan beliau disisi-Nya, bersama para Nabi \u2018alaihimusshalatu\nwassalam<\/em>. Wallahua\u2019lambisshawab!<\/em><\/p>\n\n\n\n

[Referensi: Dari Berbagai Sumber]<\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Abu Usman Fauzi bernama lengkap Tgk. H. Teuku Usman Al-Fauzi Bin Tgk. Teuku Muhammad Ali. Beliau juga akrab disapa dengan sebutan Abu Lueng Ie. Sedangkan Lueng Ie itu sendiri merupakan nama laqab tempat ia tinggal, yakni Desa Lueng Ie, Aceh Besar. Dikarenakan beliau berasal dari golongan ninggrat yang di Aceh sering disebut dengan […]<\/p>\n","protected":false},"author":43,"featured_media":24542,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[12,16],"tags":[7431,6594],"yoast_head":"\n