Pecihitam.org –<\/strong> Jaul beli ada yang secara cash dan ada yang secara kredit. Inti dari kedua jual beli itu adalah ada keuntungan. Keuntungan dari jual beli cash dan kredit sama-sama dibolehkan dalam Islam. Namun sebagian masyarakat ada yang menganggap keuntungan dari jual beli kredit adalah riba. Dari ini maka saya ingin mengkaji sebenarnya apa hukum jual beli secara kredit dalam Islam menurut ulama fiqih Syafiiyah.<\/p>\n\n\n\n Praktek jual\nbeli secara kredit adakalanya si tukang kredit memasang dua harga, jika beli\nsecara kredit harganya sekian dan kalau tunai harganya sekian. Tetapi\nadakalanya memang si tukang kredit hanya menjual barang secara kredit saja.\nTentu harga jual barang secara kredit lebih mahal dari pada jual kontan.<\/p>\n\n\n\n Sebenarnya perdagangan yang tidak beresiko tinggi kearah ribawi<\/em>\nmemang dengan memakai sistem kontan atau cash (naqdan<\/em>). Namun demikian\nmenjual barang dengan sistem kredit adalah dikenal dalam fikih dengan istilah bai\u2019\nbi tsaman ajil<\/em> (menjual barang dengan harga tempo). Penjualan model seperti\nini hukumnya sah-sah saja.<\/p>\n\n\n\n Saat terjadi penjualan barang dengan memakai sistem kredit yang perlu diperhatikan adalah adanya pilihan harga yang jelas dari kedua belah pihak. Sehingga tidak terjadi penjualan satu barang dengan dua harga (bai\u2019atun fi bai\u2019ataini<\/em>) yang dilarang dalam Hadits riwayat at-Tirmidzi<\/a>:<\/p>\n\n\n\n \u0623\u064e\u0646\u064e\u0651 \u0627\u0644\u0646\u064e\u0651\u0628\u0650\u064a\u064e\u0651 \u0635\u064e\u0644\u064e\u0651\u0649 \u0627\u0644\u0644\u0647\u064f \u0639\u064e\u0644\u064e\u064a\u0652\u0647\u0650 \u0648\u064e\u0633\u064e\u0644\u064e\u0651\u0645\u064e \u0646\u064e\u0647\u064e\u0649 \u0639\u064e\u0646\u0652 \u0628\u064e\u064a\u0652\u0639\u064e\u062a\u064e\u064a\u0652\u0646\u0650 \u0641\u0650\u064a\u0652 \u0628\u064e\u064a\u0652\u0639\u064e\u0629\u064d<\/strong><\/p>\n\n\n\n “Bahwa Nabi Shallallahu \u2018alaihi wa sallam melarang melakukan dua transaksi dalam satu transaksi jual beli”.<\/em><\/p>\n\n\n\n Contohnya adalah penjual berkata pada pembeli: \u201cAku jual barang ini kepada kamu dengan harga 1.000 kontan atau dengan harga 2.000 dengan cara kredit. Terserah kamu pilih harga yang mana.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n Penjualan satu barang dengan dua harga tersebut meskipun terjadi saling suka rela antara dua belah pihak (penjual-pembeli), namun tetap transaksinya dianggap batal dan berkosekwensi wajibnya mengembalikan barang yang telah mereka terima. <\/p>\n\n\n\n Keterangan\ndi atas dijelaskan dalam kitab Raudhatu al-Thalibin<\/em> juz-III, hal. 397,\nkitab al-Fiqhu al-Islami wa Adillatuh<\/em> juz-V, hal. 147, dan kitab Tuhfatul\nMuhtaj fi Syarhil-Minhaj<\/em> juz-17, hal. 54.<\/p>\n\n\n\n Sedangkan\ntransaksi kredit dengan praktek perjanjian pencabutan barang serta hangusnya\nuang cicilan disaat konsumen tidak mampu memenuhi kewajiban angsuran dalam\njangka tertentu adalah tidak sah, kecuali jika hal itu dilakukan di luar akad (kharij\nal-aqd<\/em>) jual beli barang itu. <\/p>\n\n\n\n Dengan demikian maka sebenarnya segala jenis transaksi yang berkembang pada zaman sekarang kalau jelas akadnya maka sah-sah saja. Yang tidak sah adalah transaksi yang terjadi dengan dua harga, seperti kata penjual: \u201cAku jual motor ini kepada kamu dengan harga 15.000.000 kontan atau dengan harga 20.000.000 dengan secara kredit. Terserah kamu pilih harga yang mana.\u201d<\/p>\n\n\n\n