Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":2541,"date":"2019-05-23T23:10:33","date_gmt":"2019-05-23T23:10:33","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=2541"},"modified":"2019-05-23T23:10:37","modified_gmt":"2019-05-23T23:10:37","slug":"begini-makna-dan-tafsir-ayat-wabil-walidaini-ihsana-ditinjau-dari-aspek-bahasa","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pecihitam.org\/begini-makna-dan-tafsir-ayat-wabil-walidaini-ihsana-ditinjau-dari-aspek-bahasa\/","title":{"rendered":"Begini Makna dan Tafsir Ayat Wabil Walidaini Ihsana Ditinjau dari Aspek Bahasa"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/strong> – Dalam al-Qur\u2019an surat al-Isra\u2019 (17) ayat 23, surat al-Baqarah (2) ayat 83, surat an-Nisa (4) ayat 36, surat al-An\u2019am (6) ayat 151, terdapat perintah \u201cwabil walidaini ihsana<\/strong>\u201d. Dalam surat al-Ahqaf ayat 15 redaksi yang dipakai adalah \u201cbi walidayhi ihsana\u201d. Ini adalah perintah al-Qur\u2019an untuk kita berbakti kepada orang tua.<\/p>\n\n\n\n

Kali ini kita bahas dari aspek bahasa, khususnya penggunaan kata sambung \u201cbi\u201d dan diksi \u201cihsan\u201d. Seperti berulangkali saya bahas, kita tidak bisa bergantung semata pada terjemahan untuk dapat memahami kandungan makna al-Qur\u2019an<\/a>. Kita harus membuka kitab Tafsir untuk belajar dari penjelasan para ulama yang memang mumpuni baik dari segi bahasa Arab, maupun kaidah tafsir.<\/p>\n\n\n\n

Pertama, mengapa digunakan kata sambung \u201cbi\u201d dalam frase \u201cwabil walidaini ihsana?” Bukankah secara bahasa boleh juga digunakan kata sambung \u201cila\u201d (ke) dan \u201cli\u201d (untuk)? Apa rahasianya al-Qur\u2019an memilih kata sambung \u201cbi\u201d?<\/p>\n\n\n\n

Kita mulai dengan penjelasan dari Sayyid Thantawi dalam kitab Tafsirnya al-Wasith:<\/p>\n\n\n\n

\u200e\u0648\u0627\u0644\u0625\u062d\u0633\u0627\u0646 \u064a\u062a\u0639\u062f\u0649 \u0628\u062d\u0631\u0641\u0649 \u0627\u0644\u0628\u0627\u0621 \u0648\u0625\u0644\u0649\u060c \u0641\u0642\u0627\u0644: \u0623\u062d\u0633\u0646 \u0628\u0647\u060c \u0648\u0623\u062d\u0633\u0646 \u0625\u0644\u064a\u0647\u060c \u0648\u0628\u064a\u0646\u0647\u0645\u0627 \u0641\u0631\u0642 \u0648\u0627\u0636\u062d\u060c \u0641\u0627\u0644\u0628\u0627\u0621 \u062a\u062f\u0644 \u0639\u0644\u0649 \u0627\u0644\u0625\u0644\u0635\u0627\u0642\u060c \u0648\u0625\u0644\u0649 \u062a\u062f\u0644 \u0639\u0644\u0649 \u0627\u0644\u063a\u0627\u064a\u0629\u060c \u0648\u0627\u0644\u0625\u0644\u0635\u0627\u0642 \u064a\u0641\u064a\u062f \u0627\u062a\u0635\u0627\u0644 \u0627\u0644\u0641\u0639\u0644 \u0628\u0645\u062f\u062e\u0648\u0644 \u00ab\u0627\u0644\u0628\u0627\u0621\u00bb \u062f\u0648\u0646 \u0627\u0646\u0641\u0635\u0627\u0644 \u0648\u0644\u0627 \u0645\u0633\u0627\u0641\u0629 \u0628\u064a\u0646\u0647\u0645\u0627\u060c \u0623\u0645\u0627 \u0627\u0644\u063a\u0627\u064a\u0629 \u0641\u062a\u0641\u064a\u062f \u0648\u0635\u0648\u0644 \u0627\u0644\u0641\u0639\u0644 \u0625\u0644\u0649 \u0645\u062f\u062e\u0648\u0644 \u0625\u0644\u0649 \u0648\u0644\u0648 \u0643\u0627\u0646 \u0645\u0646\u0647 \u0639\u0644\u0649 \u0628\u0639\u062f \u0623\u0648 \u0643\u0627\u0646 \u0628\u064a\u0646\u0647\u0645\u0627 \u0648\u0627\u0633\u0637\u0629<\/p>\n\n\n\n

Menurut para pakar grammatika Arab, kata sambung \u201cbi \u201d salah satunya mengandung makna \u201clil ilshaq\u201d (\u0625\u0644\u0635\u0627\u0642) yakni menunjukkan hubungan yang erat dan dekat antara dua hal atau lebih. Faidahnya untuk menunjukkan kedekatan atau kelekatan. Sementara itu, penggunaan kata sambung \u201cila\u201d mengandung makna jarak, dari satu hal ke hal lainnya. MIsalnya kita menuju ke Mekkah dari Madinah. Ini menunjukkan ada jarak antara kedua kota tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Dengan demikian, dari sudut bahasa saja, yaitu pemilihan kata sambung \u201cbi\u201d, bukan \u201c ila\u201d, menunjukkan Allah tidak menghendaki jarak walau sedikitpun dalam hubungan berbakti kepada kedua orang tua. Al-Qur\u2019an menghendaki hubungan yang sangat erat dan dekat, bahkan lekat, antara anak dengan orang tuanya. Kedekatan ini bukan hanya dimaknai secara fisik, tapi juga secara emosional dan spiritual.<\/p>\n\n\n\n

Tafsir al-Misbah juga menjelaskan bahwa penggunaan kata sambung \u201cli\u201d tidak digunakan karena kebaikan atau manfaat dalam berbakti kepada orang tua itu pada hakikatnya bukan untuk kepentingan orang tua, tetapi untuk kepentingan sang anak itu sendiri. Itu sebabnya tidak dipilih kata sambung \u201cli\u201d yang bermakna peruntukan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai tambahan, kata sambung \u201cli\u201d juga bermakna kepemilikan. Tidak digunakannya kata \u201cli\u201d, menurut kitab tafsir at-Tahrir wat Tanwir karya Ibn Asyur, boleh jadi mengindikasikan bahwa berbakti pada orang tua itu bukan soal memberi manfaat material, tetapi lebih menekankan kepada penghormatan pribadi kedua orang tua.<\/p>\n\n\n\n

\u200e\u0648\u0625\u0630\u0627 \u0623\u0631\u064a\u062f \u0628\u0647 \u0625\u064a\u0635\u0627\u0644 \u0627\u0644\u0646\u0641\u0639 \u0627\u0644\u0645\u0627\u0644\u064a \u0639\u064f\u062f\u064a\u0651 \u0628\u0625\u0644\u0649\u060c \u062a\u0642\u0648\u0644 \u0623\u062d\u0652\u0633\u064e\u0646\u064e \u0625\u0644\u0649 \u0641\u0644\u0627\u0646\u060c \u0625\u0630\u0627 \u0648\u0635\u0644\u0647 \u0628\u0645\u0627\u0644 \u0648\u0646\u062d\u0648\u0647.<\/p>\n\n\n\n

Kedua, kenapa diksi yang dipilih untuk berbakti pada orang tua itu ihsan? Bukan kata adil misalnya?<\/p>\n\n\n\n

Kata Ihsan dan derivasinya digunakan untuk mencakup apa yang membahagiakan manusia karena perolehan nikmat berkenaan dengan diri, jasmani mapun kondisinya. Demikian penjelasan Tafsir al-Misbah dengan merujuk kepada keterangan pakar kosa kata al-Qur\u2019an, yaitu ar-Raqhib al-Asfahani.<\/p>\n\n\n\n

Itu sebabnya al-Qur\u2019an meenggunakan kata ihsan karena kandungan kata ini lebih dalam dibanding kata adil. Kalau adil itu memperlakukan orang lain sama perlakuanya kepada kita, maka ihsan maknanya kita memperlakukannya lebih baik lagi.<\/p>\n\n\n\n

Jadi, dengan makna seperti ini kita bisa pahami perintah al-Qur\u2019an untuk berbakti kepada kedua orang tua harus dengan makna kedekatan kita kepada mereka berdua secara emosional dan spiritual. Memberikan penghormatan bukan semata soal material. Dan apa yang kita berikan dan persembahkan kepada orang tua harus lebih baik lagi, meskipun seandainya orang tua berprilaku jelek atau mengabaikan anaknya. Karena yang dipakai bukan konsep adil, tapi konsep ihsan.<\/p>\n\n\n\n

Makna \u201cwabil walidaini ihsana<\/strong>\u201d yang kita jelaskan di atas dari sisi kebahasaan tidak bisa kita temui hanya dengan sekadar membaca terjemahan al-Qur\u2019an.<\/p>\n\n\n\n

Sekadar informasi, kitab yang membahas aspek kebahasaan dalam al-Qur\u2019an, diantaranya:<\/p>\n\n\n\n