Pecihitam.org<\/strong> – Wall Street Journal (WSJ) dalam\nartikel laporannya berjudul China\nPersuaded One Muslim Nation to Keep Silent on Xinjiang Camps menuding\normas Islam di Indonesia seperti Majelis Ulama\nIndonesia, Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah berhasil dibungkam oleh pemerintah China setelah diajak berkunjung ke Xinjiang, China.<\/p>\n\n\n\n

Menanggapi tudingan tersebut, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah akan menuntut media dan reporter harian asal Amerika\nSerikat the Wall Street Journal (WSJ) apabila yang bersangkutan tidak ada\niktikad baik untuk meralat tulisannya tersebut.<\/p>\n\n\n\n

“Pimpinan\nPusat Muhammadiyah mendesak agar Wall Street Journal meralat berita tersebut\ndan meminta maaf kepada warga Muhammadiyah. Apabila hal tersebut tidak\ndipenuhi, Muhammadiyah akan mengambil langkah hukum sebagaimana mestinya,”\njelas Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, dikutip dari Merdeka, Selasa, 17\nDesember 2019.<\/p>\n\n\n\n

Diketahui, artikel di WSJ menyebut pejabat senior Muhammadiyah berubah sikapnya\nsetelah ikut melawat ke Xinjiang pada Februari lalu. <\/p>\n\n\n\n

Media AS tersebut mengutip pernyataan pejabat Muhammadiyah yang berkata\nkamp Xinjiang memiliki kondisi “excellent” dan bukan penjara. WSJ tak\nmenyebut siapa pejabat itu.<\/p>\n\n\n\n

Ketua Biro\nHubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional PP Muhammadiyah, Muhyiddin Junaidi, yang ikut serta dalam kunjungan di\nXinjiang melihat banyak hal mencurigakan saat ikut\nke mengecek kondisi Uighur seperti tulisan penunjuk kiblat di hotel yang\ntampaknya baru saja dipasang dan delegasi yang datang juga diawasi ketat.<\/p>\n\n\n\n

“Di jalanan\n(Xinjiang) tidak ada orang menggunakan jilbab. Tidak ada, karena itu namanya\nradikal tidak boleh,” ujar Muhyiddin Junaidi.<\/p>\n\n\n\n

“Kami\njarang menemukan ada restoran itu halal. Tidak ada. Karena Halal itu bahasa\nagama. Agama tak boleh berada di ruang umum,” lanjutnya.<\/p>\n\n\n\n

Pihaknya juga membantah sikapnya berubah terkait Uighur. Selama ini, kata\nMuhyiddin, Muhammadiyah mengaku tak ingin\nmembuat pro dan kontra terkait kasus tersebut sehingga memilih menyampaikan dahulu ke pemerintah lewat Kementerian\nLuar Negeri.<\/p>\n\n\n\n

Hal senada diungkapkan Bendahara Umum PP Muhammadiyah Suyatno.\nPihaknya, kata dia, akan menunggu iktikad baik\ndari Wall Street Journal. <\/p>\n\n\n\n

Bila tidak, pihaknya\nsiap mengambil langkah hukum ke Wall Street Journal dan Amerika Serikat.<\/p>\n\n\n\n

“Nanti\nsetelah dia enggak ada respons, kita akan tunggu dulu, kita minta tuntut salah\nsatunya kepada Journal dan pemerintah Amerika,” ujar Suyatno.<\/p>\n\n\n\n

Kendati mengaku siap melaporkan WSJ,\nMuhammadiyah tetap menegaskan tidak akan langsung membawa kasus itu ke ranah\nhukum, sebab pihaknya masih berprasangka\nbaik bahwa niat reporter WSJ itu positif, yakni mengekspos HAM Uighur.<\/p>\n\n\n\n

“Kami\nminta klarifikasi dari wartawan tersebut dari mana sumbernya agar beliau\nmenjelaskan, karena tanpa memberikan sumbernya itu namanya provokasi dan\ntuduhan. Jangan-jangan dengan adanya berita itu maka kita mengadakan preskon,\nmasalah Uighur terangkat kembali,” terangnya.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Wall Street Journal (WSJ) dalam artikel laporannya berjudul China Persuaded One Muslim Nation to Keep Silent on Xinjiang Camps menuding ormas Islam di Indonesia seperti Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah berhasil dibungkam oleh pemerintah China setelah diajak berkunjung ke Xinjiang, China. Menanggapi tudingan tersebut, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah akan menuntut media […]<\/p>\n","protected":false},"author":15,"featured_media":26224,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[2,3],"tags":[51,1460],"yoast_head":"\n