Pecihitam.org<\/strong> – Imam al-Qusyairi memiliki nama lengkap Abdul Karim al-Qusyairi bin Hawazin bin Abdul Malik bin Thalhah bin Muhammad. Panggilannya (kun-yah) Abul Qasim, memiliki nisbah laqab (gelar) yang cukup banyak, antara lain: An-Naisaburi, al-Qusyairi, al-Istiwa\u2019i, asy-Syafi\u2019i. <\/p>\n\n\n\n Sedangkan gelar kehormatannya : al-Imam, al-Ustadz Syeikh, Zainul Islam, al-Jami\u2019 baina asy-sayri\u2019ati wa al-haqiqah, dan lain sebagainya. Semua itu sebagai penghormatan atas kedudukannya yang tinggi dalam bidang ilmu pengetahuan di dunia islam dan dunia tasawuf<\/p>\n\n\n\n Imam al-Qusyairi lahir di Astawa pada bulan Rabi\u2019ul Ula tahun\n376 H\/986 M. Syuja’ al Hadzaly mengemukakan bahwa sang Ustadz wafat di Naisabur,\npada pagi hari Ahad, 16 Rabi\u2019ul Akhir 465 H\/l 073 M, pada usia 87 tahun.<\/p>\n\n\n\n Ia dimakamkan di sebelah makam Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq ra\nyang merupakan gurunya sendiri, dan tak seorang pun berani memasuki kamar\npustaka pribadinya dalam waktu beberapa tahun, itu semua karena sebagai\npenghormatan atas dirinya.<\/p>\n\n\n\n Kehidupan Al-Qusyairi <\/strong><\/p>\n\n\n\n Imam al-Qusyairi lahir sebagai yatim. Ayahnya telah wafat ketika usianya masih kecil. Lalu pendidikannya diserahkan kepada Abul Qasim al Yamany, salah seorang sahabat dekat keluarga al-Qusyairi. Padanyalah sang Imam belajar bahasa Arab dan Sastra.<\/p>\n\n\n\n Naisabur ketika itu merupakan ibu kota Khurasan. Seperti\nsebelumnya, kota ini merupakan pusat para Ulama dan memberikan peluang besar\nberbagai disiplin ilmu. Syeikh al Qusyairy sampal di Naisabur, dan di sanalah\nbeliau mengenal Syeikh Abu Ali al-Hasan bin Ali an Naisabury, yang populer\ndengan panggilan ad-Daqqaq, seorang ahli yang terkemuka pada zamannya. <\/p>\n\n\n\n Ketika mendengar untaian kalam hikmah ad-Daqqaq, beliau sangat\nmengaguminya. Ad-Daqqaq sendiri telah berfirasat mengenai perihal kecerdasan\nmuridnya tersebut. Karena itulah ad-Daqqaq mendorongnya untuk menekuni ilmu\npengetahuan.<\/p>\n\n\n\n Akhirnya, Imam al-Qusyairi merubah keinginannya semula, dan\ncita-cita sebagai pegawai pemerintahan hilang dari benaknya, lalu kemudian\nmemilih jalan Thariqat.<\/p>\n\n\n\n Ustadz al-Qusyairi mengungkapkan panggilannya pada Abu Ali\nad-Daqqaq dengan panggilan asy-Syahid.<\/p>\n\n\n\n Maha Guru imam ini menunaikan kewajiban haji bersamaan dengan para Ulama terkenal, antara lain: Syeikh Abu Muhammad Abdullah bin Yusuf al-Juwainy (wafat 438 H.\/1047 M), Syeikh Abu Bakr Ahmad ibnul Husain al-Balhaqy (384 458 H.\/994 1066 M) dan Sejumlah besar Ulama ulama masyhur yang sangat dihormati ketika itu.<\/p>\n\n\n\n Guru-Gurnya<\/strong><\/p>\n\n\n\n Guru-guru yang menjadi pembimbing Imam al-Qusyairi antara lain: Abu Ali al-Hasan bin Ali an Naisabury, yang populer dengan nama ad-Daqqaq, Abu Abdurrahman Muhammad ibnul Husain bin Muhammad al-Azdy as Sulamy an Naisabury (325-412 H.\/936-1021 M), seorang Ulama Sufi besar, Abu Bakr Muhammad bin Abu Bakr ath-Thausy (385-460 H.\/995-1067 M), Maha Guru al Qusyairy belajar bidang fiqih kepadanya.<\/p>\n\n\n\n Dan diantara Gurunya juga : Abu Bakr Muhammad ibnul Husain bin Furak al Anshary al-Ashbahany (w 406 H\/1015 M), Kepadanya beliau belajar ilmu Kalam. Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad bin Mahran al Asfarayainy (wafat 418 H.\/1027 M), Ulama fiqih dan ushul. Pada syeikh inilah Imam al-Qusyairi belajar Ushuluddin. <\/p>\n\n\n\n Abul Abbas bin Syuraih Dan Abu Manshur Abdul Qahir bin Muhammad al Baghdady at-Tamimy al-Asfarayainy, Kepadanya Imam al-Qusyairi belajar mazhab Syafi’i.<\/p>\n\n\n\n Imam al-Qusyairi belajar bidang Ushuluddin menurut mazhab Imam Abul Hasan al Asy’ari<\/a> dan dikenal pula sebagai ahli fiqih mazhab Syafi’i. Beliau seorang Sufi yang benar-benar jujur dalam ke-tasawufan-nya, ikhlas dalam mempertahankannya dan komitmennya terhadap kesufian begitu mendalam. <\/p>\n\n\n\n