Pecihitam.org<\/strong> \u2013 Menanggapi soal larangan perayaan Natal di Dharmasraya dan Sijunjung, Sumatra Barat (Sumbar), Ketua Tanfidziah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas menyebut toleransi merupakan bagian dari ajaran agama Islam<\/p>\n\n\n\n

\u201cSikap toleran itu ada pemaparan dan petunjuk dalam ajaran agama.,\u201d ujar\nRobikin, dikutip dari CNN Indonesia, Minggu, 22 Desember 2019.<\/p>\n\n\n\n

Menurutnya,\najaran agama memberi panduan bagaimana dalam hidup bermasyarakat orang harus\nsama-sama berlaku baik, lemah lembut, saling pemaaf, menghargai.   <\/p>\n\n\n\n

“Toleransi\nsesungguhnya juga bagian inheren dari ajaran agama kita. Islam mengenal konsep\ntasamuh yang juga sering diterjemahkan sebagai sikap toleransi,\u201d\nungkapnya.<\/p>\n\n\n\n

Pihaknya pun menekankan bahwa dalam Islam ada\nprinsip umum ketika menerapkan toleransi.<\/p>\n\n\n\n

“Lakum\ndiinukum wa liya diin. Bagi kalian agama kalian, bagi kami agama kami. Kalau\nsudah menyangkut akidah tidak boleh kita pertukarkan. Biarkanlah mereka lakukan apa yang mereka yakini,\nsedang kita fokus pada apa yang kita yakini. Itu intinya,\u201d\nujarnya.<\/p>\n\n\n\n

Robikin kemudian memaparkan kisah turunnya ayat tersebut. Menurutnya, hal ini bermula\ndari seorang kafir Quraisy menemui Nabi. Mereka menawarkan ide untuk saling\nbertoleransi kepada Nabi.<\/p>\n\n\n\n

\u201cMereka berkata, Wahai Muhammad, bagaimana jika kami beribadah kepada\nTuhanmu, dan kalian juga beribadah kepada Tuhan kami. Kita bertoleransi dalam\nsegala permasalahan agama kita. Apabila ada sebagaian dari ajaran agamamu yang\nlebih baik dari tuntunan agama kami, maka kami akan amalkan hal itu.\nSebaliknya, apabila ada dari ajaran kami yang lebih baik dari tuntunan agamamu,\nengkau juga harus mengamalkannya.  Maka turunlah ayat, Qul yaa\nayyuhal kaafiruun. Laa a’budu maa ta’buduun,\u201d tutur Robikin.<\/p>\n\n\n\n

Umat islam, kata dia, mesti menghargai apa ibadah umat agama lain dan tidak\nberbuat keributan. <\/p>\n\n\n\n

\u201cBerpuluh bahkan beratus tahun sebelum Indonesia merdeka, bangsa kita\nsudah beragam suku, budaya, dan agamanya. Tetapi para leluhur bangsa Indonesia\nbisa hidup rukun, damai, dan saling welas asih,\u201d ujar Robikin.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu, menurut Robikin prinsip menghargai perbedaan sudah menjadi tradisi\nkebersamaan di Indoensia.<\/p>\n\n\n\n

\u201c Sehingga, untuk hidup ditengah masyarakat yang majemuk warga perlu\nbersikap lemah lembut, berlaku baik, saling menghormati, saling menghargai.\nSikap yang mengedepankan pendekatan kemanusiaan semacam ini kemudian yang\ndikonsepsikan sebagai sikap toleransi,\u201d terangnya.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org \u2013 Menanggapi soal larangan perayaan Natal di Dharmasraya dan Sijunjung, Sumatra Barat (Sumbar), Ketua Tanfidziah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas menyebut toleransi merupakan bagian dari ajaran agama Islam \u201cSikap toleran itu ada pemaparan dan petunjuk dalam ajaran agama.,\u201d ujar Robikin, dikutip dari CNN Indonesia, Minggu, 22 Desember 2019. Menurutnya, ajaran agama memberi […]<\/p>\n","protected":false},"author":15,"featured_media":27077,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[2,3],"tags":[8175,1766],"yoast_head":"\n