Pecihitam.org<\/strong> – Nama Sultan Malik as-Saleh lebih sering kita kenal sebagai nama Bandar Udara (Bandara) Malikus Saleh di Lhokseumawe, Aceh. Penggunaan nama Sultan untuk Bandara tersebut sebagai bentuk peghormatan kepada tokoh yang dianggap sebagai seorang tokoh besar Nasional, terlebih Aceh.<\/p>\n\n\n\n Menurut budayawan Nahdlatul Ulama (NU) Agus Sunyoto dalam karyanya Atlas Walisongo (2017)<\/em> menjelaskan bahwa Sultan Malik as-Saleh adalah raja pertama Kerajaan Pasai dan sekaligus memiliki peran besar dalam penyebaran Islam di wilayah ujung Utara pulau Sumatera tersebut.<\/p>\n\n\n\n Informasi yang menjelaskan bahwa Sultan Malik as-Saleh sebagai raja pertama Kerajaan Pasai adalah peneliti A. H. Hill. Hill dalam risetnya membandingkan Hikayat Raja-raja Pasai <\/em>dengan karya seorang epigraf bernama J. P. Moquette dengan karyanya De Eerste Vorsten vab Samoedra Pase<\/em>. Hasil kajian bandingan tersebut menjelaskan bahwa Sultan Malik adalah raja pertama Pasai yang berkuasa tahun 1261-1289 M.<\/p>\n\n\n\n Adapun nama asli dari Sultan Malik as-Saleh adalah Meurah Silo,\nyang berarti anak Meurah Seulangan\/Meurah Jaga (Makhdum Malik Abdullah).\nAyahnya tersebut merupakan keturunan keenam dari Sultan Perlak bernama Makhdum\nMalik Ibrahim Syah Johan Berdaulat.<\/p>\n\n\n\n Dengan kata lain bahwa sejak lahir Sultan Malik as-Saleh adalah\nseorang bangsawan yang masih berdarah raja Kesultanan Perlak. Adapun gelar Malik\nAs-Saleh merupakan pemberian atas prestasi dari masa kekuasaannya yang dinilai\nberhasil membuat Negeri Pasai makmur, kaya raya, dan memiliki kekuatan militer\ndarat dan laut yang kuat.<\/p>\n\n\n\n Agus Sunyoto (2017) mengutip Prof. A. Hasyimy dengan karyanya Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia<\/em> bahwa Sultan as-Saleh memiliki peran besar dalam proses penyebaran Islam di bumi Nusantara. Walaupun data sejarah tidak memberikan gambaran yang detil seperti apa saja perannya dalam mendakwahkan Islam di Nusantara.<\/p>\n\n\n\n