Pecihitam.org – <\/strong>Dalam memahami Agama dan Budaya Masyarakat Jawa sudah pasti tak akan luput dengan pemahaman tentang segi geografis tanah jawa yang melatarbelakangi perkembangan tradisi didalamnya. Dari itu rasanya perlu untuk mendeskripsikan apa yang ada di jawa terlebih dahulu.<\/p>\n\n\n\n Di Jawa selain berkembang masyarakat Jawa juga berkembang masyarakat Sunda, Madura, dan masyarakat-masyarakat lainnya. Pada perkembangannya, masyarakat Jawa tidak hanya mendiami Pulau Jawa, tetapi kemudian menyebar di hampir seluruh penjuru nusantara. <\/p>\n\n\n\n Program transmigrasi yang dicanangkan pemerintah mengakibatkan banyak ditemukannya komunitas Jawa di luar pulau Jawa. Masyarakat Jawa ini memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan masyarakat-masyarakat lainnya, seperti masyarakat Sunda, masyarakat Madura, masyarakat Minang, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n Dengan perkembangan IPTEKS (ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni) yang semakin gencar seperti sekarang ini, masyarakat Jawa tetap eksis dengan berbagai keunikannya, baik dari segi budaya, agama maupun tata krama. <\/p>\n\n\n\n Namun demikian, pengaruh IPTEKS tersebut sedikit demi sedikit mulai menggerogoti keunikan masyarakat Jawa tersebut, terutama di kalangan generasi mudanya. <\/p>\n\n\n\n Di kota-kota besar seperti Yogyakarta sudah banyak ditemukan masyarakat Jawa yang tidak menunjukkan jati diri ke-Jawa-annya. Mereka lebih senang berpenampilan lebih modern yang tidak terikat oleh berbagai aturan atau tradisi-tradisi yang justru menghalangi mereka untuk maju (Marzuki, 2006: 3).<\/p>\n\n\n\n Begitu juga pengaruh keyakinan agama yang mereka anut ikut mewarnai tradisi dan budaya mereka sehari-hari. Masyarakat Jawa yang menganut Islam santri, misalnya, lebih banyak terikat dengan aturan Islamnya, meskipun bertentangan dengan budaya dan tradisi Jawanya. <\/p>\n\n\n\n Hal ini karena tidak sedikit tradisi-tradisi Jawa yang bertentangan dengan keyakinan atau ajaran Islam. Sebaliknya bagi yang menganut Islam abangan tradisi Jawa tetap dijunjung tinggi, meskipun bertentangan dengan keyakinan atau ajaran Islam. <\/p>\n\n\n\n Sebagian besar masyarakat Jawa sekarang ini menganut agama Islam. Di antara mereka masih banyak yang mewarisi agama nenek moyangnya, yakni beragama Hindu atau Budha, dan sebagian lain ada yang menganut agama Nasrani, baik Kristen maupun Katolik. <\/p>\n\n\n\n Khusus yang menganut agama Islam, masyarakat Jawa bisa dikelompokkan menjadi dua golongan besar, golongan yang menganut Islam murni (sering disebut Islam santri) dan golongan yang menganut Islam Kejawen (sering disebut Agama Jawi atau disebut juga Islam abangan). <\/p>\n\n\n\n Masyarakat Jawa yang menganut Islam santri biasanya tinggal di daerah pesisir, seperti Surabaya, Gresik, dan lain-lain, sedang yang menganut Islam Kejawen biasanya tinggal di Yogyakarta, Surakarta, dan Bagelen (Koentjaraningrat, 1995: 211). <\/p>\n\n\n\n