Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":29203,"date":"2020-01-05T05:00:07","date_gmt":"2020-01-04T22:00:07","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=29203"},"modified":"2020-01-04T19:35:33","modified_gmt":"2020-01-04T12:35:33","slug":"peran-ulama-dalam-proses-penyebaran-tafsir-al-quran-di-nusantara","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pecihitam.org\/peran-ulama-dalam-proses-penyebaran-tafsir-al-quran-di-nusantara\/","title":{"rendered":"Peran Ulama dalam Proses Penyebaran Tafsir Al Quran di Nusantara"},"content":{"rendered":"\n
Pecihitam.org<\/strong> – Perkembangan tafsir Al Quran di Nusantara khususnya di pulau Jawa tentu tidak bisa dipisahkan dengan persebaran Agama Islam di tanah Jawa sendiri. Dalam persebaran agama Islam di tanah Jawa tentu tidak terlepas dari al-Qur\u2019an dan Hadis. Sejak abad ke-14 \u00a0persebaran agama Islam di Jawa mengalami kemajuan yang sangat pesat.<\/p>\n\n\n\n
Kehadiran Walisogo di tanah Jawa membawa peruabahan baru dalam kehidupan masyarakat Jawa. Seperti memelihara keyakinan, menjaga kelselamatan harta, nyawa dan jiwa, menanamkan pemahaman tentang hukum, melindungi akal sehat dan membendung memerosotnya kehormatan dan martabat nilai-nilai sosial.<\/p>\n\n\n\n
Alkulturasi budaya dan agama menjadi salah satu kunci dalam kesuksesan\u00a0 strategi dakwah para Walisongo di tanah Jawa. Setelah sukses melakukan penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Para Walisongo kemudian mengajari masyarakat untuk mengenal al-Qur\u2019an.<\/p>\n\n\n\n
Para wali menggunakan surau <\/em>atau tempat yang seperti joglo sebagai tempat dalam proses belajar al-Qur\u2019an. Proses pembelajaran dengan melibatkan budaya atau bahasa Jawa sebagai alat untuk berkomunikasi kepada masyarakat berdampak pada semakin banyaknya masyarakat beralih agama menjadi seorang muslim. <\/p>\n\n\n\n
Strategi dakwah walisongo\nternyata diteruskan oleh ulama-ulama selanjutnya dalam mengajarkan al-Qur\u2019an\ndan bahkan banyak ulama-ulama setelah walisogo yang menulis kitab tafsir dengan\nmenggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Seperti Abd al-Ra\u2019uf al-Sinkili.<\/p>\n\n\n\n
Munculnya para mufasir di Indonesia dapat dilihat dari abad ke-17 sampai pada abad ke-20. Prosesnya tentu tidak langsung bersamaan, akan tetapi membutuhkan kurun waktu yang cukup lama. Terdapat beberapa kitab tafsir yang tidak ditemukan nama pengarangnya, namun banyak juga kitab tafsir yang mencantumkan nama pengarangnya.<\/p>\n\n\n\n
Tentu menjadi sebuah kendala penulis dalam mengklasifikasikan perkembangan tafsir di Indonesia dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, tidak banyak informasi yang penulis dapatkan karena faktor litrasi\/refrensi. Namun, tanpa mengurangi rasa hormat, penulis akan menjelaskan perkembangan tasfir al-Qur\u2019an di Indonesia yang telah penulis dapatkan sumbernya.<\/p>\n\n\n\n
Secara umum dalam proses interpretasi al-Qur\u2019an tentu tidak terlepas dari sebuah metodologi. Metodologi adalah satuan terpiasah dari teks yang mana setiap metodologi mempunyai karakteristik tersendiri. Hal tersebut dapat dilihat dalam proses interpretasi setiap mufasir ketika menafsirakan al-Qur\u2019an.<\/p>\n\n\n\n
Karena jika seorang mufasir ingin mencapai sebuah tujuan ketika menafsirkan al-Qur\u2019an, metodologi tafsir menduduki peran penting dalam tatanan ilmu tafsir Ulum al-Qur\u2019an.<\/em> Begitu juga dengan metode tafsir al-Quran di Nusantara. <\/p>\n\n\n\n
Karena ada abad ke-17 penggunaan nama Indonesia belum ada, oleh sebab itu penulis menggunakan kata Jawa sebagai daerah kekuasaan Majapahit yang menguasai daerah Sumatera. Perkembangan al-Qur\u2019an di Jawa sudah ada sejak pada abad ke-17. Setelah ditemukannnya naskah di daerah Aceh Tafsir Surat Al-Khafi <\/em>pada tahun 1607-1636. Namun sampai saat ini naskah tafsir tersebut belum ditemukan pengarangnya. <\/p>\n\n\n\n
Pada abad ke-18 terdapat dua ulama penyebar ajaran Islam di Pulau Sumatera yaitu al-Din al-Samatrani, Abd al-Ra\u2019uf al-Sinkili dan Hamzah al-Fansuri. Abd al-Ra\u2019uf al-Sinkili menulis sebuh kitab tafsir yang paling tua ditemukan dengan tulisan lengkap tiga puluh juz Tarjuman al Mustafid.<\/em> Hadirnya kitab-kitab tafsir tentu tidak terlepas dari sebuah metodologi pembelajaran al-Qur\u2019an.<\/p>\n\n\n\n
Proses pembelajaran al-Qur\u2019an di Jawa pada mulanya berawal dari penghafalan. Proses pengahafalan biasanya dilakukan di tempat-tempat seperti mushola, surau, dan di rumah. Namun yang lebih sering digunakan untuk belajar al-Qur\u2019an yaitu di pesantren.<\/p>\n\n\n\n