Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":29365,"date":"2020-01-07T08:15:00","date_gmt":"2020-01-07T01:15:00","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=29365"},"modified":"2020-01-07T00:12:38","modified_gmt":"2020-01-06T17:12:38","slug":"laki-laki-wajib-baca-ini-lho-nafkah-lahir-batin-yang-istri-inginkan","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pecihitam.org\/laki-laki-wajib-baca-ini-lho-nafkah-lahir-batin-yang-istri-inginkan\/","title":{"rendered":"Laki-laki Wajib Baca! Ini Lho Nafkah Lahir Batin yang Istri Inginkan"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/strong> – Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, seorang suami mempunyai kewajiban memberi nafkah lahir dan nafkah batin kepada isterinya. Lalu apa saja hak nafkah lahir batin bagi seorang istri?<\/p>\n\n\n\n

Nafkah merupakan hal yang pokok dalam ikataan perkawinan yang mana harus di penuhi oleh seseorang suami untuk isterinya. Dalam hal kewajiban menafkahi isteri beberapa ulama memiliki pendapat yang berbeda.<\/p>\n\n\n\n

Madzhab Hanafiyah berpendapat bahwa sebab di wajibkannya suami memberikan nafkah untuk isterinya adalah untuk menahan isteri di rumah. Suami berhak membatasi gerak-gerik isteri dan isteri wajib memberikan loyalitasnya kepada suami. amaka hak nafkah menjadi gugur apabila isteri tidak lagi memberikan loyalitasnya kepada suami, atau hal ini disebut dengan nusyuz yaitu keadaan di mana seorang isteri keluar dari ketaatan.<\/p>\n\n\n\n

Sementara menurut ulama Madzhab Syafi\u2019iyah<\/a><\/strong> dan beberapa pengikut madzab Hanabilah mengungkapkan bahwa alasan wajib memberikan nafkah kepada isteri adalah karena adanya perkawinan, sehingga menjadi suami isteri. Jadi selama menjadi isteri maka suami tetap wajib memberikan nafkah kepada istrinya, dan kewajiban isteri untuk menyerahkan dirinya kepada suami dengan suka rela untuk di perlakukan sebagai isteri. <\/p>\n\n\n\n

Adapun nafkah lahiriyah adalah kewajiban suami untuk memenuhi kebutuhan istri dari semua biaya pembelanjaan atau pengeluaran seseorang untuk mencukupi dan memenuhi kebutuhan pokok yang di butuhkan.<\/p>\n\n\n\n

Hukum pemenuhan nafkah terhadap istri secara lahiriyah baik dalam bentuk pembelanjaan, pakaian, ataupun makanan adalah wajib. Sebagaimana yang di jelaskan dalam firman Allah Swt berikut:<\/p>\n\n\n\n

\u0648\u064e\u0639\u064e\u0644\u064e\u0649 \u0627\u0644\u0652\u0645\u064e\u0648\u0652\u0644\u064f\u0648\u062f\u0650 \u0644\u064e\u0647\u064f \u0631\u0650\u0632\u0652\u0642\u064f\u0647\u064f\u0646\u0651\u064e \u0648\u064e\u0643\u0650\u0633\u0652\u0648\u064e\u062a\u064f\u0647\u064f\u0646\u0651\u064e \u0628\u0650\u0627\u0644\u0652\u0645\u064e\u0639\u0652\u0631\u064f\u0648\u0641\u0650 \u06da \u0644\u064e\u0627 \u062a\u064f\u0643\u064e\u0644\u0651\u064e\u0641\u064f \u0646\u064e\u0641\u0652\u0633\u064c \u0625\u0650\u0644\u0651\u064e\u0627 \u0648\u064f\u0633\u0652\u0639\u064e\u0647\u064e\u0627<\/strong><\/p>\n\n\n\n

\u201cDan kewajiban para Ayah memberik makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma\u2019ruf. Seseorang tidak di bebani melainkan menurut kadar kesanggupannya\u2026\u201d (QS. Al-Baqarah : 233)<\/em><\/p>\n\n\n\n

Ayat tersebut menjadi dasar kewajiban suami dalam memberi nafkah secara lahiriyah (materi) kepada isteri dan anak-anaknya dengan cara ma\u2019ruf sesuai dengan kemampuan yang ia miliki. Rasulullah Saw pun menjelaskan tentang nafkah lahiriah, dalam sebuah hadist berikut,<\/p>\n\n\n\n

\u0648\u0633\u0639\u0647\u0627 \u0627\u0644\u0627 \u0646\u0641\u0633 \u062a\u0643\u0644\u0641 \u0644\u0627 \u0628\u0627\u0644\u0645\u0639\u0631\u0648\u0641 \u0648\u0643\u0633\u0648\u0647\u0646 \u0631\u0632\u0642\u0647\u0646 \u0644\u0647 \u0627\u0644\u0645\u0648\u0644\u0648\u062f \u0648\u0639\u0644\u0649<\/strong><\/p>\n\n\n\n

\u201cDan mereka (para isteri) mempunyai hak di beri rezeki, dan pakaian (nafkah) yang di wajibkan atas kamu sekalian (wahai para suami).\u201d (HR. Muslim)<\/p>\n\n\n\n

Sedangkan dasar pemenuhan nafkah bathiniyah sebagaimana yang di jelaskan dalam QS. An-Nisa\u2019 : 19<\/p>\n\n\n\n

\u0628\u0627\u0644\u0645\u0639\u0631\u0648\u0641 \u0648\u0639\u0627 \u0634\u0631\u0648\u0647\u0646<\/strong><\/p>\n\n\n\n

\u201c\u2026.Dan bergaullah dengan mereka secara patut..\u201d (QS. An-Nisa\u2019)<\/em><\/p>\n\n\n\n

Makna dari kata ‘asyara yang memiliki akar kata \u2018isyara yaitu berkumpul atau bercampur. Dalam syariat islam antara suami dan istri di wajibkan untuk bergaul dengan sebaik-baiknya, tidak di bolehkan menunda hak dan kewajiban masing-masing. Tidak boleh saling membenci apalagi menyakiti satu sama lain.<\/p>\n\n\n\n

Adapun bentuk-bentuk dari nafkah batin antara lain adalah <\/p>\n\n\n\n