Pecihitam.org<\/strong> – Zuhud dan Wara sama-sama punya arti suatu sikap yang tidak cinta dunia namun memiliki implikasi yang berbeda. Zuhud diambil dari kalimat \u0632\u064e\u0647\u0650\u062f\u064e – \u064a\u064e\u0632\u0652\u0647\u064f\u062f\u064f – \u0632\u064e\u0647\u064e\u0627\u062f\u064e\u0629\u064b<\/strong> (zahida – yazhudu – zahadatan)<\/em>, yang artinya menunjukkan makna “sedikit<\/em>“. Sedangkan wara\u2019 diambil dari kalimat \u0648\u064e\u0631\u0650\u0639\u064e – \u064a\u064e\u0631\u0650\u0639\u064f – \u0648\u064e\u0631\u064e\u0639\u064b\u0627<\/strong> (wari’a – yari’u – wara’an)<\/em>. Wari’a (\u0648\u064e\u0631\u0650\u0639\u064e<\/strong>) menunjukkan makna “menahan diri”.<\/em><\/p>\n\n\n\n

Zuhud merupakan suatu sikap dalam hati seseorang untuk meninggalkan kecintaan dengan dunia. Atau meninggalkan perkara-perkara yang menyibukan dirinya dalam urusan dunia sehingga memfokuskan diri kepada Allah ta\u2019ala. Sedangkan wara\u2019 lebih kepada menahan diri kepada sesuatu perkara dunia yang belum ia raih.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai contoh yaitu khalifah Umar bin Abdul Azis<\/a><\/strong>, seorang ulama sekaligus umara yang memiliki harta dunia yang melimpah, namun darinya ia tidak disibukan dengan harta dunianya tersebut, maka dari itu beliau disebut sebagai seorang yang zuhud.<\/p>\n\n\n\n

Rasulullullah\nadalah manusia yang dilarang menerima shadakah namun ia menerima hadiah, suatu\nketika ia dapati kurma, ia tidak berani mengambilnya, karena ia takut itu kurma\nyang berasal dari shadaqah. Dari hal itulah beliau dikatakan sebagai orang yang\nwara\u2019 (yaitu menahan dirinya)<\/p>\n\n\n\n

Orang\nyang zuhud tidak berarti ia harus mengosongkan tangannya dari harta dunia, keliru\njika dikatakan orang yang zuhud adalah orang yang tidak punya apa-apa dengan\nkehidupan yang menyedihkan.<\/p>\n\n\n\n

Justru\nhal itu yang perlu kita ragukan, sebenarnya dia memang orang yang zuhud beneran\natau bukan, jangan-jangan kalau dititipi harta nanti ia tersibukan oleh\nhartanya. Jadi belum tentu orang yang tidak punya harta berarti dia orang yang\nzuhud.<\/p>\n\n\n\n

Namun\ntidak dipungkiri memang ada orang yang demikian, yang tidak memiliki harta\nkarena ia memilih menjadi orang yang zuhud, karena takut dari hartanya malah\nnanti di disubukan olehnya. Tugas kita adalah khusnudzan kepada orang lain. <\/p>\n\n\n\n

Namun\nyang lebih afdhol, orang yang benar-benar zuhud adalah orang yang memiliki\nbanyak harta atau jabatan yang tinggi \nnamun ia tidak tersibukan oleh hartanya dan jabatannya.<\/p>\n\n\n\n

Hidupnya santai saja, dia tidak terpengaruh harta dan jabatannya sama sekali, mau banyak harta dia biasa, dengan sedikit hartapun ia biasa, mau jabatannya sebagai raja, presiden, menteri hidupya biasa.<\/p>\n\n\n\n

Dalam kitab Al-Hikam karya Syekh Ibnu Aththoillah Al-Iskandari<\/a> <\/strong>yang disyarahi KH Sholeh Darat tentang kezuhudan sebagai pencapaian amal yang baik diterangkan bahwa:<\/p>\n\n\n\n

\u201cAmal yang baik buah dari kondisi yang baik. Sementara kondisi spiritual yang baik bersumber dari kemampuannya menerima berbagai kedudukan atau tingkatan yang Allah berikan.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n

Kondisi\nhati menjadi baik, sebab mempunyai sifat zahid atau tidak suka terhadap dunia,\nikhlas dalam segala amal ibadah, tawadlu\u2019,<\/em>dan sifat terpuji lainnya. Hal\ndemikian menjadi sebab indahnya seluruh amal dzahir yang bersih dari riya\u2019.<\/p>\n\n\n\n

Adapun\nkondisi hati yang baik ini bersumber dari rahmat dan kasih sayang Allah, tugas\nmanusia adalah selalu berusaha untuk memperbaiki hati dan selalu berdoa agar\ndiberikan cahaya uluhiyyah yang membuat hati bersinar.<\/p>\n\n\n\n

Menurut Syekh Ibnu\nAththoillah \u201cTidak disebut sedikit amal yang bersumber dari kalbu yang zuhud.\nDan tidak disebut banyak amal yang bersumber dari kalbu yang tamak.\u201d<\/p>\n\n\n\n

Walapun secara lahiriyah seseorang yang zuhud melakukan amal yang sedikit namun hakikatnya ia telah melakukan amal mulia, karena hati yang zuhud terbebas dari riya\u2019, sombong dan ujub.<\/p>\n\n\n\n

Berbeda\ndengan yang dalam hatinya tidak terdapat kezuhudan, secara lahiriyah ia beramal\nbanyak namun hakikatnya ia tidak melakukan amal apapun, karena amalnya termakan\noleh rasa riya\u2019, rasa sombong dan ujubnya.<\/p>\n\n\n\n

Demikian pengertian zuhud dan wara. Maka dari itu wajib bagi kita untuk selalu berusaha menata hati dengan senantiasa memohon pertolongan dari Allah agar terhindar dari penyakit-penyakit hati, dan dari situlah kita diberi rahmat oleh-Nya untuk menjadi orang yang zuhud. Wallahua\u2019lam. <\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Zuhud dan Wara sama-sama punya arti suatu sikap yang tidak cinta dunia namun memiliki implikasi yang berbeda. Zuhud diambil dari kalimat \u0632\u064e\u0647\u0650\u062f\u064e – \u064a\u064e\u0632\u0652\u0647\u064f\u062f\u064f – \u0632\u064e\u0647\u064e\u0627\u062f\u064e\u0629\u064b (zahida – yazhudu – zahadatan), yang artinya menunjukkan makna “sedikit“. Sedangkan wara\u2019 diambil dari kalimat \u0648\u064e\u0631\u0650\u0639\u064e – \u064a\u064e\u0631\u0650\u0639\u064f – \u0648\u064e\u0631\u064e\u0639\u064b\u0627 (wari’a – yari’u – wara’an). Wari’a (\u0648\u064e\u0631\u0650\u0639\u064e) […]<\/p>\n","protected":false},"author":46,"featured_media":29756,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[4],"tags":[8638,8637],"yoast_head":"\n