Pecihitam.org<\/strong> – Di awal abad ke 15 M, Kerajaan Majapahit<\/a> mulai mengalami kemunduran-kemunduran. Kemunduran tersebut disebabkan oleh perang saudara internal keraton Majapahit dan pemberontakan-pemberontakan di berbagai wilayah kekuasaan Majapahit.<\/p>\n\n\n\n Pada tahun 1401\nhingga 1405, Prabu Wikramawardhana penguasa Majapahit terlibat konflik dengan Bhre\nWirabhumi yang hendak merebut kekuasaannya. Peperangan tersebut disebut sebagai\nPerang Paregreg, artinya adalah perang yang dilakukan dengan cara tarik ulur\ndan tersendat-sendat.<\/p>\n\n\n\n Pada peperangan\ntersebut, Bhre Wirabhumi berhasil dikalahkan. Saat itu Bhre Wirabhumi melarikan\ndiri dengan menggunakan perahu. Namun ia kemudian tertangkap oleh pasukan\nMajapahit dan kemudian kepalanya dipenggal dan dimakamkan di Candi Grisapura.<\/p>\n\n\n\n Tidak hanya mengalami konflik internal, dua tahun sebelumnya Majapahit mendapatkan pemberontakan Prameswara di Palembang, wilayah Majapahit di Sumatera. <\/p>\n\n\n\n Pemberontakan Prameswara ini dilakukan oleh para bajak laut dari Cina. Dalam pemberontakan ini Majapahit dikalahkan dan Palembang jatuh ke kekuasaan bajak laut Cina.<\/p>\n\n\n\n Pemberontakan\nlain terjadi pada masa kekuasaan penerus Prabu Wikramawardhana, yakni Rani\nSuhita. Pada masa kekuasaan Rani Suhita, terjadi pemberontakan di Bali. Namun,\npemberontakan ini berhasil dipadamkan oleh Ario Damar.<\/p>\n\n\n\n Namun, yang semakin membuat Majapahit mengalami kemunduran adalah dinamika kekuasaan Rani Suhita yang menghabisi karir orang-orang unggulan yang berjasa kepada kerajaan. <\/p>\n\n\n\n Misalnya, Ario Damar setelah berhasil meredam pemberontakan di Bali disingkirkan jauh dari pusat kekuasaan Majapahit ke wilayah Palembang yang sedang dikuasai bajak laut Cina.<\/p>\n\n\n\n Dan masih banyak tokoh-tokoh lain yang memiliki jasa besar terhadap kerajaan disingkirkan oleh kekuasaan Rani Suhita. Dalam kondisi kerajaan yang sedang tidak stabil, kemudian membuang tokoh-tokoh penting merupakan sebuah pilihan yang keliru. Justru malah memperlemah kekuasaan Majapahit itu sendiri.<\/p>\n\n\n\n Kemudian, dakwah Islam memiliki tempat yang menguntungkan dalam kekuasaan Majapahit adalah setelah Rani Suhita meninggal pada tahun 1447 M dan digantikan oleh Prabu Kertawijaya Wijaya Parakramawardhana. <\/p>\n\n\n\n Prabu Kertawijaya ini kemudian dalam naskah sejarah disebut sebagai Prabu Brawijaya V. Gelar tersebut berdasar karena Prabu Kertawijaya adalah raja laki-laki ke lima yang sah dalam kekuasaan Majapahit.<\/p>\n\n\n\n Prabu Brawijaya\nmenikah dengan dua perempuan yang satu dari Champa (Vietnam) dan Cina. Kedua\nistrinya tersebut adalah seorang muslimah. Dan dari pernikahan tersebutlah\nPrabu Brawijaya V memiliki putera-putera yang muslim dan menjadi penyebar\nIslam.<\/p>\n\n\n\n Diantaranya adalah\nArio Damar yang menjadi adipati di Palembang, Raden Batara Kathong yang menjadi\nadipati Ponorogo, Arya Lembu Peteng yang\nmenjadi adipati Pamadegan, Arya Menak Koncar yang menjadi adipati Lumajang,\nRaden Patah yang menjadi adipati Demak, Raden Bondan Kyai Ageng Tarub II dan\nRaden Dandhum yang populer disebut sebagai Syaikh Belabelu.<\/p>\n\n\n\n Perhatian Prabu\nBrawijaya V terhadap dakwah Islam tak hanya melaui istri-istrinya dan beberapa\nputeranya yang musim. Namun, Prabu Brawijaya V juga mengangkat beberapa tokoh\nmuslim sebagai pejabat kerajaan Majapahit.<\/p>\n\n\n\n Misalnya Arya Teja yang muslim diangkat menjadi adipati Tuban. Kemudian Arya Lembu Sura yang muslim juga diangkat sebagai adipati Surabaya. <\/p>\n\n\n\n Kemudian, Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel<\/a> (putera Syaikh Ibrahim Samarkandi) diangkat menjadi imam dan bupati di Surabaya. Dan saudaranya Sunan Ampel, yakni Ali Murtadho dijadikan imam di Gresik dan diberikan gelar Raja Panditha.<\/p>\n\n\n\n Dari putera dan orang-orang yang diangkat sebagai pejabat oleh Prabu Brawijaya V tersebut melakukan dakwah Islam di berbagai tempat di Nusantara. Misalnya Sunan Ampel di Surabaya, kemudian keturunan Ali Murtadho yang juga menjadi wali besar, yakni Sunan Kudus<\/a>. <\/p>\n\n\n\n Selain itu Raden Patah menjadi raja Kerajaan Demak Islam. Dan juga Batara Kathong melakukan dakwah di wilayah Karesidenan Madiun (Pacitan, Madiun, dan Ponorogo).<\/p>\n\n\n\n Demikianlah\nsejarah tentang kemunduran kerajaan Majapahit yang disebabkan oleh perang\nsaudara dan pemberontakan di berbagai tempat. Namun, dalam kondisi lemahnya\nkekuasaan Majapahit tersebut, Prabu Brawijaya V memiliki perhatian yang besar\nterhadap dakwah Islam sehingga Islam dengan mudah berkembang di bumi Nusantara.\nWallahua\u2019lam.<\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":" Pecihitam.org – Di awal abad ke 15 M, Kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran-kemunduran. Kemunduran tersebut disebabkan oleh perang saudara internal keraton Majapahit dan pemberontakan-pemberontakan di berbagai wilayah kekuasaan Majapahit. Pada tahun 1401 hingga 1405, Prabu Wikramawardhana penguasa Majapahit terlibat konflik dengan Bhre Wirabhumi yang hendak merebut kekuasaannya. Peperangan tersebut disebut sebagai Perang Paregreg, artinya adalah […]<\/p>\n","protected":false},"author":47,"featured_media":31142,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[10],"tags":[7961,8899],"yoast_head":"\n