Pecihitam.org<\/strong> – Bismillah. Wal \u2018iyadz billah. Islam ialah agama monoteisme<\/a>. Islam agama penganut keesaan Tuhan. Allah Ta\u2019ala adalah satu-satunya Tuhan yang wajib kita menghamba kepada-Nya. Terang dalam ayat qur\u2019an bahwa: Qul huwa Allahu ahad<\/em> (Qs. al-Ikhlash; 1). Mustahil ada dua Tuhan atau lebih. <\/p>\n\n\n\n

Namun, persoalannya ketika ada yang menanyakan: Bukankah Allah maha kuasa? Apakah Allah tidak kuasa menciptakan Tuhan lain yang sama seperti diri-Nya? Jika tidak, bukankah itu artinya Allah tidak maha kuasa\/lemah?<\/p>\n\n\n\n

Dalam keyakinan saya sebagai warga NU, Allah memiliki sifat wajib berjumlah dua puluh. Salah satunya adalah al-wahdaniyah<\/em>: esa tiada berbilang. Sebagaimana tertuang dalam kitab teologi Fathul Majid<\/em> karya Ulama Nusantara Imam Nawawi al-Bantani (w. 1897 M.)<\/a>:<\/p>\n\n\n\n

\u0627\u0646 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0633\u0628\u062d\u0627\u0646\u0647 \u0648 \u062a\u0639\u0627\u0644\u0649 \u0648\u0627\u062d\u062f \u0641\u064a \u0627\u0644\u0630\u0627\u062a \u0648\u0647\u064a \u0645\u0627 \u0642\u0627\u0645 \u0628\u0646\u0641\u0633\u0647 … \u0648 \u0645\u0639\u0646\u0649 \u0643\u0648\u0646\u0647 \u0648\u0627\u062d\u062f \u0641\u064a \u0627\u0644\u0630\u0627\u062a \u0627\u0646\u0647 \u0644\u064a\u0633 \u0647\u0646\u0627\u0643 \u0630\u0627\u062a \u062a\u0634\u0628\u0647 \u0630\u0627\u062a\u0647 \u0648 \u0644\u064a\u0633 \u0630\u0627\u062a\u0647 \u0645\u0631\u0643\u0628\u0629 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0627\u062c\u0632\u0627\u0621\u060c \u0644\u0627\u0646 \u0627\u0644\u062a\u0631\u0643\u064a\u0628 \u0645\u0646 \u0635\u0641\u0627\u062a \u0627\u0644\u062d\u0648\u0627\u062f\u062b \u0648\u0627\u0644\u0644\u0647 \u062a\u0639\u0627\u0644\u0649 \u0645\u0646\u0632\u0647 \u0639\u0646 \u0627\u0644\u0627\u062a\u0635\u0627\u0641 \u0628\u0635\u0641\u0627\u062a \u0627\u0644\u062d\u0648\u0627\u062f\u062b<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya: Allah Swt. ialah berdzat esa, dimana keesaan dzat-Nya tiada diciptakan (ada dengan sendiri-Nya) \u2026 maknanya, tiada dzat \u201clain\u201d yang menyerupai dzat Allah. Dzat-Nya tak tersusun oleh partikel apa pun, sebab watak ketersusunan (oleh partikel) adalah sifat daripada makhluk. Sedang Allah Swt. suci dari segala sifat makhluk<\/em>. (Hal. 16)<\/p>\n\n\n\n

Jelas sekali, apa yang ditutur Ulama Nusantara yang pernah menjadi imam Masjidil Haram tersebut selaras dengan dalil quranik bahwa \u201ctiada suatu apa pun yang menyerupai Allah\u201d: laisa kamitslihi syai\u2019un<\/em>. Menyerupai saja tidak, apalagi sama.<\/p>\n\n\n\n

Namun, senada dengan judul, mungkinkah Allah menciptakan Allah lain? Bukankah Allah maha kuasa? <\/p>\n\n\n\n

Memang, dalam sifat dua puluh dijelaskan bahwa Allah Swt. Maha kuasa. Dia bersifat al-qudrah<\/em>. Allah sangat Maha kuasa sekali menciptakan langit dan bumi serta isinya. Allah sangat mampu membelah bumi dan lautan. Allah sangat maha kuasa. <\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi ke-maha-kuasa-an Allah Swt. dalam teologi Ahlussunnah wal Jama\u2019ah<\/a> al-Nahdliyyah itu memiliki apa yang disebut dengan \u201cta\u2019alluq\u201d. Secara logis, \u201cta\u2019alluq\u201d bisa dimaknai dengan \u201crelation\u201d atau hubungan. Imam Nawawi al-Bantani menulis:<\/p>\n\n\n\n

\u0627\u0646 \u0627\u0644\u0642\u062f\u0631\u0629 \u0644\u0627 \u062a\u062a\u0639\u0644\u0642 \u0627\u0644\u0627 \u0628\u0627\u0627\u0644\u0645\u0645\u0643\u0646\u0627\u062a \u0627\u064a \u0627\u0644\u0627\u0645\u0648\u0631 \u0627\u0644\u062a\u064a \u064a\u062c\u0648\u0632 \u0648\u062c\u0648\u062f\u0647\u0627 \u0648 \u0639\u062f\u0627\u0645\u0647\u0627\u060c \u0641\u0644\u0627 \u062a\u062a\u0639\u0644\u0642 \u0628\u0627\u0644\u0648\u0627\u062c\u0628\u0627\u062a \u0643\u0630\u0627\u062a\u0647 \u062a\u0639\u0627\u0644\u0649 \u0648\u0635\u0641\u0627\u062a\u0647 \u0648\u0644\u0627 \u0628\u0627\u0644\u0645\u0633\u062a\u062d\u064a\u0644\u0627\u062a<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya: Sifat maha kuasa Allah Swt. tidak memiliki relasi kecuali dengan \u201cal-mumkinat\u201d (segala hal yang berpotensi untuk \u201cada\u201d dan \u201ctiada\u201d). Sehingga sifat maha kuasa Allah Swt. tidaklah berelasi dengan \u201cal-wajibat\u201d seperti dzat Allah dan sifat-Nya, juga tidak bereleasi dengan \u201cal-mustahilat\u201d seperti \u201cal-syarik\u201d atau sekutu (Allah lain yang sama dengan-Nya)<\/em>. (Hal. 22)<\/p>\n\n\n\n

Penting diingat, dalam khazanah teologi atau ilmu tauhid Aswaja dikenal tiga istilah merujuk keber-ada-an. Yakni al-wajibat, al-mumkinat, dan al-mustahilat. <\/p>\n\n\n\n

\u201cAl-wajibat\u201d adalah Allah dan sifat-Nya dimana Dia \u201cwajib\u201d ada. \u201cAl-mumkinat\u201d adalah makhluk seperti manusia, malaikat, langit-bumi dan sifatnya. Dan \u201cal-mustahilat\u201d adalah sesuatu yang mustahil \u201cada\u201d seperti Tuhan selain Allah Swt., Allah memiliki istri, Allah dilahirkan, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Dari paparan Imam Nawawi al-Bantani di atas dapat disimpulkan bahwa sebab sifat maha kuasa Allah (al-qudrah) tidak berelasi dengan \u201cal-mustahilat\u201d, maka sangat mustahil Allah Ta\u2019ala menciptakan Tuhan lain yang sama dengan diri-Nya.<\/p>\n\n\n\n

Sebab, jika demikian maka akan ada dua Tuhan. Tentu ini pula bakal kontradiktif dengan sifat wajib al-wahdaniyah<\/em>: Allah maha esa. <\/p>\n\n\n\n

Ke-maha-kuasaa-an Allah hanya berelasi dengan \u201cal-mumkinat\u201d, yakni makhluk. Sebab, lianna sya\u2019nal qudrati al-ijadu wal i\u2019damu<\/em>, kata Imam Nawawi. Watak operatif sifat qudrah<\/em> Allah adalah meng-ada-kan atau men-tiada-kan. Sedangkan Allah maha \u201cada\u201d tanpa diciptakan. <\/p>\n\n\n\n

Walhasil, persoalannya bukanlah Allah itu mampu atau tidak mampu menciptakan Tuhan lain yang sama dengan-Nya, akan tetapi karena memang, pertama, Allah Maha Esa. Mustahil ada dua Tuhan. <\/p>\n\n\n\n

Kedua, karena \u201ckuasa\u201d Allah tidak berurusan dengan diri-Nya sendiri, baik itu menciptakan atau meniadakan diri-Nya atau menciptakan Allah yang \u201clain\u201d. Mustahil aqli.<\/p>\n\n\n\n

Wallahul muwaffiq.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Bismillah. Wal \u2018iyadz billah. Islam ialah agama monoteisme. Islam agama penganut keesaan Tuhan. Allah Ta\u2019ala adalah satu-satunya Tuhan yang wajib kita menghamba kepada-Nya. Terang dalam ayat qur\u2019an bahwa: Qul huwa Allahu ahad (Qs. al-Ikhlash; 1). Mustahil ada dua Tuhan atau lebih. Namun, persoalannya ketika ada yang menanyakan: Bukankah Allah maha kuasa? Apakah Allah […]<\/p>\n","protected":false},"author":24,"featured_media":32786,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[2030],"tags":[4389,4349,4127],"yoast_head":"\n