Pecihitam.org- <\/strong>Kita pasti pernah terlintas dalam pikiran pertanyaan tentang Bahasa al-Quran. Mengapa Al-Quran harus menggunakan Bahasa arab? Kenapa tidak Bahasa Indonesia, Bahasa inggris, atau Bahasa-bahasa lainnya?. <\/p>\n\n\n\n

Jawaban dari pertanyaan itu, Allah sudah menerangkan secara jelas bahwa \u201cSesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur\u2019an dalam bahasa Arab<\/em>\u201d.\u00a0 Ini penegasan dari Allah SWT, bahwa mengapa Al-Quran menggunakan bahasa Arab, yakni karena bahasa yang dipakai oleh nabi Muhammad<\/a> dan oleh masyarakat Arab. Tujuannya sudah pasti agar Al-Qur\u2019an mudah dipahami.<\/p>\n\n\n\n

Akan tetapi, menurut Isa Bugis, Al-Qur\u2019an\nbukan bahasa Arab tetapi bahasa wahyu. <\/em><\/strong>Alasannya  adalah karena Muhammad adalah keturunan nabi\nIsmail dari isteri kedua, sehingga Muhammad berdarah Babylon, bukan berdarah\nArab asli dengan demikian maka bahasa nabi Muhammad adalah bukan bahasa Arab\ntetapi serumpun dengan bahasa Arab, itulah yang disebut “bilis\u00e1ni\nqaumih<\/em>” (berbicara dengan bahasa kaumnya). <\/p>\n\n\n\n

Menurut penulis, pendapat di atas tidak tepat. Alasan pertama<\/strong>, sebagaimana dijelaskan oleh Ismail al-Faruqi adalah bahwa, suku Arab asli (al-\u2018Aribah<\/em>) ialah suku Qanaan, Ya\u2018rub, Yasyjub dan Saba’. Kemudian datanglah suku Arab Musta\u2018ribah<\/em> I (Pendatang I), yakni suku \u2018Adnan, Ma\u2019ad dan Nizar. Lantas datang pula suku Arab Musta\u2018ribah II<\/em> (Pendatang II) yakni suku Fihr atau Quresy. <\/p>\n\n\n\n

Jadi suku Quresy adalah bagian dari Suku Arab, bukan suku lain. Suku-suku pendatang lantas berbaur dan mempelajari bahasa yang ada yakni bahasa Arab, bukan mempelajari bahasa Babylon.<\/p>\n\n\n\n

Alasan kedua<\/strong>, Bangsa Arab termasuk bangsa Semit. Dewasa ini yang disebut dikatagorikan bahasa Semit adalah setengah kawasan bagian Utara, bagian Timurnya berbahasa Akkad atau Babylon dan Assyiria, sedangkan bagian Utara adalah bahasa Aram, Mandaera, Nabatea, Aram Yahudi dan Palmyra. Kemudian di bagian Baratnya adalah Foenisia, Ibrani Injil. <\/p>\n\n\n\n

Di belahan Selatan, yakni di bagian utaranya berbahasa Arab sedangkan sebelah selatan berbahasa Sabe atau Hymyari, dan Geez atau Etiopik. Hampir semua bahasa di atas telah punah , hanya bahasa Arab yang masih hidup”. <\/p>\n\n\n\n

Apakah ada bahasa selain Arab yang serumpun dengan bahasa arab dapat dilihat antara lain dari bentuk hurufnya. Huruf Arab ternyata berbeda sekali dengan dengan huruf bahasa Foenesia, Aramaea, Ibrani, Syiria Kuno, Syiria Umum, Kaldea dan Arab. <\/p>\n\n\n\n

Para pembaca bisa melihat perbedaan huruf-huruf tersebut pada buku “Atlas Budaya” karya Ismail Al-Faruqi bersama isterinya. Al-Qur’an menggunakan huruf Arab bukan huruf lainnya, dengan demikian maka bahasa dan tulisan Al-Qur’an memang mutlak bahasa Arab bukan bahasa yang serumpun bahasa Arab. <\/p>\n\n\n\n

Kalau mau dikatakan serumpun maka harus dikatakan serumpun dengan bahasa Semit bukan serumpun bahasa Arab. Sebagai tambahan penjelasan, menurut Ismail Al-Faruqi, bahasa Semit yang masih hidup sampai saat ini adalah bahasa Arab. Dengan demikian maka bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab, bahasanya orang Arab bukan serumpun dengan bahasa Arab. <\/p>\n\n\n\n

Hujjah lain dari kelompok Isa Bugis adalah bahwa jika Al-Qur\u2019an berbahasa Arab maka semua orang Arab pasti mengerti Al-Qur\u2019an, tetapi pada kenyataannya tidak semua orang Arab mengerti Al-Qur\u2019an, kalau begitu Al-Qur\u2019an bukanlah bahasa Arab. Hujjah inipun lemah. Mengapa demikian? <\/p>\n\n\n\n

Keadaan tersebut sama saja dengan orang Indonesia. Tidak semua orang Indonesia mampu memahami karya sastera berbahasa Indonesia, ini karena buku-buku sastera itu menggunakan bahasa Indonesia kelas tinggi. <\/p>\n\n\n\n

Pada umumnya orang-orang Arab dalam percakapan mereka sehari-hari menggunakan bahasa Arab Yaumiyah<\/em> sedangkan Al-Qur\u2019an menggunakan bahasa Arab Fush\u00e1<\/em>. Di samping itu untuk dapat memahami suatu teks tidak cukup dengan mengetahui kosa kata (mufradat<\/em>) tetapi harus berbekal ilmu pengetahuan tentang isi teks. <\/p>\n\n\n\n

Sarjana sastra Indonesia misalnya, tidak otomatis dapat memahami teks buku-buku Ilmu Kimia. Begitu pun sarjana Kimia tidak otomatis memahami teks tentang filsafat. <\/p>\n\n\n\n

Dan untuk memahami teks ilmu pengetahuan, harus memiliki syarat-syarat, antara lain memahami substansi materi, memiliki frame of reference<\/em> yang teratur, serta memiliki paradigma berfikir yang menunjang. Ketidakmengertian sebagian orang Arab terhadap teks-teks Al-Qur\u2019an tidak menunjukkan bukti bahwa Al-Qur\u2019an bukan bahasa Arab.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org- Kita pasti pernah terlintas dalam pikiran pertanyaan tentang Bahasa al-Quran. Mengapa Al-Quran harus menggunakan Bahasa arab? Kenapa tidak Bahasa Indonesia, Bahasa inggris, atau Bahasa-bahasa lainnya?. Jawaban dari pertanyaan itu, Allah sudah menerangkan secara jelas bahwa \u201cSesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur\u2019an dalam bahasa Arab\u201d.\u00a0 Ini penegasan dari Allah SWT, bahwa mengapa Al-Quran menggunakan bahasa Arab, yakni […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":32932,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[6351],"tags":[9192],"yoast_head":"\n