Pecihitam.org –<\/strong> Al-Kisah, Tuhan mewahyukan kepada Nabi Daud as bahwa ada seorang perempuan yang kelak menjadi pendampingnya di surga. Disebutkan pula bahwa nama perempuan atau bidadari Nabi Daud itu Khuludah binti Aud. Nabi Daud pun mencari, dan akhirnya ketemu, kemudian menceritakan maksud kedatangannnya. <\/p>\n\n\n\n \u201cMungkin kau salah. Itu memang namaku tapi barangkali bukan aku yang kaumaksud. Bahkan, aku tidak tahu kenapa aku bisa masuk surga jika yang kau katakan itu benar,\u201d kata perempuan itu. <\/p>\n\n\n\n \u201cTidak. Tidak salah lagi. Kau perempuan itu,\u201d Kata Nabi Daud as berusaha meyakinkan.\n\u201cCoba ceritakan kehidupan sehari-harimu.\u201d<\/p>\n\n\n\n Perempuan itu lalu menceritakan bahwa setiap kali mendapat musibah apa pun,\nia selalu bersabar. Tak hanya itu, bahkan ia bersyukur dengan musibah itu. <\/p>\n\n\n\n \u201cItulah amalan yang akan mengantarkanmu menuju surga,\u201d Kata Nabi Daud menanggapi. <\/p>\n\n\n\n Jadi perempuan itu memperoleh kedudukan tinggi karena selalu bersyukur\nbahkan terhadap musibah. Bersabar terhadap musibah, meski pun berat, itu hal\nbiasa dan tak istimewa, sebagaimana bersyukur terhadap karunia. Yang istimewa\nadalah jika bersyukur terhadap musibah. <\/p>\n\n\n\n Bagaimana caranya bersyukur saat ditimpa musibah? Yaitu dengan melihat sisi-sisi positif dan kebaikan dalam musibah itu, seperti dalam doa Imam Ali Zainal Abidin saat ia sakit, <\/p>\n\n\n\n \u201cYa Allah, aku tidak tahu, apakah aku harus bersyukur atau bersabar dalam kondisi sakitku ini. Sebab, berkat sakit ini, aku terhindar dari berbagai kenistaan, aku lebih punya banyak waktu untuk berzikir dan berkumpul bersama keluarga. (Jalaluddin Rakhmat: Tafsir Kebahagiaan Pesan al-Qur\u2019an Menyikapi Kesulitan Hidup<\/a><\/em>). <\/p>\n\n\n\n Musibah itu pasti terjadi dan tidak\nbisa dihindari, namun sikap kita saat terjadinya musibah bisa jadi\nberbeda-beda. Ada yang terkena musibah yang sepele tetapi penderitaan yang\ndiakibatkannya sangat besar. Sebaliknya ada yang terkena musibah sangat besar\ntetapi ia hanya tersenyum saat menimpanya. Kenapa bisa demikian? Karena cara\nsudat pandang yang berbeda. Bahagia-Derita saat musibah terjadi itu sangat\ndipengaruhi oleh sudut pandang kita masing-masing. <\/p>\n\n\n\n Seperti para Nabi ketika ditimpa musibah ia tidak pernah menunjukkan\nkekesalannya, malah dia bahagia menjalani musibah tersebut. Nabi Ibrahim as\ndiminta oleh Allah swt untuk menyembelih anaknya, iapun laksanakan. Nabi Nuh as\ndicuekin oleh umatnya iapun tak henti-hentinya mengingatkan umatnya, Nabi\nMuhammad saw dilempari batu, kotoran hewan bahkan di usir, serta ingin dibunuh\nnamun Nabi saw tidak pernah menunjukkan kejengkelannya terhadap umat, apa\nsebabnya karena para Nabi saat terkena musibah ia melihat sisi-sisi positifnya.\n<\/p>\n\n\n\n Imam Ali Zainal Abidin pun selalu melihat sisi positif setiap musibah yang ia alami. Musibah sakit pada hakikatnya adalah karunia, sebab dengan musibah Allah gugurkan dosa-dosa kita, lebih banyak mengingat Allah swt daripada mengingat yang lainnya, dengan musibah dapat kita mengukur bentuk perhatian orang terhadap kita, dengan musibah kita pun tahu betapa terbatasnya dirinya kita dan tidak mampunya menolak yang namanya sakit karena itu tidak boleh sombong. <\/p>\n\n\n\n