Pecihitam.org- <\/strong>Kasus korupsi yang menjerat pejabat publik kembali meramaikan pemberitaan. Padahal dalam agama Islam melalui Nabi Muhammad, larangan korupsi dan suap-menyuap sudah sangat jelas. <\/p>\n\n\n\n

Nabi Muhammad SAW dalam hadis riwayat Ibnu Majah, diterangkan\nbahwa: <\/p>\n\n\n\n

\u201cDari Jabir bin Abdullah R.A, Rasulullah SAW bersabda (Wahai manusia bertaqwalah kepada Allah dan berbuat baiklah dalam mencari harta, karena sesungguhnya jiwa manusia tidak akan puas atau mati hingga terpenuhi rizkinya walaupun ia telah mampu mengendalikannya, maka bertaqwalah kepada Allah SWT dan berbuat baiklah dalam mencari harta ambilah yang halal dan tinggalkan yang haram<\/em>.\u201d(H.R. Ibnu Majah<\/a>). <\/p>\n\n\n\n

Dalam buku Jihad Nahdlatul Ulama Melawan\nKorupsi yang merupakan karya dari kumpulan bahtsul masail ulama-ulama NU\ndisebutkan, hal paling mendasar dalam konflik kepentingan adalah adanya\nkepentingan kelompok maupun pribadi yang ingin berkesinambungan. Baik itu di\nlingkup pengusaha, eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. <\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya fakta partai politik yang\nmelahirkan para wakil rakyat dan pemimpin memiliki komitmen finansial tertentu,\nhal ini sangat besar memungkinkan terjadinya praktik korupsi. Namun begitu\nhingga saat ini, belum ada aturan yang tegas untuk mengatur bahwa seorang\npengusaha harus lepas sama sekali dari partainya.<\/p>\n\n\n\n

Penguasa sekaligus sebagai pengusaha\ndimungkinkan akan menimbulkan mudharat akibat kecenderungan munculnya konflik\nkepentingan. Ibnu Khaldun bahkan berpendapat, kedua profesi yang dijalankan\nberiringan ini dapat mengarahkan pelakunya untuk berusaha memperkaya diri atau\nkelompoknya. <\/p>\n\n\n\n

Nabi Muhammad sedari dulu telah\nmengantisipasi umatnya untuk mencegah konflik kepentingan ini. Pada masa Rasul,\nterdapat contoh konflik kepentingan antara petugas pemungut zakat yang juga\nsekaligus pendakwah Islam di Yaman.<\/p>\n\n\n\n

Kala itu, petugas tersebut ditugaskan di\nYaman karena masyarakatnya sedang dibina mengenai zakat. Nabi kemudian mengutus\nMu\u2019az bin Jabal ke Yaman sebagai juru dakwah. Dalam pengakuan Mu\u2019az bin Jabal,\nsesaat setelah Nabi melepasnya dan Abu Musa al-Asy\u2019ari ke Yaman, Nabi ternyata\nmelupakan satu wasiat penting. <\/p>\n\n\n\n

Hingga akhirnya, beliau mengutus kembali\nseseorang agar mereka kembali baru dilepaskan lagi. Usai mereka kembali,\nperistiwa ini pun terekam dalam hadis shahih riwayat Ahmad: <\/p>\n\n\n\n

\u201cDari\nal-Hars bin Amr dari beberapa orang teman-teman Mu\u2019az, sesungguhnya Nabi\nmengutus Mu\u2019az dan beliau bertanya: \u2018bagaimana kamu akan memutuskan hukum?\u2019,\nMu\u2019az pun menjawab akan memutuskan hukum dengan dasar Kitabullah.<\/em> <\/em>Kemudian,\nRasulullah bertanya kembali: \u2018Kalau tidak kamu dapatkan dalam Kitabullah?\u2019,\nMuaz menjawab akan merujuk dasar sunnah Rasulullah. Rasul bertanya lagi: \u2018Kalau\ntidak kau dapatkan dalam sunnah Nabi?\u2019 Muaz menjawab akan melakukan ijtihad\ndengan pemikirannya. Mendengar ini, Rasulullah pun bersabda: \u2018Segala puji bagi\nAllah yang telah menolong utusan Rasulullah SAW,\u201d.<\/em> <\/p>\n\n\n\n

Rasulullah juga berpesan kepada Mu\u2019az\nuntuk tidak melakukan korupsi terhadap apapun selama bertugas menjadi pendakwah\ndan pejabat di Yaman. Berdasarkan hadis riwayat At-Tirmizi diceritakan:<\/p>\n\n\n\n

\u201cDari\nMu\u2019az bin Jabal, ia berkata: Rasulullah mengutus saya ke Yaman. Ketika saya\nbaru berangkat, beliau memerintahkan seseorang untuk memanggil saya kembali.\nMaka saya pun kembali dan beliau berkata: apakah engkau tahu aku mengirimmu\norang untuk kembali? Janganlah kamu mengambil sesuatu tanpa izin saya, karena\nhal itu adalah ghulul. Dan barangsiapa berlaku ghulul, maka ia akan membawa\nbarang yang digelapkan atau dikorupsi itu pada hari kiamat. Untuk itulah aku\nmemanggilmu. Sekarang berangkatlah untuk tugasmu<\/em>,\u201d.<\/p>\n\n\n\n

Atas dasar hadis tersebutlah, cakupan\nghulul pada tahun ke-10 hijriah bukan hanya sebatas pada harta rampasan perang\nsebagaimana yang terjadi di tahun sebelumnya. Uang tip, pelicin, dan uang\nkeamanan masuk dalam Larangan Korupsi dan Suap. Dalam istilah Nabi, uang-uang ini disebut al-maksu atau\npungutan liar.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org- Kasus korupsi yang menjerat pejabat publik kembali meramaikan pemberitaan. Padahal dalam agama Islam melalui Nabi Muhammad, larangan korupsi dan suap-menyuap sudah sangat jelas. Nabi Muhammad SAW dalam hadis riwayat Ibnu Majah, diterangkan bahwa: \u201cDari Jabir bin Abdullah R.A, Rasulullah SAW bersabda (Wahai manusia bertaqwalah kepada Allah dan berbuat baiklah dalam mencari harta, karena sesungguhnya […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":35121,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[379,2215],"tags":[9489],"yoast_head":"\n