Pecihitam.org<\/strong> – Gus Dur<\/a> atau KH. Abdurrahman Wahid memiliki pergaulan yang sangat luas, mulai\u00a0 dari kalangan kiai pesantren hingga tokoh antar umat agama. Bahkan, karena sudah memiliki kedekatan emosional dengan tokoh agama lain, tak jarang Gus Dur membuat lelucon atau humor yang meledek dengan tujuan untuk mempererat hubungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam berhumor tersebut Gus Dur tidak bertujuan untuk meledek serius dan menyinggung agama lain atau bahkan agama sendiri. Namun, hanya untuk saling refleksi<\/a> dan mempererat emosional dengan tokoh-tokoh agama lain.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu humor Gus Dur tentang hubungan antar agama adalah\ntentang pertemuan tentang tiga tokoh agama; kiai dari Islam, pastor dari\nKatolik, dan pemimpin agama Hindu. Dalam pertemuan tersebut diantara para\npemuka agama ini membicarakan tentang agama siapa yang paling memiliki\nkedekatan dengan Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Ketika sebuah pertanyaan agama siapa yang paling dekat dekat dengan\nTuhan dilontarkan, seorang pemuka agama Hindu langsung menjawab \u201cKami dong\u201d.\nKemudian tokoh agama Islam langsung mempertanyakan klaim pemuka agama Hindu\ntersebut \u201cKok kalian bisa merasa paling dekat dengan Tuhan?\u201d ujar kiai.<\/p>\n\n\n\n

\u201cLah, iya. Kami saja memanggil-Nya dengan sebutan Om\u201d ujar pemuka\nagama Hindu. Klaim tersebut merujuk kepada seruan relijius Hindu \u201cOm, shanti, shanti,\nom\u201d. Sang pemuka agama Hindu menjelaskan \u201cAntara Om dengan keponakan kan\nmemiliki kedekatan dengan om-nya\u201d.<\/p>\n\n\n\n

Tidak terima dengan klaim pemuka agama Hindu yang mendaku agamanya\nyang paling dekat dengan Tuhan, kemudian pastor Katolik menanggapinya \u201cOh,\nkalau alasannya itu sih, kami yang lebih dekat dong.\u201d Kemudian sang pastor\nKatolik melanjutkannya \u201cLihat saja, kami memanggilnya \u2018Bapa\u2019. \u2018Bapa\u2019 kami di surga\u201d.<\/p>\n\n\n\n

Klaim pastor Katolik tersebut merujuk kepada slogan relijius dalam\ntradisi Katolik, yakni trinitas dalam agama Katolik. Klim tersebut menandakan\nbahwa hubungan antara anak dengan \u2018Bapa\u2019 memiliki kedekatan yang sangat intim.\nSeklaigus lebih dekat daripada kedekatan keponakan dengan seorang Om-nya.<\/p>\n\n\n\n

Di tengah perdebatan sengit dua tokoh agama yang saling melakukan\nklaim dengan merasa agama masing-masing yang paling dekat dengan Tuhan, seorang\nkiai dari Islam hanya terdiam saja. Di tengah keheningan sang kiai tersebut,\ndua agamawan lain yang sebelumnya saling klaim \ntersebut langsung saja menanyakan perihal kedekatan agama sang kiai\ndengan Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian, sang kiai menjawab \u201cDuh, boro-boro dekat. Memanggil saja\nharus menggunakan toa pengeras suara di menara\u201d. Di tengah jawaban yang anti\nklimaks dari sang kiai tersebut. Dua agamwan lain tersebut langsung tersedak\ndengan tawa yang keras.  Mulanya dua\nagamawan tersebut menduga kalau sang kiai bakal memberi klaim serupa dengan mereka\nuntuk mendaku agamanya yang paling dekat dengan Tuhan.<\/p>\n\n\n\n

Rupanya jawaban dari sang kiai tersebut di luar dugaan dua agamawan\nlain tersebut. Namun, justru dengan jawaban yang anti klimaks tersebut membuat\ndua agamawan lain tersebut tertawa terpingkal-pingkal.<\/p>\n\n\n\n

Dari humor Gus Dur tentang dialog beberapa tokoh agama yang saling\nmengeklaim diri agamanya paling dekat dengan Tuhan tersebut ada dua hikmah yang\nbisa kita ambil manfaatnya.<\/p>\n\n\n\n

Pertama adalah bagaimana kedekatan dan dialog lintas agama bisa\ndilaksanakan tanpa harus mempermasalahkan perbedaan yang ada. Bahkan oleh Gus\nDur malah perbedaan tersebut dijadikan bahan untuk saling menertawai diri\nsendiri dan bahan komunikasi antar mereka tanpa menyinggung keyakinan\nmasing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Manfaat kedua adalah dengan menggunakan humor tersebut Gus Dur\nbertujuan untuk mengkritik banyak agamawan yang belakangan ini merasa paling\nbenar sendiri dan menyalahkan keyakinan yang dimiliki oleh orang lain. Situasi\ntersebut seringkali mengikis rasa solidaritas kemanusiaan dan kebangsaan sesama\nwarga negara Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Demikianlah cerita tentang salah satu humor Gus Dur. Dalam humor\nGus Dur tentang dialog beberapa agamawan yang membahas agama siapa yang paling\ndekat dengan Tuhan tersebut meneladankan kepada kita supaya melakukan hubungan\npertemanan lintas iman tanpa ada tendensi saling menghakimi dan memusuhi. Kita\ndiajak untuk membina kerukunan sesama warga negara yang bhineka tunggal ika. Wallahua\u2019lam.<\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Gus Dur atau KH. Abdurrahman Wahid memiliki pergaulan yang sangat luas, mulai\u00a0 dari kalangan kiai pesantren hingga tokoh antar umat agama. Bahkan, karena sudah memiliki kedekatan emosional dengan tokoh agama lain, tak jarang Gus Dur membuat lelucon atau humor yang meledek dengan tujuan untuk mempererat hubungan. Dalam berhumor tersebut Gus Dur tidak bertujuan […]<\/p>\n","protected":false},"author":47,"featured_media":35554,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[6],"tags":[762,3252],"yoast_head":"\n