Pecihitam.org<\/strong> – Bagaimana cara politik oligarki merekayasa pelengseran Gus Dur? Siapa yang paling bertanggung jawab dalam pelengserang Gus Dur? Siapa tokoh-tokoh besar yang terlibat. Bagaimana Gus Dur<\/strong><\/a> tidak jatuh kalau politisi, ilmuwan, agamawan, mahasiswa, preman masyarakat terlibat dan dilibatkan tanpa mereka tahu permasalahan dengan baik? <\/p>\n\n\n\n Setelah Gus Dur lengser dari jabatan Presiden, banyak masyarakat ingin tahu siapa sebenarnya yang terlibat dalam persekongkolan pelengseran Gus Dur, ia dengan santai berkata, “Biarkan sejarah yang membuktikannya.” <\/p>\n\n\n\n Betul ucapan Gus Dur sejarah betul-betul membuktikan ucapan Gus Dur tentang kekuatan sejarah. Buku Menjerat Gus Dur membongkar tokoh-tokoh yang terlibat dalam pelengserang Gus Dur, dan di luar dugaan ternyata mereka yang kita anggap ilmuwan, cendekiawan, ulama, politisi yang sering tampil bersih adalah tokoh utama dalam pelengserang Gus Dur.<\/p>\n\n\n\n Organisasi kampus di Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta semuanya ambil bagian. Dari yang berjidat, berjenggot, cingkrang semuanya dengan senang hati meminta Gus Dur lengser. Dari partai nasional maupun yang islam tidak lupa ambil bagian.<\/p>\n\n\n\n Masjid dan gedung parlemen pun dilibatkan, dari kalimat suci \u201cInsya Allah, Billahi at-taufiq wal hidayah\u201d pun disertakan. Yang paling keren dana 4 Triliunan yang disiapkan Fuad Bawazier untuk melengserkan Gus Dur.\u00a0\u00a0 <\/p>\n\n\n\n Gus Dur memang sering kali sulit dipahami pendapat-pendapatnya. Saya sendiri, pernah jengkel sekali sama Gus Dur waktu dia berkunjung ke Israel penjajah rakyat Palestina sampai saat ini dan jujur saya pribadi belum bisa menerima tindakan tersebut.<\/p>\n\n\n\n Gus Dur pun dikenal sebagai orang yang tanpa kompromi tidak mudah ditekan oleh kawan apalagi lawan politiknya. Seminggu setelah Gus Dur terpilih, Fuad Bawazier membujuk Amien Rais agar Gus Dur mengangkat dia sebagai Menteri, dan Amien Rais terbujuk bahkan dia mengancam Gus Dur, \u201ckalau menteri keuangan bukan dari PAN, maka kami, dan mungkin Poros Tengah, akan cabut dukungan kepada Anda (Gus Dur).<\/p>\n\n\n\n Gus Dur menolak dan tidak mau diatur. Gus Dur sering dituding sebagai orang yang sering bermanuver tanpa mempertimbangkan partai koalisi sehingga menimbulkan reaksi dari kawan-kawannya. <\/p>\n\n\n\n Pada saat yang sama, selain Gus Dur dikenal tidak suka diatur-atur tetapi ia tetap mengutamakan persatuan, kompromi demi kepentingan bangsa yang tercinta. Namun niat baik Gus Dur untuk mengikat persatuan itu sekaligus menjadi bibit perpecahan di bidang yang lebih luas.<\/p>\n\n\n\n Gus Dur bercita-cita mengangkat harkat dan martabat bangsa kepada bangsa lain, setelah ia mengucapkan sumpah Presiden, ia menyatakan, “Kita harus mempertahankan keutuhan negara kita di hadapan negara lain yang terkadang menganggap ringan perasaan dan harga diri kita. Ini bukan tugas ringan, ini tugas berat. Apalagi karena kita sedang didera oleh perbedaan paham yang besar oleh longgarnya ikatan-ikatan bangsa.” <\/p>\n\n\n\n Menurut penulis buku Menjerat Gus Dur bahwa ada empat hal yang saling bekerja sama untuk menurunkan Gus Dur dari jabatan Presiden.<\/p>\n\n\n\n Pertama<\/em>, kelompok yang kecewa karena kalah dalam pemiliha presiden. Naiknya Gus Dur jadi presiden yang paling kecewa adalah dari simpatisan PDIP.<\/p>\n\n\n\n Kedua<\/em>, sisa-sisa Orde Baru, Jusuf Kalla, Habibie, Akbar Tanjung dan kawan-kawannya dianggap sebagai sisa-sisa orde baru. Apalagi ketika Gus Dur memecat Jusuf Kalla tanpa alasan yang jelas, maka Golkar sangat kecewa dengan pemecatan tersebut. Apalagi Akbar Tanjung yang berada di Parlemen, memiliki kekuatan untuk mempengaruhi anggota parlemen agar Gus Dur diturunkan dari jabatan Presiden.<\/p>\n\n\n\n Ketiga<\/em>, Poros Tengah yang tadinya sekutu Gus Dur. Amien Rais adalah bagian dari Poros Tengah bahkan menjadi pelopornya. Amin kecewa dengan Gus Dur sebab ada keinginannya yang tidak dipenuhi oleh Gus Dur. Maka Amien Rais yang awalnya mendukung Gus Dur berbalik melawannya. Tidak ada kawan yang abadi sebagaimana tidak ada lawan yang abadi kecuali kebadian itu sendiri.<\/p>\n\n\n\n Keempat, <\/em>TNI yang tak senang dengan supremasi sipil, dan pemisahan dengan Polri yang diputuskan di masa Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Bagi TNI pemisahan antara Polri adalah bencana, namun bagi Polri pemisahan ini adalah anugrah. Sebab TNI dan POLRI setelah dipisahkan menjadi sejajar. Tidak lagi seperti orde baru, dimana TNI dengan begitu mudahnya memukul anggota Polisi tanpa bisa dilawan.<\/p>\n\n\n\n Keempat hal tersebut yang menyebabkan Gus Dur kehilangan power sehingga tidak bisa berbuat apa-apa, dan tidak ada jalan lain selain menerimanya, tapi Gus Dur dengan santainya berkata, \u201cKalau pergantian saya sih, itu yang menunjukkan betapa rendahnya nilai para politisi kita, tokoh-tokoh partai-partai kita itu. Mereka kerja sama dengan kekuatan-kekuatan anti-demokrasi. Itulah yang tidak saya duga sama sekali,\u201d <\/p>\n\n\n\n