Pecihitam.org<\/strong> – Siapa tak kenal Gus Mus<\/a>? Kiai sekaligus penyair, penulis, juga pelukis ini telah menerbitkan puluhan buku. Salah satu esainya dalam buku Pesan Islam Sehari-hari: Memaknai Kesejukan Amar Ma\u2019ruf Nahi Munkar<\/em> (1997) berjudul Kesalehan Total<\/em> yang bertemakan saleh ritual dan saleh sosial.<\/p>\n\n\n\n

Dalam kehidupan\nsehari-hari, kita bertemu dengan orang-orang dengan berbagai macam karakter\natau kepribadian. Tak jarang, kita menemukan orang yang gemar beribadah di\nmasjid namun tak pandai bergaul dan tak gemar menolong orang lain. Ada pula\norang yang pandai bergaul dan bermanfaat untuk lingkungannya, namun sangat\njarang melaksanakan ibadah seperti shalat dan puasa.<\/p>\n\n\n\n

Saleh ritual menurut Gus\nMus adalah keadaan di mana kita menyembah dan mengabdi kepada Allah Swt dalam\nsembahyang kita, dalam puasa kita, dalam zakat kita, dalam haji kita, dalam\npergaulan rumah tangga dengan anak-istri kita, dalam pergaulan kemasyarakatan\ndengan tetangga dan sesama, pendek kata dalam segala gerak-langkah hidup kita. <\/p>\n\n\n\n

Namun, kita sering membatasi penyembahan dan pengabdian dalam ritus-ritus khusus seperti itu, bahkan dengan itu kita masih pula mendangkalkannya dalam pengertian fiqih yang lahiriah. <\/p>\n\n\n\n

Gerak-laku kita di dalamnya sering kali hanya sekadar gerak-laku rutin yang kosong makna. Mengapa saleh ritual di sini menjadi kosong? Sebab, kesalehan tersebut tidak diimbangi oleh kesalehan lainnya yakni saleh sosial.<\/p>\n\n\n\n

Dari sinilah ungkapan dikotomis<\/a> yang sungguh tidak menguntungkan bagi kehidupan beragama di kalangan kaum Muslim muncul. Ungkapan tentang adanya kesalehan ritual di satu pihak dan kesalehan sosial di pihak yang lain. <\/p>\n\n\n\n

Padahal, kesalehan dalam Islam hanya satu, yaitu kesalehan muttaqi (hamba yang bertakwa), atau dengan istilah lain, mukmin yang beramal saleh. Kesalehan yang mencakup sekaligus ritual dan sosial.<\/p>\n\n\n\n

Banyak orang mendikotomikan tentang kesalehan. Dikotomi tersebut adalah fenomena kehidupan keberagaman kaum muslim sendiri. Banyak sekali orang yang tekun beribadah namun acuh tak acuh dengan kepentingan masyarakat umum. <\/p>\n\n\n\n

Padahal, kepentingan itu juga akan berdampak pada kehidupannya. Seolah-olah Islam hanya mengajarkan ibadah kepada Allah Swt dan tidak mengajarkan untuk berbuat baik pada sesama manusia.<\/p>\n\n\n\n

Mirisnya,\nada pula kebalikan dari kesalehan ritual yakni kesalehan sosial di mana banyak\njuga orang yang sangat getol menangani masalah kemanusiaan namun lupa dengan\nibadah pribadinya kepada Allah Swt. Inilah yang kemudian disebut sebagai\nkesalehan sosial. Kesalehan yang hanya menomorsatukan hablum minannas<\/em>, bukan hablum\nminallah<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Dikotomi\ntentang saleh ritual dan saleh sosial seharusnya tidak ada dan bisa\ndikembangkan menjadi satu konsep yang kemudian disebut sebagai kesalehan total\noleh Gus Mus. Segala perdebatan yang terjadi ada jalan tengahnya, ada\nkesimpulannya. Orang bisa beribadah kepada Allah Swt dengan rajin sembari tetap\nmemperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam hidupnya, membela mereka yang\nlemah, membantu mereka yang tak mampu dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam\ntulisannya, Gus Mus pun menekankan ayat \u201cUdkhuluu\nfis silmi kaaffah<\/em>\u201d yang berarti \u201cMasuklah ke dalam Islam secara total.\u201d\nArtinya, hablum minallah<\/em> dan hablum minannas<\/em> mesti dilakukan dengan\nseimbang. Kalau bisa tetap berbuat baik pada sesama, bermanfaat untuk orang\nlain dan saling tolong dengan tetap rajin beribadah, kenapa tidak?<\/p>\n\n\n\n

Kita bisa melaksanakan konsep Gus Mus yang menyatukan keduanya dalam kehidupan sehari-hari. Membuktikan bahwa Islam bukan hanya tentang hubungan hamba dengan TuhanNya, tapi juga hubungan dengan sesama manusia. <\/p>\n\n\n\n

Mari menjadi muslim yang bertaqwa dan bermanfaat bagi sekitar. Menjadi muslim yang bisa menyatukan saleh ritual dan saleh sosial, mencapai kesalehan total.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Siapa tak kenal Gus Mus? Kiai sekaligus penyair, penulis, juga pelukis ini telah menerbitkan puluhan buku. Salah satu esainya dalam buku Pesan Islam Sehari-hari: Memaknai Kesejukan Amar Ma\u2019ruf Nahi Munkar (1997) berjudul Kesalehan Total yang bertemakan saleh ritual dan saleh sosial. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bertemu dengan orang-orang dengan berbagai macam karakter atau […]<\/p>\n","protected":false},"author":18,"featured_media":37324,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[8],"tags":[1628],"yoast_head":"\n