Pada tingkatan akal yang pertama sebagai dasar dan sumbernya. Sedangkan pada tingkatan kedua, yaitu merupakan cabang dari akal. Keduanya muncul secara alamiah. Pada tingkatan ketiga sebagai turunan dari tingkatan pertama dan kedua.<\/p>\n

Sedangkan pada tingkatan keempat merupakan puncak atau hasil tertinggi fungsi akal. Tingkatan ketiga dan keempat di atas itulah yang harus diupayakan dan dicari agar dapat mencapainya.<\/p>\n

Sering kita temui dalam al-Quran tentang perintah menggunakan akalnya. Bahkan menurut al-Ghazali, orang yang berakal adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah.<\/p>\n

Sebab ketakwaan kepada Allah adalah buah dari akal yang difungsikan dengan benar. Ilmu dan pengetahuan tidak berasal dari luar, keduanya berada di balik akal yang merupakan sumber alamiah yang hanya perlu terus digali.<\/p>\n

Al-Ghazali juga menghubungkan ilmu pengetahuan dengan agama yang dikehendaki oleh kaum sufi, dan dari penggabungan semuanya itu menjadilah ma\u2019rifah <\/em>yang menjadi tingkat yang tertinggi di dalam pengetahuan dan kesadaran manusia kepada Tuhan.<\/p>\n

Al-Ghazali mempelopori pengembalian paham sufi tentang ma\u2019rifah <\/em>kepada paham Ahli al-Sunnah wal Jama\u2019ah, <\/em>yang bersandarkan pada al-Quran dan hadis.<\/p>\n

Ma\u2019rifah <\/em>merupakan gabungan antara ilmu pengetahuan dan keimanan (agama), yang kemudian munculah hasrat beramal yang kuat, dan akhlak dapat tercerminkan. Dalam ma\u2019rifah <\/em>memancarkan niat yang tulus sekaligus dengan kemauan yang kuat, yang menjadi pokok pangkal amal dan akhlak.<\/p>\n

Al-Ghazali juga menjelaskan tentang pentingnya hubungan antara ilmu pengetahuan (al-\u2018Ilm), agama (ad-Din) dan akhlak. Beliau bahkan mengingatkan akan adanya tiga bencana jika tidak memiliki ketiganya, antara lain:<\/p>\n

Pertama, at-taqlid wal jumud <\/em>(fanatisme, taklid buta, dan sifat jumud beragama). <\/em>Agama tanpa ilmu pengetahuan menyebabkan hilangnya moral.<\/p>\n

Agama tanpa ilmu berarti taqlid<\/em>, dan taqlid <\/em>yang menjadi jumud, <\/em>yang nantinya dapat menyebabkan permusuhan yang menghancurkan moral. Taqlid <\/em>dan jumud <\/em>dapat menyebarkan bibit-bibit fanatik.<\/p>\n

Kedua, zandaqah wal juhud <\/em>(rationalism and atheism<\/em>, pendewaan akal dan anti-Tuhan). Dalam Kitab Tahafut al-Falasifah<\/em>, al-Ghazali menjelaskan bahwa, kaum materialis dan naturalis merupakan orang yang memunyai ilmu pengetahuan, tetapi mengingkari dan durhaka kepada Tuhan.<\/p>\n