PeciHitam.org –\u00a0<\/strong>Para wali dapat menampilkan agama Islam yang sejuk, Islam toleran dan moderat di tengah-tengah masyarakat, mereka dapat mengakulturasi antara agama dan kultur lokal, dengan tidak mengorbankan prinsip-prinsip agama yang pasti petunjuknya (qat\u2019iy al-dalalah<\/em>).<\/p>\n Walisongo dalam menyebarkan agama Islam di pulau Jawa khususnya dan di Indonesia pada umumnya mempergunakan cara yang elegan, tidak mempergunakan pendekatan black and white <\/em>atau halal dan haram apalagi kekerasan. Dalam praktek dakwahnya, walisongo amat mengapresiasi budaya lokal yang sudah ada di wilayah tersebut.<\/p>\n Dalam buku Tasawuf Nusantara<\/em>: Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka<\/em>, Sri Mulyati menjelaskan bahwa dalam menyiarkan agama Islam Walisongo tidak berpidato atau ceramah di depan umum seperti yang berlaku dengan penyiaran agama sekarang ini. Namun dalam halaqah-halaqah <\/em>yang terbatas.<\/p>\n Kegiatan halaqah ini sebagian besar dilakukan secara rahasia, berhadap-hadapan langsung, yang selanjutnya ditransmisikan dari mulut ke mulut. Barulah saat pengikutnya mulai bertambah banyak, diadakan tabligh-tabligh <\/em>di dalam rumah-rumah perguruan, yang disebut madrasah atau pondok.<\/p>\n Dalam buku Dakwah Sunan Kalijaga <\/em>karya Purwadi, dijelaskan bahwa para wali menunjukkan jalan atau alternatif baru dengan tidak mengusik tradisi dan kebiasaan lokal serta mudah ditangkap oleh orang awam karena pendekatan-pendekatan Walisongo yang kongkret, realistis dan tidak njlimet <\/em>(rumit) dan menyatu dengan kehidupan masyarakat (model of development from within<\/em>).<\/p>\n Wali Songo dapat memperlihatkan kesantunan ajaran Islam disertai perilaku-perilaku yang ramah dan meneduhkan. Islam didakwahkan kepada masyarakat melalui ruang-ruang dialog, majelis taklim, pagelaran seni dan sastra, serta aktivitas-aktivitas budaya lainnya yang jauh dari unsur paksaan dan nuansa konfrontasi.<\/p>\n Cara seperti ini nyatanya mampu menampilakan wajah Islam sehingga memiliki daya tarik yang luar biasa bagi penduduk pribumi. Bahkan pengaruhnya ini sampai merambah ke jantung kerajaan pada masa tersebut.<\/p>\n Oleh karena itu, tidak heran jika dalam waktu yang begitu singkat, ajaran agama Islam berkembang pesat di Nusantara. Bahkan sampai saat ini dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia.<\/p>\n Tercermin dalam sebutannya, Walisongo memiliki 9 wali yang masing-masing tokoh memiliki peran yang berbeda dalam menyebarkan agama Islam. Syaikh Maulana Malik Ibrahim berperan sebagai tabib bagi kerajaan Hindu Majapahit, Sunan Kalijaga<\/a> berperan sebagai seniman yang mampu menciptakan karya kesenian bernuansa Islami yang mengadopsi kesenian Hindu dan Buddha yang dulu dianut oleh masyarakat Jawa.<\/p>\n