PeciHitam.org – <\/strong>Pendiri Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan merupakan seorang Sayyid dari Cirebon keturunan Rasulullah dari marga Basyaiban, yaitu Sayyid Sulaiman.<\/p>\n Ayahanda Sayyid Sulaiman seorang perantau berasal dari Kota Tarim, Hadramaut Yaman yang bernama Sayyid Abdurrahman bin Umar ba Syaiban. Sayyid Sulaiman dilahirkan dari seorang ibu bernama Syarifah Khodijah yang masih keturunan Sultan Hasanuddin bin Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).<\/p>\n Awalnya, sebelum dijadikan pesantren, Sayyid Sulaiman membabat kawasan hutan belantara yang akan didirikan Pondok Pesantren Sidogiri ini dengan bantuan Kiai Aminullah yang merupakan santri sekaligus menantu Sayyid Sulaiman.<\/p>\n Ia berasal dari Pulau Bawean kelahiran Hadramaut Yaman. Seperti lazimnya hutan belantara, area tersebut memang belum pernah terjamah oleh manusia sehingga banyak dihuni oleh makhluk halus. Proses pembabatan hutan belantara ini memakan waktu hingga 40 hari.<\/p>\n Secara estafet, pengasuh pesantren ini berganti mulai dari Sayyid Sulaiman, dilanjutkan Kiai Aminullah pada pertengahan abad ke-18, selanjutnya diteruskan oleh Kiai Mahalli, santri Kiai Aminullah yang konon juga turut serta membantu babat alas tersebut.<\/p>\n Kemudian pada awal abad ke-19, tongkat estafet kepemimpinan pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri ini diteruskan oleh KH. Abu Dzarrin yang masih memiliki hubungan darah dengan Sayyid Sulaiman. Ia berasal dari Magelang, Jawa Tengah.<\/p>\n KH. Abu Dzarrin merupakan seorang kyai yang terkenal memiliki keahlian dalam bidang nahwu sharaf. Salah satu karyanya yang dibukukan berjudul kitab Sorrof Sono<\/em>.<\/p>\n Pada pertengahan abad ke-19, berganti lagi kepemimpinannya kepada KH. Noerhasan bin Noerkhotim. Ia juga masih keturunan Sayyid Abdurrahman yang asalnya Bangkalan Madura dari jalur Kyai Noerkhotim bin Kyai Asror bin Abdullah bin Sulaiman. Kyai Noerhasan merupakan menantu dari Kyai Mahalli.<\/p>\n Dalam perjalanan menuntut ilmunya, Kyai Noerkhotim pernah berguru secara langsung kepada pengarang kitab I\u2019anatu at-Thalibin<\/em>, yaitu Sayyid Abu Bakar Syatha\u2019. Di bawah kepemimpinannya, Pondok Pesantren Sidogiri ini mengajarkan kitab-kitab arus utama antara lain Ihya\u2019 Ulumuddin<\/a> karya Imam al-Ghazali, Shahih Bukhari, dan Shahih Muslim. Tidak hanya itu, ia juga mengadakan kegiatan pembacaan shawalat ba\u2019da (setelah) maghrib dan peletak pertama pambangunan Surau Daerah H.<\/p>\n Di akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, estafet kepengasuhan Sidogiri dilanjutkan oleh putranya yang bernama KH. Bahar bin Noerhasan dan KH. Nawawie bin Noerhasan. Keduanya pernah berguru kepada Syaikhona Kholil di Bangkalan.<\/p>\n