Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":42858,"date":"2020-03-03T07:45:00","date_gmt":"2020-03-03T00:45:00","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=42858"},"modified":"2020-03-03T13:38:31","modified_gmt":"2020-03-03T06:38:31","slug":"khudz-min-amwalihim","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/","title":{"rendered":"Perintah “Khudz Min Amwalihim” dalam Al-Quran, Apa Maksudnya?"},"content":{"rendered":"

Pecihitam.org- <\/strong>Perintah khudz min amwalihim<\/em> \/ ambillah (zakat) dari sebagian harta mereka dalam al-Quran surat at-Taubah (9) : 103 turun dalam konteks diterimanya taubat para sahabat yang tidak ikut dalam perang Tabuk bersama Nabi Muhammad.<\/p>\n

Ketidakikutsertaan mereka dalam perang Tabuk disebabkan oleh cintanya mereka pada harta benda yang mereka miliki. Setelah Allah menerima taubat mereka, mereka kemudian membawa harta bendanya kepada Nabi dan berkata,<\/p>\n

\u201cWahai Rasulullah, ini harta benda kami. Tolong wakili kami menyedekahkannya dan mintalah ampunan untuk kami.<\/em>\u201d Nabi Menjawab, \u201cAku tidak diperintahkan mengambil sedikit pun harta kalian<\/em>.\u201d Maka turunlah al-Quran surat at-Taubah (9) ayat 103, yang berbunyi :<\/p>\n

\u062e\u064f\u0630\u0652 \u0645\u0650\u0646\u0652 \u0623\u064e\u0645\u0652\u0648\u064e\u0627\u0644\u0650\u0647\u0650\u0645\u0652 \u0635\u064e\u062f\u064e\u0642\u064e\u0629\u064b \u062a\u064f\u0637\u064e\u0647\u0651\u0650\u0631\u064f\u0647\u064f\u0645\u0652 \u0648\u064e\u062a\u064f\u0632\u064e\u0643\u0651\u0650\u064a\u0647\u0650\u0645\u0652 \u0628\u0650\u0647\u064e\u0627 \u0648\u064e\u0635\u064e\u0644\u0651\u0650 \u0639\u064e\u0644\u064e\u064a\u0652\u0647\u0650\u0645\u0652 \u06d6 \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e \u0635\u064e\u0644\u064e\u0627\u062a\u064e\u0643\u064e \u0633\u064e\u0643\u064e\u0646\u064c \u0644\u064e\u0647\u064f\u0645\u0652 \u06d7 \u0648\u064e\u0627\u0644\u0644\u0651\u064e\u0647\u064f \u0633\u064e\u0645\u0650\u064a\u0639\u064c \u0639\u064e\u0644\u0650\u064a\u0645\u064c<\/strong><\/p>\n

Artinya : \u201c (Khudz Min Amwalihim<\/em>) Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui<\/em>\u201d<\/p>\n

Setelah Nabi wafat, sebagian kabilah Arab Badui<\/a> menganggap tidak ada lagi pembayaran zakat karena tidak ada lagi balasan kepada mereka berupa doa Nabi yang membersihkan dan menyucikan mereka.<\/p>\n

Kebijakan khalifah Abu Bakar memerangi mereka yang menolak membayar zakat binatang ternak, menjaga karakter politik zakat, yaitu zakat harus diserahkan kepada negara untuk dikelola.<\/p>\n

Jumhur ulama sepakat bahwa pengelolaan zakat al-amwal al-zhahirah merupakan kewenangan penuh penguasa di mana penguasa berhak memungutnya.<\/p>\n

Namun, untuk pengelolaan zakat al-amwal al-bathinah terdapat perbedaan pendapat. Madzhab Hanafi dan Syafi\u2019i memandang bahwa pengelolaan zakat al-amwal al-bathinah diserahkan kepada pemiliknya.<\/p>\n

Madzhab Maliki menyatakan bahwa orang harus menyerahkan seluruh zakatnya baik yang zhahir maupun yang bathin, kepada penguasa sekalipun mereka zhalim, sepanjang mereka berlaku amanah dalam mengelola zakat.<\/p>\n

Adapun Madzhab Hanbali<\/a> berpendapat menyerahkan zakat kepada penguasa adalah tidak wajib, namun diperbolehkan, baik penguasa itu adil maupun zhalim. Baik harta zhahir maupun bathin.<\/p>\n

Al-Qaradlawi memilih dan menguatkan dua pendapat tentang pengelolaan zakat dalam fiqh Islam.<\/p>\n

Pertama, pengelolaan zakat merupakan bagian dari otoritas pemerintahan Muslim, di mana pemerintah berhak mengumpulkan zakat dari seluruh jenis harta, baik yang zhahir maupun bathin, terutama jika penguasa mengetahui bahwa rakyatnya melalaikan kewajiban zakat.<\/p>\n

Kedua, kegagalan pemerintah mengelola zakat dengan membiarkan dan tidak memungut zakat dari masyarakat tidak menghapus tanggung jawab individu dari pembayaran zakat, di mana muzakki tetap harus menilai zakat yang harus dibayarnya dan menyalurkannya sendiri kepada mustahiq.<\/p>\n

Ketika menetapkan kewenangan pemerintah dan bahkan menjadikannya keharusan untuk mengelola zakat sesuai ketentuan syariah, al-Qaradlawi memberikan kualifikasi bahwa hendaklah pemerintah memberikan kepercayaan kepada pemilik harta untuk membagikan sendiri sepertiga atau seperempat dari kewajiban zakatnya sesuai dengan sunnah Nabi.<\/p>\n

Lebih jauh lagi, al-Qaradlawi juga mempersyaratkan bahwa otoritas memungut zakat ini hanya berlaku untuk pemerintahan Islam di mana Islam ditetapkan sebagai dasar hukum pemerintahan dan kehidupan bernegara, termasuk politik, ekonomi, sosial dan budaya. Pemerintahan sekuler yang mendasarkan diri pada ideologi non Islam tidak berhak dan dilarang memungut zakat.<\/p>\n

Namun, informasi Abu Ubaid menegaskan bahwa wacana pengelolaan zakat oleh penguasa ini tidak lepas dari perbedaan dan penuh dengan dinamika. Diskursus fiqh tentang menyerahkan zakat kepada penguasa pertama kali terjadi pasca terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan.<\/p>\n

Dinamika wacana penyerahan zakat kepada negara ini sangat terlihat dalam sikap Ibnu Umar. Pada awalnya Ibnu Umar sangat tegas menyatakan bahwa zakat wajib diserahkan kepada penguasa sekalipun mereka tidak lagi memiliki komitmen keagamaan.<\/p>\n

Sepanjang para penguasa itu Muslim (masih menunaikan shalat), maka masyarakat wajib menyerahkan zakat kepada mereka. Namun, setelah mengikuti dinamika yang ada di masyarakat, Ibnu Umar akhirnya mengubah pendapatnya dengan tidak mewajibkan lagi masyarakat ke penguasa tetapi mendistribusikannya secara langsung kepada mereka yang berhak (mustahiq).<\/p>\n

Hal ini secara jelas mengindikasikan bahwa ketika para ulama menegaskan kewajiban menyerahkan zakat ke penguasa, mereka mengasumsikan bahwa pemerintah berkarakter Islam.<\/p>\n

Ketika komintmen keagamaan penguasa mengalami degradasi secara signifikan, maka mereka tidak lagi mewajibkan dimensi politik zakat, tetapi tetap menjalankan dimensi ritualnya, yaitu mendistribusikan zakat secara langsung kepada mustahiq.<\/p>\n

Dinamika fiqh ini mengaskan bahwa karakter zakat sebagai institusi keuangan publik yang bersifat khusus, yaitu bahwa zakat harus didistribusikan kepada publik, baik melalui pemerintah ataupun tidak. Aspek distributif zakat jauh lebih penting daripada aspek pengumpulannya.<\/p>\n

Dengan kata lain, pengelolaan zakat oleh negara bukanlah tujuan melainkan hanya sarana. Tujuan utama pengelolaan zakat yaitu tersampaikannya zakat kepada mustahiq secara tepat sasaran dan dengan kemanfaatan yang lebih optimal.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org- Perintah khudz min amwalihim \/ ambillah (zakat) dari sebagian harta mereka dalam al-Quran surat at-Taubah (9) : 103 turun dalam konteks diterimanya taubat para sahabat yang tidak ikut dalam perang Tabuk bersama Nabi Muhammad. Ketidakikutsertaan mereka dalam perang Tabuk disebabkan oleh cintanya mereka pada harta benda yang mereka miliki. Setelah Allah menerima taubat mereka, […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":42913,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[2338],"tags":[10380],"yoast_head":"\nPerintah "Khudz Min Amwalihim" dalam Al-Quran, Apa Maksudnya? - Pecihitam.org<\/title>\n<meta name=\"description\" content=\"Perintah khudz min amwalihim dalam al-Quran turun dalam konteks diterimanya taubat para sahabat yang tidak ikut dalam perang Tabuk bersama Nabi Muhammad\" \/>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"en_US\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Perintah "Khudz Min Amwalihim" dalam Al-Quran, Apa Maksudnya? - Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"Perintah khudz min amwalihim dalam al-Quran turun dalam konteks diterimanya taubat para sahabat yang tidak ikut dalam perang Tabuk bersama Nabi Muhammad\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"article:publisher\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2020-03-03T00:45:00+00:00\" \/>\n<meta property=\"article:modified_time\" content=\"2020-03-03T06:38:31+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/03\/Perintah-_Khudz-Min-Amwalihim_-dalam-Al-Quran-Apa-Maksudnya_-scaled.jpg\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"1024\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"576\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/jpeg\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"Mochamad Ari Irawan\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Written by\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"Mochamad Ari Irawan\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Est. reading time\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"3 minutes\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"Article\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/#article\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/\"},\"author\":{\"name\":\"Mochamad Ari Irawan\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/702a05aedb4f0983d04b8eadc79bfe6d\"},\"headline\":\"Perintah “Khudz Min Amwalihim” dalam Al-Quran, Apa Maksudnya?\",\"datePublished\":\"2020-03-03T00:45:00+00:00\",\"dateModified\":\"2020-03-03T06:38:31+00:00\",\"mainEntityOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/\"},\"wordCount\":677,\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/03\/Perintah-_Khudz-Min-Amwalihim_-dalam-Al-Quran-Apa-Maksudnya_-scaled.jpg\",\"keywords\":[\"Khudz Min Amwalihim\"],\"articleSection\":[\"Zakat\"],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/\",\"name\":\"Perintah \\\"Khudz Min Amwalihim\\\" dalam Al-Quran, Apa Maksudnya? - Pecihitam.org\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/03\/Perintah-_Khudz-Min-Amwalihim_-dalam-Al-Quran-Apa-Maksudnya_-scaled.jpg\",\"datePublished\":\"2020-03-03T00:45:00+00:00\",\"dateModified\":\"2020-03-03T06:38:31+00:00\",\"description\":\"Perintah khudz min amwalihim dalam al-Quran turun dalam konteks diterimanya taubat para sahabat yang tidak ikut dalam perang Tabuk bersama Nabi Muhammad\",\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/03\/Perintah-_Khudz-Min-Amwalihim_-dalam-Al-Quran-Apa-Maksudnya_-scaled.jpg\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/03\/Perintah-_Khudz-Min-Amwalihim_-dalam-Al-Quran-Apa-Maksudnya_-scaled.jpg\",\"width\":1024,\"height\":576,\"caption\":\"Perintah Khudz Min Amwalihim dalam Al-Quran, Apa Maksudnya\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Perintah “Khudz Min Amwalihim” dalam Al-Quran, Apa Maksudnya?\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"description\":\"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah\",\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":\"required name=search_term_string\"}],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"Organization\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"logo\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"width\":2401,\"height\":2401,\"caption\":\"Pecihitam.org\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\"},\"sameAs\":[\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ\"]},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/702a05aedb4f0983d04b8eadc79bfe6d\",\"name\":\"Mochamad Ari Irawan\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/02c81e13cfd65fa31cf5f11b1ea6751b?s=96&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/02c81e13cfd65fa31cf5f11b1ea6751b?s=96&r=g\",\"caption\":\"Mochamad Ari Irawan\"},\"description\":\"Alumni Pondok Pesantren Qomaruddin | Sarjana Hukum Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prodi Perbandingan Madzhab.\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/author\/arirawan\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Perintah \"Khudz Min Amwalihim\" dalam Al-Quran, Apa Maksudnya? - Pecihitam.org","description":"Perintah khudz min amwalihim dalam al-Quran turun dalam konteks diterimanya taubat para sahabat yang tidak ikut dalam perang Tabuk bersama Nabi Muhammad","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/","og_locale":"en_US","og_type":"article","og_title":"Perintah \"Khudz Min Amwalihim\" dalam Al-Quran, Apa Maksudnya? - Pecihitam.org","og_description":"Perintah khudz min amwalihim dalam al-Quran turun dalam konteks diterimanya taubat para sahabat yang tidak ikut dalam perang Tabuk bersama Nabi Muhammad","og_url":"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/","og_site_name":"Pecihitam.org","article_publisher":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_published_time":"2020-03-03T00:45:00+00:00","article_modified_time":"2020-03-03T06:38:31+00:00","og_image":[{"width":1024,"height":576,"url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/03\/Perintah-_Khudz-Min-Amwalihim_-dalam-Al-Quran-Apa-Maksudnya_-scaled.jpg","type":"image\/jpeg"}],"author":"Mochamad Ari Irawan","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Written by":"Mochamad Ari Irawan","Est. reading time":"3 minutes"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"Article","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/#article","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/"},"author":{"name":"Mochamad Ari Irawan","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/702a05aedb4f0983d04b8eadc79bfe6d"},"headline":"Perintah “Khudz Min Amwalihim” dalam Al-Quran, Apa Maksudnya?","datePublished":"2020-03-03T00:45:00+00:00","dateModified":"2020-03-03T06:38:31+00:00","mainEntityOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/"},"wordCount":677,"publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/03\/Perintah-_Khudz-Min-Amwalihim_-dalam-Al-Quran-Apa-Maksudnya_-scaled.jpg","keywords":["Khudz Min Amwalihim"],"articleSection":["Zakat"],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/","name":"Perintah \"Khudz Min Amwalihim\" dalam Al-Quran, Apa Maksudnya? - Pecihitam.org","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/03\/Perintah-_Khudz-Min-Amwalihim_-dalam-Al-Quran-Apa-Maksudnya_-scaled.jpg","datePublished":"2020-03-03T00:45:00+00:00","dateModified":"2020-03-03T06:38:31+00:00","description":"Perintah khudz min amwalihim dalam al-Quran turun dalam konteks diterimanya taubat para sahabat yang tidak ikut dalam perang Tabuk bersama Nabi Muhammad","breadcrumb":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/#breadcrumb"},"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/#primaryimage","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/03\/Perintah-_Khudz-Min-Amwalihim_-dalam-Al-Quran-Apa-Maksudnya_-scaled.jpg","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/03\/Perintah-_Khudz-Min-Amwalihim_-dalam-Al-Quran-Apa-Maksudnya_-scaled.jpg","width":1024,"height":576,"caption":"Perintah Khudz Min Amwalihim dalam Al-Quran, Apa Maksudnya"},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/khudz-min-amwalihim\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/pecihitam.org\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Perintah “Khudz Min Amwalihim” dalam Al-Quran, Apa Maksudnya?"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","name":"Pecihitam.org","description":"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah","publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}"},"query-input":"required name=search_term_string"}],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"Organization","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization","name":"Pecihitam.org","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","logo":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","width":2401,"height":2401,"caption":"Pecihitam.org"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/"},"sameAs":["https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ"]},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/702a05aedb4f0983d04b8eadc79bfe6d","name":"Mochamad Ari Irawan","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/02c81e13cfd65fa31cf5f11b1ea6751b?s=96&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/02c81e13cfd65fa31cf5f11b1ea6751b?s=96&r=g","caption":"Mochamad Ari Irawan"},"description":"Alumni Pondok Pesantren Qomaruddin | Sarjana Hukum Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prodi Perbandingan Madzhab.","url":"https:\/\/pecihitam.org\/author\/arirawan\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/42858"}],"collection":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/40"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=42858"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/42858\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/42913"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=42858"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=42858"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=42858"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}