Pecihitam.org –<\/strong> Saat hajatan, sudah menjadi kebiasaan sebagian besar muslim nusantara mengisinya dengan pembacaan Surat Yasin<\/a>, bahkan menghatamkan Al-Qur’an. Karena beberapa faktor, bisa jadi salah seorang yang diundang dalam acara khataman Al-Qur’an tidak selesai membaca juz Al-Qur’an yang menjadi bagiannya.<\/p>\n\n\n\n

Lalu bagaimana ketika untuk acara tersebut, ia mendapatkan bisyarah<\/em> berupa uang dan ‘berkat’ (oleh-olehnya berupa makanan), Apa yang harus dilakukannya jika memang tidak bisa menyelesaikan hingga pembacaan doa khatmil Qur’an bahkan majlis bubar?<\/p>\n\n\n\n

Dalam hal ini, sesuai dengan deskripsi di atas, maka seseorang yang membaca Al-Qur’an dihukumi seperti orang yang dibayar atau diupah. Karena lazimnya, ia mendapatkan bisyarah<\/em> karena bacaan Al-Qur’annya.<\/p>\n\n\n\n

Maka hukum yang berlaku berkenaan status bacaan Al-Qur’annya yang belum selesai, harus ia baca hingga selesai. Jika memang tidak memungkinkan dilanjutkan di acara hajatan, karena majlis telah rampung, maka dilanjutkan ketika pulang ke rumahnya, misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Ia harus melanjutkan. Jika tidak, maka ia berdosa. Karena telah melakukan sesuatu (membaca Al-Qur’an) tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh pemberi bisyarah, yakni membaca Al-Qur’an hingga selesai.<\/p>\n\n\n\n

Tetapi kewajiban di sini hanyalah melanjutkan bacaan, bukan membaca ulang dari awal juz. Jadi gambarannya bisa begini:<\/p>\n\n\n\n

Katakanlah Ibu Ningsih namanya. Sebagai anggota majlis taklim, ia mendapatkan undangan khataman Al-Qur’an. Ia pun mendapat bagian untuk membaca Juz 15. Karena penglihatannya yang sudah mulai kabur, ia lambat membacanya. Bahkan hingga acara bubar, ia masih terbata-bata menyisakan 2 lembar Juz 15.<\/p>\n\n\n\n

Maka Ibu Ningsih harus melanjutkan sisa 2 lembar Juz 15 tersebut, bukan mengulang dari awal Juz 15. Ia bisa membaca di rumah.<\/p>\n\n\n\n

Di sini kami sebutkan beberapa kitab yang menjelaskan jawaban tentang ini. Ada Fathul Mu’in, Hasyiyah Syarwani <\/em>dan Tuhfatul Muhtaj.<\/a><\/em><\/p>\n\n\n\n

Berikut kami kutipkan redaksi penjelasannya. Karena redaksi dalam kitab-kitab tersebut hampir sama persis, kami mencukupkan dengan ibarat yang ada dalam Hasyiyah Syarwani<\/em> Juz 6 halaman 183<\/p>\n\n\n\n

\u0648\u0623\u0641\u062a\u0649 \u0628\u0639\u0636\u0647\u0645 \u0628\u0623\u0646\u0647 \u0644\u0648 \u062a\u0631\u0643 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0642\u0631\u0627\u0621\u0629 \u0627\u0644\u0645\u0633\u062a\u0623\u062c\u0631 \u0639\u0644\u064a\u0647\u0627 \u0622\u064a\u0627\u062a \u0644\u0632\u0645\u0647 \u0642\u0631\u0627\u0621\u0629 \u0645\u0627 \u062a\u0631\u0643\u0647 \u0648\u0644\u0627 \u064a\u0644\u0632\u0645\u0647 \u0627\u0633\u062a\u0626\u0646\u0627\u0641 \u0645\u0627 \u0628\u0639\u062f\u0647<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Sebagian ulama mengeluarkan fatwa bahwa jika seseorang meninggalkan bacaan beberapa ayat Al-Qur’an yang diupahkan, maka wajib baginya melanjutkan bacaan yang ia tinggalkan dan tidak wajib mengulang dari awal.<\/em><\/p>\n\n\n\n

Demikianlah penjelasan tentang masalah ini. Semoga ini menjadi pencerahan bagi ibu-ibu muslimat yang mungkin membutuhkan jawaban tentang ini. Karena pernah saya mengisi majlis taklim dan mendapatkan pertanyaan tentang ini.<\/p>\n\n\n\n

Sekali lagi, semoga tulisan ini bermanfaat. Wallahu a’lam bisshawab!<\/em><\/strong><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Saat hajatan, sudah menjadi kebiasaan sebagian besar muslim nusantara mengisinya dengan pembacaan Surat Yasin, bahkan menghatamkan Al-Qur’an. Karena beberapa faktor, bisa jadi salah seorang yang diundang dalam acara khataman Al-Qur’an tidak selesai membaca juz Al-Qur’an yang menjadi bagiannya. Lalu bagaimana ketika untuk acara tersebut, ia mendapatkan bisyarah berupa uang dan ‘berkat’ (oleh-olehnya berupa […]<\/p>\n","protected":false},"author":38,"featured_media":43744,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[7],"tags":[],"yoast_head":"\n