Pecihitam.org – <\/strong>Orang yang berpuasa dilarang memasukkan benda apa pun ke dalam tubuh (jauf) melalui lubang tujuh yang dimiliki setiap manusia. Lalu bagaimana apabila seorang muslim yang ingin gosok gigi saat puasa? <\/p>\n\n\n\n

Bersiwak atau menggosok gigi berhukum\nsunnah, sebagaimana hadits Rasulullah SAW: \u201cDari Abu Hurairah ra.\nBahwasannya Rasulullah SAW berkata, \u201dseandainya aku tidak memberatkan umatku\natau manusia, maka sungguh akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak di setiap\nakan shalat.\u201d<\/em> (HR. Al-Bukhari).<\/p>\n\n\n\n

Kebersihan gigi dan mulut merupakan bagian dari keimanan. Demikian halnya dengan aroma mulut yang sedap bagian dari kebaikan itu sendiri. Islam menuntut kebersihan gigi dan mulut umatnya agar bersih dan segar melalui siwak, dan lainnya. Saat menjalankan ibadah puasa, anjuran untuk membersihkan gigi dan mulut perlu diatur waktunya. Pasalnya, pembersihan gigi dan mulut di siang hari perlu kehati-hatian atau bahkan dihindari karena menyalahi keutamaan.<\/p>\n\n\n\n

Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani<\/a><\/strong> menyampaikan hal ini dalam\u00a0Nihayatuz Zain<\/em>\u00a0sebagai berikut:<\/p>\n\n\n\n

\u0648\u0645\u0643\u0631\u0648\u0647\u0627\u062a \u0627\u0644\u0635\u0648\u0645 \u062b\u0644\u0627\u062b\u0629 \u0639\u0634\u0631: \u0623\u0646 \u064a\u0633\u062a\u0627\u0643 \u0628\u0639\u062f \u0627\u0644\u0632\u0648\u0627\u0644<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya, \u201cHal yang makruh dalam puasa\nada tiga belas. Salah satunya bersiwak setelah zhuhur,\u201d (Lihat Nihayatuz\nZein fi Irsyadil Mubtadi\u2019in<\/em>, Cetakan Al-Maarif, Bandung, Halaman 195).<\/p>\n\n\n\n

Kenapa bersiwak atau berkumur termasuk makruh di siang hari puasa? Sebab, pembersihan mulut di saat puasa merupakan tindakan menyalahi yang utama, yang mana utamanya adalah mendiamkan mulut dan aromanya yang kurang sedap apa adanya. Allah lebih menyukai aroma ini di hari Kiamat kelak. Al-Habib Abdulah bin Husein bin Thahir dalam karyanya\u00a0Is\u2018adur Rafiq wa Bughyatut Tashdiq <\/em>menyebutkan sebagai berikut:<\/p>\n\n\n\n

\u0648\u064a\u0643\u0631\u0647 \u0627\u0644\u0633\u0648\u0627\u0643 \u0628\u0639\u062f \u0627\u0644\u0632\u0648\u0627\u0644 \u0644\u0644\u0635\u0627\u0626\u0645 \u0644\u062e\u0628\u0631 “\u0644\u062e\u0644\u0648\u0641” \u0623\u064a \u0644\u062a\u063a\u064a\u0631 “\u0641\u0645 \u0627\u0644\u0635\u0627\u0626\u0645 \u064a\u0648\u0645 \u0627\u0644\u0642\u064a\u0627\u0645\u0629 \u0623\u0637\u064a\u0628 \u0639\u0646\u062f \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0645\u0646 \u0631\u0627\u0626\u062d\u0629 \u0627\u0644\u0645\u0633\u0643<\/strong>“.<\/p>\n\n\n\n

Artinya: \u201cBagi orang berpuasa, makruh\nbersiwak setelah zhuhur berdasarkan hadits, \u2018Perubahan aroma mulut orang yang\nberpuasa lebih wangi di sisi Allah pada hari Kiamat daripada wangi minyak\nmisik,\u2019\u201d (Lihat Is\u2018adur Rafiq<\/em>, Cetakan Al-Hidayah, Surabaya, Juz I,\nHalaman 117).<\/p>\n\n\n\n

Selanjutnya, ada pula penjelasan\nImam Nawawi, dalam al-Majmu\u2019, syarah al-Muhadzdzab sebagai berikut: <\/p>\n\n\n\n

\u0644\u0648 \u0627\u0633\u062a\u0627\u0643 \u0628\u0633\u0648\u0627\u0643 \u0631\u0637\u0628 \u0641\u0627\u0646\u0641\u0635\u0644 \u0645\u0646 \u0631\u0637\u0648\u0628\u062a\u0647 \u0623\u0648 \u062e\u0634\u0628\u0647 \u0627\u0644\u0645\u062a\u0634\u0639\u0628 \u0634\u0626 \u0648\u0627\u0628\u062a\u0644\u0639\u0647 \u0627\u0641\u0637\u0631 \u0628\u0644\u0627 \u062e\u0644\u0627\u0641 \u0635\u0631\u062d \u0628\u0647 \u0627\u0644\u0641\u0648\u0631\u0627\u0646\u0649 \u0648\u063a\u064a\u0631\u0647<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya: \u201cJika ada orang\nyang memakai siwak basah. Kemudian airnya pisah dari siwak yang ia gunakan,\natau cabang-cabang (bulu-bulu) kayunya itu lepas kemudian tertelan, maka\npuasanya batal tanpa ada perbedaan pendapat ulama. Demikian dijelaskan oleh\nal-Faurani dan lainnya. (Abi Zakriya Muhyiddin bin Syaraf an-Nawawi, al-Majmu\u2019<\/em>,\nMaktabah al-Irsyad, Jeddah, juz 6, halaman 343)<\/p>\n\n\n\n

Imam Nawawi menjelaskan\napabila air yang bukan barang inti atau bahkan bulu kayu yang merupakan salah\nsatu bagian inti dari siwak itu sendiri membatalkan puasa apalagi pasta gigi yang\nsama-sama tidak diperintahkan syara\u2019, maka orang yang berpuasa dengan gosok\ngigi menggunakan pasta, jika tidak ada air atau pasta yang masuk tenggorokan\nsama sekali, puasanya tidak batal. Namun apabila ada sedikit saja dari air atau\npasta yang tertelan walaupun tanpa sengaja, puasanya batal. <\/p>\n\n\n\n

Solusinya, demi\nkehati-hatian, hendaknya gosok gigi saat puasa dilakukan sebelum waktu imsak\ntiba. Jika sudah siang, cukup gosok gigi dengan kayu siwak (arok) atau dengan\nsikat gigi tanpa menggunakan pasta. Jika ingin menutupnya dengan air,\nsambungkan gosok gigi yang seperti demikian beriringan dengan berkumur sebelum\nwudhu selama tiga kali. Sehingga masing-masing aman. Demikian solusinya jika\ningin gosok gigi saat puasa. Semoga bermanfaat. <\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Orang yang berpuasa dilarang memasukkan benda apa pun ke dalam tubuh (jauf) melalui lubang tujuh yang dimiliki setiap manusia. Lalu bagaimana apabila seorang muslim yang ingin gosok gigi saat puasa?  Bersiwak atau menggosok gigi berhukum sunnah, sebagaimana hadits Rasulullah SAW: \u201cDari Abu Hurairah ra. Bahwasannya Rasulullah SAW berkata, \u201dseandainya aku tidak memberatkan umatku […]<\/p>\n","protected":false},"author":18,"featured_media":4766,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[1691,1977],"tags":[2797,2795,2796],"yoast_head":"\n