PeciHitam.org – <\/strong>Umur muda dengan kekuasaan ditangan tidak menjadikan Sultan Ageng Tirtayasa menjadi Jumawa dan memanfaatkan untuk kesenangan duniawi.<\/p>\n Beliau menjadi salah satu pahlawan Nasional dan bangsawan yang mau meyingsingkan baju untuk berjuang menegakkan kedaulatan Negara dari penjajahan.<\/p>\n Sosok Legendaris dari ujung Kulon Pulau Jawa ini mendapat banyak alunan doa dari para segenap warga Negara karena jasa dan kontribusi dalam perjuangan Indonesia.<\/p>\n Jiwa Muda tidak menjadikan beliau menjadi sewenang-wenang dalam menjalankan pemerintahan kerajaanya. Berikut perjalanan Sultan Ageng Tirtayasa.<\/p>\n Sultan Ageng Tirtayasa adalah sebuah gelar populer dari Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah. Beliau terlahir dengan Nama Pangeran Surya pada tahun 1631 M di Pusat Kerajaan Banten.<\/p>\n Pangeran Surya naik tahta untuk menggantikan Kakek beliau yang wafat, yaitu Sultan Abdul Mafakhir dengan gelar Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah.<\/p>\n Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah naik tahta saat baru berusia 20 tahun pada 1651. Ayahnya yang seharusnya menggantikan kakeknya terlebih dahulu wafat setahun sebelum kakeknya wafat. Nama ayah beliau adalah Sultan Abdul Maali Ahmad dan nama Ibunya Ratu Martakusuma.<\/p>\n Jasa beliau adalah memperjuangkan kedaulatan Negara dengan salah satunya menentang Belanda karena VOC menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan kesultanan dan rakyat Banten.<\/p>\n Peran Sultan Ageng dalam perkembangan Islam di Banten juga sangat berpengaruh. Dia menginginkan Banten menjadi Pusat kerajaan Islam.<\/p>\n Sultan Ageng Tirtayasa memimpin kerajaa Banten sebagai Sultan Keenam dan membangun Ibu kota baru di Tirtayasa (sebuah dusun di Kota Serang sekarang). Beliau memerintah sampai pada tahun 1683 setelah terjadi konflik intern dengan anaknya sendiri, Sultan Haji. <\/em><\/p>\n Sultan Ageng Tirtayasa meninggal sebagai tahanan VOC pada tahun 1692 dalam penjara di Batavia (Jakarta), dan dimakamkan di Makam Raja-raja Banten utara Masjid Agung Banten.<\/p>\n Sultan Ageng Tirtayasa dalam menjalankan roda pemerintahannya banyak melakukan gebrakan dan langkah dalam berbagai sektor. Selain berkonfrontasi dengan VOC karena terlalu semena-mena dalam mencampuri urusan Kerajaan Banten dalam bidang perdagangan dan penggunaan sistem monopoli daagang di pelabuhan Banten, beliau menata ekonomi kerajaan Banten.<\/p>\n Langkah pertama dalam Ekonomi Kerajaan Banten adalah mensejahterakan rakyat. Langka ini dengan cara melalui pencetakan atau pembukaan hutan untuk sawah-sawah baru serta irigasi yang sekaligus berfungsi sebagai sarana perhubungan. Hal ini menjadikan Banten sebagai lumbung pangan baru di kawasan Jawa bagian barat.<\/p>\n Dalam sektor keagamaan untuk menyokong visi Banten sebagai pusat Kerajaan Islam adalah dengan mengangkat Syaikh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati dar Gowa, Makassar menjadi mufti kerajaan.<\/p>\n Syaikh Yusuf juga bertugas sebagai penasihat Raja Banten dalam bidang Pemerintahan. Syaikh Yusuf ini digambarkan dalam buku tokoh-tokoh Tassawuf Nusantara sebagai tokoh Ulama besar yang banyak belajar dan mengajarkan Islam kesuluruh pelosok Nusantara.<\/p>\n Dengan visi mengembangakan Islam di Banten sebagai pusatnya, membawa beliau pada langkah tepat yaitu mengangkat Syaikh Yusuf Tajul Khalwati.<\/p>\nBiografi<\/strong> Sultan Ageng Tirtayasa<\/strong><\/h2>\n
Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa<\/strong><\/h2>\n