Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":49208,"date":"2020-04-11T19:20:19","date_gmt":"2020-04-11T12:20:19","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=49208"},"modified":"2020-04-11T19:20:20","modified_gmt":"2020-04-11T12:20:20","slug":"metodologi-penafsiran-al-quran","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pecihitam.org\/metodologi-penafsiran-al-quran\/","title":{"rendered":"Mengenal Metodologi Penafsiran Al-Quran Ulama Mutaqaddimin"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Metodologi kajian al-Qur\u2019an yang biasa disebut dengan penafsiran al-Quran sudah berlangsung sejak zaman Nabi Muhammad Saw., dan masih berlangsung hingga sekarang, bahkan pada masa mendatang karena tuntutan zaman yang semaking berkembang.<\/p>\n\n\n\n

Penafsiran al-Quran tidaklah mudah dan tidaklah sulit, tidak semua orang boleh menafsirkan al-Qur\u2019an. Seseorang yang hendak menafsirkan al-Qur\u2019an<\/a> mestilah terlebih dahulu menguasi ulumu al-Qur\u2019an. Untuk menguasai ulumu al-Qur\u2019an juga harus menguasai kaidah-kaidah gaya bahasa dalam al-Qur\u2019an, baik itu bahasa arab, ushul fiqh, dll.<\/p>\n\n\n\n

Pada masa perkembangan awalnya metodologi tafsir berfungsi sebagai alat untuk bagaimana cara para ulama melakukan penafsiran yang kemudian dituangkan dalam ilmu tafsir.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu yang mereka tempuh adalah meyakini dan mengimani segi-segi akidah dan informasi yang ada di dalam al-Qur\u2019an dan mematuhi perintah dan larangan serta menpraktekkannya dalam prilaku sehari-hari baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain di sekeliling mereka.<\/p>\n\n\n\n

Ulama Mutaqaddimin di dalam melakukan penafsiran al-Quran menggunakan tiga Metodologi yaitu :<\/p>\n\n\n\n

1.Metode Tafsir al Ma\u2019tsur<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Terlepas dari setuju atau tidak setuju terhadap pendapat itu, yang menjadi persoalan dalam kajian al-matsur ialah Apakah yang dimaksud dengan al-matsur tersebut merupakan penafsiran yang diberikan para Nabi dan para sahabat Ataukah penafsiran berdasarkan bahan-bahan yang diwarisi dari Nabi berupa al-Qur\u2019an dan sunnah, serta pendapat sahabat.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hal pertama ma\u2019sur menjadi sifat bagi tafsir dan dalam hal kedua ia menjadi sifat bagi sumber-sumber yang di gunakan di dalam penafsiran.<\/p>\n\n\n\n

Jika yang pertama diterima, maka tafsir bi ma\u2019tsur ialah sesuatu yang baku dan tidak dapat dikembangkan lagi. Dalam hal ini, tugas mufassir hanya meneliti sanadnya, apakah shahih atau tidak,maka penafsiran itu di tolak.<\/p>\n\n\n\n

Apabila pengertian yang kedua di terima, maka tafsir bi al-ma\u2019tsur dapat dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman karena dalam pengertian yang kedua itu masih terbuka bagi mufassir untuk mengembangkan pemikiran dalam memahami ayat-ayat al-Qur\u2019an.<\/p>\n\n\n\n

Kedua pemahaman itu tidak bertentangan karena yang pertama, merupakan pengertian sempit bagi al-ma\u2019tsur. Sementara yang kedua adalah pengertian secara meluas.<\/p>\n\n\n\n

2. Metode Tafsir ar-Ray\u2019i<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Setelah berakhir masa salaf sekitar abad ke-3 H., dan peradaban Islam semakin maju dan berkembang. Maka berkembanglah berbagai madzab dan aliran di kalangan umat Islam. Masing-masing golongan berusaha meyakinkan umat Islam dalam rangka mengembangkan paham mereka.<\/p>\n\n\n\n

Untuk mencapai maksud itu, mereka mencari ayat-ayat al Qur\u2019an dan hadis-hadis Nabi Saw., lalu mereka tafsirkan sesuai dengan keyakinan yang mereka anut. Ketika inilah berkembang apa yang dimaksud dengan tafsir bi al-ray\u2019i<\/em> ( tafsir melalui pemikiran atau ijtihad).<\/p>\n\n\n\n

Meskipun tafsir bi al-ray\u2019i<\/em> berkembang dengan pesat, namun dalam menerimanya para ulama terbagi dua; ada yang membolehkan dan ada pula yang melarangnya. Tapi setelah diteliti, ternyata kedua pendapat yang bertentangan itu hanya bersifat lafdzi<\/em> (redaksional).<\/p>\n\n\n\n

Maksudnya kedua belah pihak sama-sama mencela penafsiran yang berdasar ray\u2019i (pemikiran) semata ( hawa nafsu) tanpa mengindahkan kaidah-kaidah dan kriteria yang berlaku. Penafsiran serupa inilah yang diharamkan ibn Taimiyah. Sebaiknya keduanya sepakat membolehkan penafsiran al-Quran dengan ijtihad-ijtihad yang berdasarkan sunnah rasul serta kaidah yang mu\u2019tabarat<\/em> ( diakui secara bersama ).<\/p>\n\n\n\n

3. Metode Tafsir Isyari<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tafsir isyari adalah isi al-Qur\u2019an<\/a> yang berkaitan dengan isyarat-isyarat suci, dalamartian ayat itu mengandung ma\u2019rifat ketuhanan ada yang bersifat dhahir adapula bersifat batin.<\/p>\n\n\n\n

Dari mengumpulkan berbagai keterangan sekitar tafsir isyari, dapat kita membuat satu kesimpulan yaitu tafsir isyari yang dapat diterima hanyalah yang memenuhi lima syarat tersebut :<\/p>\n\n\n\n