PeciHitam.org –<\/strong> Akun Instagram @s.kakung merujuk pada KH Mustofa Bisri atau terkenal dengan Gus Mus. Kiai seniman budayawan yang terkenal kalem, zuhud <\/em>dan apa adanya ini sangat menyejukkan saat memberikan komentar maupun muidzah hasanah <\/em>dalam pengajian.<\/p>\n Gus Mus adalah Kiai tidak neko-neko<\/em> dalam ke-NgiYai-<\/em>annya, atau tidak terlalu gila hormat karena seorang kiai besar. Jabatan tertinggi dalam sebuah Ormas terbesar di Indonesia pernah ia tolak dengan mantap.<\/p>\n Sebuah sindiran, tamparan dan pukulan bagi orang yang gila kehormatan duniawi. Minimal figur yang model gini <\/em>sangat langka di Nusantara bahkan dunia. Sosok panutan dengan samudra pemaafan bagi para pencelanya.<\/p>\n Nama lengkap beliau adalah Achmad Mustofa Bisri bin Bisri Mustofa. Silsilah nama agak rumit dan lucu jika kita melihat nama putra beliau. Satu-satunya anak lelaki Gus Mus diberi nama Muhammad Bisri Mustofa. Saat menikahkan putra semata wayangnya disebutkan secara lengkap yaitu Muhammad Bisri Mustofa bin Achmad Mustofa Bisri bin Bisri Mustofa.<\/p>\n Gus Mus dilahirkan di Rembang pada 10 Agustus 1944. Lahir dari rahim keluarga santri yang kental menjadikan beliau sangat lekat dengan tradisi Pesantren. Ayah beliau, Bisri Mustofa merupakan sosok pencinta Kiai <\/em>dan Habib <\/em>kelas berat.<\/p>\n Gus Mus pada masa mudanya menjalin Hubungan Romantis dengan Hj. Siti Fatmah dengan sering berkirim surat dari Kairo. Dan dengan beliau, Gus Mus mempunyai 6 putri dan 1 putra.<\/p>\n Salah satu putri beliau adalah Istri dari Gus Ulil Abshar Abdalla, tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL), yang banting stir <\/em>menjadi Tokoh Kajian Tassawuf Imam Ghazali dengan membaca Kitab Ihya Ulumuddin.<\/em><\/p>\n Mantan Rais \u2018Am (pemimpin Tertinggi) Ormas terbesar di Indonesia (NU) hasil \u201cWarisan\u201d KH Sahal Machfudz ini, merupakan seorang dai <\/em>yang aktif ceramah keliling Nusantara.<\/p>\n Gus Mus selalu menekankan dalam ceramahnya bahwa dalam beribadah jangan penthenthengan (<\/em>tegang-berlebihan) <\/em>dan petentengan <\/em>(merasa paling Islami).<\/p>\n Keluarga Gus Mus yang berdarah biru bangsawan santri mendorong beliau nyantri <\/em>diberbagai pesantren besar di Nusantara. Setelah mendapat pendidikan secara pribadi dari ayahnya, KH. Bisri Mustofa, Gus Mus melanjutkan studi di Pesantren Lirboyo Kota Kediri di bawah asuhan KH Marzuki dan KH Mahrus Ali.<\/p>\n Kenangan beliau selama di Lirboyo terdokumentasi dalam pusi \u201cLirboyo Kaifa Haal\u201d <\/em>(Lirboyo bagaimana Kabarmu?).<\/p>\n Setelah dari Lirboyo beliau melanjutkan pengembaraan ilmu ke Pesantren Krapyak Yogyakarta, di bawah Asuhan KH. Ali Maksum dan KH. Abdul Qadir, seorang Kiai keturunan Raja Jogja. Pesantren ini terletak di selatan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan berada tepat di garis Imajiner Keraton.<\/p>\n Paripurnanya beliau melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar Kairo, Universitas tertua di Dunia. Di Uniersitas ini beliau bersingguhan dan berkawan baik dengan Prof. Quraish Shihab dan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Gus Dur pada masa itu banyak membantu Gus Mus yang merupakan adik angkatan di Al-Azhar.<\/p>\n Setelah menyelesaikan pendidikan strata-1 di Mesir beliau kembali ke Nusantara pada awal tahun 1970an. Sekembalinya ke Rembang beliau menikahi Siti Fatmah, temen semasa kecil beliau. Siti Fatmah semasa mesantren <\/em>sering \u201cdigoda\u201d dengan surat puitis oleh Gus Mus yang dikirim dari Mesir.<\/p>\n Gus Mus dalam kesehariannya disibukan mengurus santri yang ngaji Sorogan <\/em>dan Bandungan <\/em>pada pesantren warisan ayah beliau, Raudlatut Thalibin Leteh Rembang.<\/p>\n Selain itu beliau juga tercatat sebagai \u201cMantan Rais \u2018Am\u201d Nahdlatul Ulama setelah meninggalnya KH Sahal Mahfudz pada tahun 2014. Setelah menolak jabatan tersebut untuk dipangku kembali beliau dimasukan dalam struktur Mustasyar PBNU.<\/p>\nProfil Gus Mus<\/strong><\/h2>\n
Masa Pendidikan<\/strong><\/h2>\n
Aktifitas dan Perjuangan<\/strong><\/h2>\n