PeciHitam.org<\/a> –<\/strong> Tidak ada yang berharap manusia terlahir dalam keadaan Yatim. Akan tetapi di dunia fana ini tidak ada yang mengetahui nasib seseorang kecuali Allah SWT telah menggariskannya. Manusia terlahir dalam keadaan keluarga utuh merupakan anugerah dariNya. Maka kita perlu mensyukurinya.<\/p>\n Keadaan yatim akan mempengaruhi psikologi anak, yang mana perhatian dan kasih saying tidak utuh ketika terlahir kedunia dari ayah dan ibunya. Anak yatim tidak akan mendapatkan perhatian dari sosok ayah dan biasanya menjadi tulang punggung keluarga.<\/p>\n Maka dalam Islam, Anak Yatim sangat mendapatkan perhatian dan keistimewaan lebih daripada anak yang bukan Yatim.<\/p>\n Pengertian dalam syara\u2019 <\/em>untuk Yatim berbeda dengan pengetian dalam Bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, biasanya predikat Yatim akan bersambung dengan Piatu, yakni tidak memiliki ayah Ibu.<\/p>\n Sedangkan dalam bahasa Arab, Yatim merupakan keadaan anak yang tidak memiliki Ayah sebagai\u00a0 penyangga atau tulang punggung keluarga sebelum usia Baligh<\/a>.<\/em><\/p>\n Jika sudah telah mencapai usia baligh <\/em>maka predikat Yatim sudah tidak lagi berlaku sebagaimana pada masa kanak-kanak. Penjelasan tentang istilah yatim dijelaskan dalam sebuah hadis yang menceritakan bahwa Ibnu Abbas RA pernah menerima surat dari Najdah bin Amir yang berisi beberapa pertanyaan, salah satunya tentang batasan individu disebut yatim, Sahabat Ibnu Abbas membalas surat;<\/p>\n “Dan kamu bertanya kepada saya tentang seorang anak yatim, kapan terputus predikat yatim itu, sesungguhnya predikat itu putus bila ia sudah balig\u00a0dan menjadi dewasa”<\/em><\/p>\nPengertian Anak Yatim dalam Islam<\/strong><\/h2>\n
Muhammad Seorang Yatim<\/strong><\/h2>\n