Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":5046,"date":"2019-08-14T18:58:00","date_gmt":"2019-08-14T11:58:00","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=5046"},"modified":"2019-08-14T18:58:02","modified_gmt":"2019-08-14T11:58:02","slug":"ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/","title":{"rendered":"Ketika Pekik Sholawat Jadi Isyarat Bubarnya Sebuah Acara"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/strong> – Anda yang praktek dan ritual keagamaannya mengikuti amaliah dalam ahlus sunnah wal jamaah<\/em> NU itu, pastilah tidak asing dengan segudang acara-acara keagamaan semacam tahlilan<\/a><\/strong>, diba’an,<\/em> slametan,<\/em> sholawat-an<\/em> dan sebagainya. Apalagi orang kampung dan orang desa, biasanya acara-acara dan ritual masyarakat macam tadi itu selalu rutin bergilir dilaksanakan di masing-masing rumah warga masyarakat setempat. Sekarang di rumah Si A kemudian minggu depan acaranya di rumah Si B. Begitu seterusnya bergiliran.<\/p>\n\n\n\n

Anggota masyarakat akan berkumpul di\nsuatu tempat untuk membaca bacaan-bacaan tertentu sesuai konteks yang akan dipimpin\noleh seseorang yang dianggap tokoh masyarakat. Tahlil untuk bila ada orang\nmeninggal. Berbagai macam sholawat-an akan dibaca jika ada slametan.<\/em> Baik slametan<\/em>\nkelahiran, kedatangan umroh, resepsi nikah, dan semacamnya. Demikian masyarakat\nNU dikenal dengan kegiatan-kegiatan komunalnya. Kebersamaan, dan gotong royong.<\/p>\n\n\n\n

Dan biasanya, nahdliyyin tidak akan asing dengan kalimat allahumma sholli ‘ala Muhammad<\/em> di akhir acara yang akan diteriakkan oleh salah seorang peserta acara sebelum kemudian semua peserta akan bubar dengan sendirinya. Ya semacam aba-aba untuk para peserta bahwa acaranya sudah selesai dan boleh minggat pulang.<\/p>\n\n\n\n

“Allahumma sholli ‘ala Muhammad,”\nsalah seorang membacanya dengan lantang. Kemudian semua serentak menjawab\ndengan nada menggelegar “Shallallahu ‘alaih …” Lalu semuanya kompak\nmengambil sandal satu per satu, pulang ke rumah masing-masing membawa bingkisan\ndari tuan rumah yang biasa orang-orang sebut sebagai Bherkat<\/em>. Begitu ilustrasi singkatnya.<\/p>\n\n\n\n

Tidak hanya dalam acara-acara dan ritual\nkeagamaan saja, sholawat nabi tersebut kadang dijadikan sebagai aba-aba\nmembubarkan peserta acara di berbagai kegiatan. Sesudah rapat, allahumma sholli ‘ala Muhammad,<\/em> lalu\nBubar. Sehabis makan bareng anggota organisasi, allahumma sholli ‘ala Muhammad,<\/em> kemudian bubar. Beserta acara-acara\nlain yang akan melibatkan orang banyak. Sholawat nabi sudah tak ubahnya kalimat\naba-aba pembubar barisan semisal “bubar jalan” dalam hal\nbaris-berbaris.<\/p>\n\n\n\n

Ya, di balik segudang fungsi dan faedah\nsholawat, orang-orang NU mempunyai cara tersendiri untuk dapat memfungsikan\nkalimat sholawat nabi ini dengan sedikit unik dan fungsional. Hampir sama\nseperti kalimat \u201cAllahu akbar<\/em>\u201d yang\nbiasa dugunakan untuk menggaungkan dan menggemakan audiens dalam sebuah demo\natau acara-acara deklarasi. Namun sholawat nabi mempunyai posisi di akhir acara\nyang fungsinya tidak kalah praktis, yaitu untuk mempersilahkan para peserta\nacara bubar dan pulang ke kediaman masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya tidak semua masyarakat NU sih\nyang baca sholawat nabi untuk membubarkan acara. Beberapa ada yang tidak pakai\naba-aba dan langsung pulang begitu saja. Tapi yang sering saya temui di\nberbagai tempat ya gitu. Akan ada aba-aba berupa sholawat sebelum para peserta\nmemisahkan diri dari acara.<\/p>\n\n\n\n

Bagi orang yang berpikiran sinis\nterhadap kebiasaan masyarakat yang seperti itu, mereka akan mengkritik dan\nberkomentar yang tidak tidak. Seperti salah seorang teman saya yang bilang:\n“Sholawat kok yo dijadikan pembubar ummat, kan mestinya\nmempersatukan” begitu kira-kira redaksinya. Ada juga sebuah guyonan receh\nala-ala Muhammadiyah-an perihal “sholawat pembubar acara” tadi yang\nbegini bunyinya: “Orang-orang NU tuh kok yo takut sama sholawat. Dibacain sholawat\npas selesai acara eh malah kabur” hahaha, ndak lucu ya. Hmmzz.<\/em><\/p>\n\n\n\n

Ok, baik. Banyak sekali amaliah-amaliah NU yang menurut beberapa kelompok tidaklah masuk akal bahkan terkadang lucu. Sebagian bahkan mengatakannya sesat. Seperti ziarah kubur<\/a><\/strong>. Kalau orang-orang non-NU melihatnya mungkin mereka akan bilang ngapain juga berdoa di kuburan, berdoa tuh di masjid ya akhi.<\/em> Demikian pula beberapa acara yang diisi dengan membaca suatu bacaan seperti tahlil dan sacamnya secara bersama-sama. Mungkin ada yang akan bilang: \u201cberani-beraninya orang NU demo sama tuhan.\u201d Begitu juga kebiasaan membaca sholawat untuk memberi aba-aba pembubaran acara juga menuai banyak kritik.<\/p>\n\n\n\n

Plis,<\/em> cuma hal-hal\nsepele kayak gitu tak perlu diprotes dan dikritik segala macam. Masih untung\nmasyarakat mau baca sholawat. Kalo sudah ga mau baca sholawat gara-gara baper\nkamu kritik terus siapa yang salah hayo? Kritik untuk pembacaan sholawat\nsebagai aba-aba pembubar acara ada masuk akalnya juga sih. Masak iya untuk\nmembubarkan ummat pake embel-embel agama, kan mestinya untuk menyatukan. Iya\njuga sih, masuk akal, tapi dikit.<\/p>\n\n\n\n

Begini ya, dalam konteks acara atau\nsebuah kegiatan apapun, bila acara sudah berakhir, tanpa diberi aba-aba pun\norang-orang akan pulang dengan sendirinya, masing-masing akan saling berpisah.\nCuma kan di sana ada banyak orang yang ikut acara, jadi beberapa pasti akan ada\nyang canggung untuk pulang duluan. Takut ada acara tambahan kek, atau mungkin\nada bingkisan tambahan, kan eman. Jadi biar semakin memperjelas bahwa acara\nsudah benar-benar selesai dan tidak akan ada rangkaian acara lagi maka\ndiperlukanlah aba-aba pembubar. Mosok yo moro-moro<\/em>\nminggat gitu aja, kan yo kurang pantes.<\/em><\/p>\n\n\n\n

Aba-abanya pake apa? Masak pake\n“bubar jalan”? Masak mau nyanyi lagu Gelang Sepatu Gelang kayak anak\nTK? Kan yo ndak pantes juga. Biar lebih islami dan ala-ala syar’i, maka\naba-abanya peke sholawat nabi aja. Pake sholawatnya ga usah panjang-panjang,\ncukup allahumma sholli ‘ala Muhammad.<\/em>\nKarena ada hadis yang bilang ketika nama nabi Muhammad disebut maka yang dengar\njuga harus baca sholawat. Ga ada salahnya dong kalo yang hadir di acara secara\nserempak juga akan menjawab dengan sholawat. Allahumma sholli ‘ala Muhammad, shallahu ‘alaiah.<\/em> Begitu saudara.<\/p>\n\n\n\n

Jadi bukan maksud untuk membubarkan\nummat. Acara kalo dah selesai ya sudah sewajarnya peserta akan bubar dan balik\nke rumah masing-masing. Masak mau nginep di tuan rumah? Ga perlu lah sinis yang\nmacem-macem. Menutup acara dengan sholawat nabi itu namanya husnul khotimah<\/em>, bukan? Kalo di awal\nacara dibuka dengan Al-Fatihah maka belakangnya harus ditutup dengan yang\nbaik-baik juga, salah satu caranya ya dengan memberi aba-aba berupa sholawat\nnabi.<\/p>\n\n\n\n

Iya memang fungsinya untuk membubarkan,\ntapi kan bukan dalam arti bermusuhan kok. Toh nanti masyarakat akan kembali\nberkumpul bersama lagi dalam acara rutinan yang sama minggu depan. Jadi tak\nperlu risau. Anggap saja sholawat sehabis acara itu pertanda bahwa peserta\nsudah boleh pulang, wes simple aja. Hitung-hitung acaranya biar berkah, kan?<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Anda yang praktek dan ritual keagamaannya mengikuti amaliah dalam ahlus sunnah wal jamaah NU itu, pastilah tidak asing dengan segudang acara-acara keagamaan semacam tahlilan, diba’an, slametan, sholawat-an dan sebagainya. Apalagi orang kampung dan orang desa, biasanya acara-acara dan ritual masyarakat macam tadi itu selalu rutin bergilir dilaksanakan di masing-masing rumah warga masyarakat setempat. […]<\/p>\n","protected":false},"author":27,"featured_media":5107,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[8],"tags":[1422,2933,2932],"yoast_head":"\nKetika Pekik Sholawat Jadi Isyarat Bubarnya Sebuah Acara - Pecihitam.org<\/title>\n<meta name=\"description\" content=\"Tidak hanya dalam acara-acara dan ritual keagamaan saja, sholawat nabi tersebut kadang dijadikan sebagai aba-aba membubarkan peserta di berbagai acara\" \/>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"en_US\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Ketika Pekik Sholawat Jadi Isyarat Bubarnya Sebuah Acara - Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"Tidak hanya dalam acara-acara dan ritual keagamaan saja, sholawat nabi tersebut kadang dijadikan sebagai aba-aba membubarkan peserta di berbagai acara\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"article:publisher\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2019-08-14T11:58:00+00:00\" \/>\n<meta property=\"article:modified_time\" content=\"2019-08-14T11:58:02+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/08\/sholawat-pembubar-acara.jpg\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"1024\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"576\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/jpeg\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"M. Fakhruddin Al-Razi\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Written by\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"M. Fakhruddin Al-Razi\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Est. reading time\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"5 minutes\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"Article\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/#article\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/\"},\"author\":{\"name\":\"M. Fakhruddin Al-Razi\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/1aaa9586c18edf524b9bf70e3486f6d0\"},\"headline\":\"Ketika Pekik Sholawat Jadi Isyarat Bubarnya Sebuah Acara\",\"datePublished\":\"2019-08-14T11:58:00+00:00\",\"dateModified\":\"2019-08-14T11:58:02+00:00\",\"mainEntityOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/\"},\"wordCount\":919,\"commentCount\":0,\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/08\/sholawat-pembubar-acara.jpg\",\"keywords\":[\"sholawat\",\"sholawat pembubar acara\",\"tradisi bubar barisan di nu\"],\"articleSection\":[\"Opini\"],\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"CommentAction\",\"name\":\"Comment\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/#respond\"]}]},{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/\",\"name\":\"Ketika Pekik Sholawat Jadi Isyarat Bubarnya Sebuah Acara - Pecihitam.org\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/08\/sholawat-pembubar-acara.jpg\",\"datePublished\":\"2019-08-14T11:58:00+00:00\",\"dateModified\":\"2019-08-14T11:58:02+00:00\",\"description\":\"Tidak hanya dalam acara-acara dan ritual keagamaan saja, sholawat nabi tersebut kadang dijadikan sebagai aba-aba membubarkan peserta di berbagai acara\",\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/08\/sholawat-pembubar-acara.jpg\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/08\/sholawat-pembubar-acara.jpg\",\"width\":1024,\"height\":576,\"caption\":\"sholawat pembubar acara\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Ketika Pekik Sholawat Jadi Isyarat Bubarnya Sebuah Acara\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"description\":\"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah\",\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":\"required name=search_term_string\"}],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"Organization\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"logo\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"width\":2401,\"height\":2401,\"caption\":\"Pecihitam.org\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\"},\"sameAs\":[\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ\"]},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/1aaa9586c18edf524b9bf70e3486f6d0\",\"name\":\"M. Fakhruddin Al-Razi\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/9febcbf50ccec2a0f9528ac3d4a92579?s=96&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/9febcbf50ccec2a0f9528ac3d4a92579?s=96&r=g\",\"caption\":\"M. Fakhruddin Al-Razi\"},\"description\":\"Calon S1 Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang | Alumni PP. Nurul Jadid Paiton Probolinggo\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/author\/fakhruddinrazi\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Ketika Pekik Sholawat Jadi Isyarat Bubarnya Sebuah Acara - Pecihitam.org","description":"Tidak hanya dalam acara-acara dan ritual keagamaan saja, sholawat nabi tersebut kadang dijadikan sebagai aba-aba membubarkan peserta di berbagai acara","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/","og_locale":"en_US","og_type":"article","og_title":"Ketika Pekik Sholawat Jadi Isyarat Bubarnya Sebuah Acara - Pecihitam.org","og_description":"Tidak hanya dalam acara-acara dan ritual keagamaan saja, sholawat nabi tersebut kadang dijadikan sebagai aba-aba membubarkan peserta di berbagai acara","og_url":"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/","og_site_name":"Pecihitam.org","article_publisher":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_published_time":"2019-08-14T11:58:00+00:00","article_modified_time":"2019-08-14T11:58:02+00:00","og_image":[{"width":1024,"height":576,"url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/08\/sholawat-pembubar-acara.jpg","type":"image\/jpeg"}],"author":"M. Fakhruddin Al-Razi","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Written by":"M. Fakhruddin Al-Razi","Est. reading time":"5 minutes"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"Article","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/#article","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/"},"author":{"name":"M. Fakhruddin Al-Razi","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/1aaa9586c18edf524b9bf70e3486f6d0"},"headline":"Ketika Pekik Sholawat Jadi Isyarat Bubarnya Sebuah Acara","datePublished":"2019-08-14T11:58:00+00:00","dateModified":"2019-08-14T11:58:02+00:00","mainEntityOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/"},"wordCount":919,"commentCount":0,"publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/08\/sholawat-pembubar-acara.jpg","keywords":["sholawat","sholawat pembubar acara","tradisi bubar barisan di nu"],"articleSection":["Opini"],"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"CommentAction","name":"Comment","target":["https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/#respond"]}]},{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/","name":"Ketika Pekik Sholawat Jadi Isyarat Bubarnya Sebuah Acara - Pecihitam.org","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/08\/sholawat-pembubar-acara.jpg","datePublished":"2019-08-14T11:58:00+00:00","dateModified":"2019-08-14T11:58:02+00:00","description":"Tidak hanya dalam acara-acara dan ritual keagamaan saja, sholawat nabi tersebut kadang dijadikan sebagai aba-aba membubarkan peserta di berbagai acara","breadcrumb":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/#breadcrumb"},"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/#primaryimage","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/08\/sholawat-pembubar-acara.jpg","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/08\/sholawat-pembubar-acara.jpg","width":1024,"height":576,"caption":"sholawat pembubar acara"},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/ketika-pekik-sholawat-jadi-isyarat-bubarnya-sebuah-acara\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/pecihitam.org\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Ketika Pekik Sholawat Jadi Isyarat Bubarnya Sebuah Acara"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","name":"Pecihitam.org","description":"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah","publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}"},"query-input":"required name=search_term_string"}],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"Organization","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization","name":"Pecihitam.org","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","logo":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","width":2401,"height":2401,"caption":"Pecihitam.org"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/"},"sameAs":["https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ"]},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/1aaa9586c18edf524b9bf70e3486f6d0","name":"M. Fakhruddin Al-Razi","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/9febcbf50ccec2a0f9528ac3d4a92579?s=96&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/9febcbf50ccec2a0f9528ac3d4a92579?s=96&r=g","caption":"M. Fakhruddin Al-Razi"},"description":"Calon S1 Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang | Alumni PP. Nurul Jadid Paiton Probolinggo","url":"https:\/\/pecihitam.org\/author\/fakhruddinrazi\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/5046"}],"collection":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/27"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=5046"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/5046\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/5107"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=5046"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=5046"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=5046"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}