Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":51368,"date":"2020-04-22T21:05:19","date_gmt":"2020-04-22T14:05:19","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=51368"},"modified":"2020-04-22T21:05:19","modified_gmt":"2020-04-22T14:05:19","slug":"kh-hasyim-asyari","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pecihitam.org\/kh-hasyim-asyari\/","title":{"rendered":"Sejarah Lengkap Perjalanan Hidup KH Hasyim Asyari"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/a><\/strong> \u2013 KH Hasyim Asyari adalah salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia, pendiri ormas Islam terbesar di Dunia yaitu Nahdlatul Ulama dan pendiri pondok pesantren Tebuireng Jombang. Di kalangan para ulama pesantren dan Nahdliyin KH Hasyim Asyari dijuluki dengan sebutan Hadratus Syaikh yang berarti maha guru.<\/p>\n\n\n\n

Kelahiran dan Nasab<\/strong><\/h2>\n\n\n\n

KH Hasyim Asyari lahir dari pasangan Kyai Asy\u2019ari dan Nyai Halimah di Gedang, sebuah dusun kecil di utara kota Jombang, tepatnya pada tanggal 24 Dzulqa\u2019dah 1287 Hijriah atau 14 Februari 1871 Masehi. Mbah Hasyim adalah putera ketiga dari sebelas bersaudara yaitu: Nafi\u2019ah, Ahmad Shalih, Muhammad Hasyim, Radhiyyah, Hasan, Anis, Fathonah, Maimunah, Ma\u2019shum, Nawawi dan Adnan.<\/p>\n\n\n\n

Nama lengkapnya adalah KH Muhammad Hasyim bin Asyari bin \u2018Abdul Wahid bin \u2018Abdul Halim (Pangeran Benawa) bin \u2018Abdurrahman (Joko Tingkir atau Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya) bin \u2018Abdullah bin \u2018Abdul Aziz bin \u2018Abdul Fattah bin Maulana Ishaq bin Raden Ainul Yaqin (Sunan Giri). Ini adalah nasab dari jalur ayah.<\/p>\n\n\n\n

Adapun garis keturunan KH Hasyim Asyari dari ibu masih keturunan langsung dari Prabu Brawijaya VI, yang berlatar belakang bangsawan Jawa. Nasabnya yaitu Muhammad Hasyim binti Halimah binti Layyinah binti Sihah bin Abdul Jabbar bin Ahmad bin Pangeran Sambo bin Pangeran Benawa bin Jaka Tingkir atau juga dikenal dengan nama Mas Karebet bin Lembu Peteng (Prabu Brawijaya VI) <\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan dari dua silsilah diatas, KH Hasyim Asyari mewakili dua trah sekaligus, yaitu bangawan jawa dan elit agama (Islam). Dari jalur ayah, bertemu langsung dengan bangsawan muslim Jawa (Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir) dan sekaligus elit agama Jawa (Sunan Giri). <\/p>\n\n\n\n

Sedangkan dari jalur ibu, masih keturunan langsung dari Raja Brawijaya VI yang latar belakangnya bangsawan Hindu Jawa. Kombinasi kedua genetik inilah yang kelak menjadi modal bagi Mbah Hasyim untuk menjadi salah satu pemimpin besar di Indonesia.<\/p>\n\n\n\n

Perjalanan Hidup<\/strong> KH Hasyim Asyari<\/h2>\n\n\n\n

Pendidikan Awal<\/strong><\/h3>\n\n\n\n

Hasyim muda merupakan sosok yang tak pernah menyerah dalam menimba ilmu. Lima tahun beliau berada dalam pendidikan dan lingkungan kakeknya di Pesantren Gedang. Dilanjutkan dengan 10 tahun dalam pola pendidikan ayahnya di Pesantren Keras Jombang. <\/p>\n\n\n\n

Setelah dirasa punya dasar ilmu yang cukup, sekitar umur 15 tahun Hasyim muda memberanikan diri pamit kepada orang tuanya untuk mencari ilmu di Pesantren Wonorejo Jombang Pesantren Wonokoyo Probolinggo dan Pesantren Lagitan Tuban. Kemudian melanjutkan ke Pesantren Tenggilis di Surabaya, Pesantren Kademangan Bangkalan di Pulau Madura pesantrennya Mbah Kholil dan Pesantren Siwalan Panji ,di Sidoarjo.<\/p>\n\n\n\n

Keluarga KH Hasyim<\/strong> Asyari<\/h3>\n\n\n\n

Mbah Hasyim pernah menikah dengan empat perempuan, yaitu Nyai Nafishah binti Kyai Ya\u2019qub dari Siwalan Panji Sidoarjo, Khadijah binti Kyai Romli dari Kemuring Kediri, Nyai Nafiqah binti Kyai Ilyas dari Sewulan Madiun dan Nyai Masrurah dari Kapurejo Kediri.<\/p>\n\n\n\n

Kiai Hasyim Menikah dengan isteri pertama pada usia 21 tahun. Pernikahan itu dilangsungkan pada tahun 1892 M\/1308 H. Setelah itu, Kiai Hasyim bersama istri dan mertuanya berangkat ke Mekkah guna menunaikan ibadah haji. <\/p>\n\n\n\n

Bersama sang istri, Kiai Hasyim kemudian melanjutkan tinggal di Makkah untuk menuntut ilmu. Tujuh bulan kemudian, Nafisah meninggal dunia setelah melahirkan seorang putra bernama Abdullah<\/p>\n\n\n\n

Setelah lama menduda, KH Hasyim Asyari menikah lagi dengan Khadijah putri Kiai Romli dari desa Karangkates (Kediri. Pernikahannya dilakukan sekembalinya dari Makkah pada tahun 1899 M\/1325 H. Pernikahannya dengan istri kedua juga tidak bertahan lama, karena dua tahun kemudian (1901), Khadijah meninggal.<\/p>\n\n\n\n

Untuk ketiga kalinya, KH Hasyim Asyari menikah lagi dengan perempuan nama Nafiqah, anak Kiai Ilyas, pengasuh Pesantren Sewulan Madiun. Dan mendapatkan sepuluh orang anak, yaitu: Hannah, Khoiriyah, Aisyah, Azzah, Abdul Wahid, Abdul Hakim, Abdul Karim, Ubaidillah, Mashurah, dan Muhammad Yusuf. Perkawinan ketiga ini juga berhenti di tengah jalan, karena Nafiqah meninggal dunia pada tahun 1920 M.<\/p>\n\n\n\n

Sepeninggal Nafiqah, KH Hasyim Asyari memutuskan menikah lagi untuk terakhir kalinya yaitu dengan Masrurah, putri Kiai Hasan yang juga pengasuh Pesantren Kapurejo, pagu (Kediri). Dari perkawinan keempatnya ini, KH Hasyim Asyari memiliki empat orang anak: Abdul Qadir, Fatimah, Khadijah dan Muhammad Ya\u2019qub.<\/p>\n\n\n\n

Belajar Ke Timur Tengah<\/strong><\/h3>\n\n\n\n

Setelah pernikahan yang pertama, satu tahun berikutnya Mbah Hasyim bersama isteri dan mertuanya berangkat ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji dan menimba ilmu disana selama tujuh tahun.<\/p>\n\n\n\n

Guru KH Hasyim Asyari di Mekkah<\/strong><\/h4>\n\n\n\n

Di antara guru Hadratussyaikh KH Hasyim Asy\u2019ari di Arab Saudi adalah:<\/p>\n\n\n\n

  1. Syaikh Mahfudz al-Tarmasi<\/strong><\/a><\/li>
  2. Syaikh Ahmad Khatib al-Minankabawi<\/li>
  3. Syaikh Nawawi al-Bantani<\/li>
  4. Syaikh Ahmad Amin al-Aththar<\/li>
  5. Sayyid Sulthan bin Hasyim<\/li>
  6. Sayyid Ahmad Nawawi<\/li>
  7. Syaikh Ibrahim \u2018Arb<\/li>
  8. Sayyid Ahmad bin Hasan al-Aththasy<\/li>
  9. Syaikh Sa\u2019id al-Yamani<\/li>
  10. Sayyid Abu Bakar Syatha\u2019 al-Dimyati<\/li>
  11. Syaikh Rahmatullah<\/li>
  12. Sayyid \u2018Alwi bin Ahmad al-Saqaf<\/li>
  13. Sayyid \u2018Abbas Maliki<\/li>
  14. Sayyid \u2018Abdullah al-Zawawi<\/li>
  15. Syaikh Shalih Bafadhal<\/li>
  16. Syaikh Syu\u2019aib bin Abdurrahman<\/li>
  17. Syaikh Sulthan Hasyim Daghastani dan<\/li>
  18. Sayyid Husain al-Habsyi yang saat itu menjadi mufti di Mekkah.<\/li><\/ol>\n\n\n\n

    Murid-muridnya di Mekkah<\/h4>\n\n\n\n

    Melihat prestasi belajar Mbah Hasyim yang menonjol, membuatnya kemudian juga memperoleh kepercayaan untuk mengajar di Masjidil Haram. Beberapa ulama terkenal dari berbagai negara pernah belajar kepadanya seperti:<\/p>\n\n\n\n