Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Nama lengkap Imam Syafi’i Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi\u2019i al-Muththalibi al-Qurasyi. Nama Syafi\u2019i diambilkan dari nama kakeknya, Syafi\u2019i dan Qusayy bin Kilab adalah juga kakek Nabi Muhammad SAW. Pada Abdul Manaf nasab Asy-Syafii bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. <\/p>\n\n\n\n Imam Syafi’i lahir di Palestine<\/a><\/strong> tahun 150 H, di sebuah perkampung orang-orang Yaman. Beliau wafat pada usia 55 tahun (tahun 205 H), yaitu hari kamis malam jum\u2019at setelah shalat maghrib, pada bulan Rajab, bersamaan dengan tanggal 28 juni 819 H di Mesir.<\/p>\n\n\n\n Dari segi urutan masa, Imam Syafi\u2019i merupakan Imam ketiga dari empat orang Imam yang masyhur. Tetapi keluasan dan jauhnya jangkauan pemikirannya dalam menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan ilmu dan hukum fiqih menempatkannya menjadi pemersatu semua imam.<\/p>\n\n\n\n Idris bin Abbas menyertai istrinya dalam sebuah perjalanan yang cukup jauh, yaitu menuju kampung Gaza Palestina di mana saat itu umat Islam sedang berperang membela negerinya di kota Asqalan. Pada saat itu Fatimah al-Azdiyyah sedang mengandung, Idris bin Abbas gembira dengan hal ini, lalu ia berkata,<\/p>\n\n\n\n \u201cJika engkau melahirkan seorang putra, maka akan kunamakan Muhammad, dan akan aku panggil dengan nama salah seorang kakeknya yaitu Syafi\u2019i bin Asy-Syaib.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n Akhirnya Fatimah melahirkan di Gaza dan terbuktilah apa yang dicita-citakan ayahnya. Anak itu dinamakan Muhammad, dan dipanggil dengan nama \u201cAsy-Syafi\u2019i\u201d.<\/p>\n\n\n\n Imam Syafii menjadi yatim, ayahnya meninggal saat ia masih sangat kecil kemudian ibunya membawanya ke Mekkah. Di Mekkah Imam Syafi\u2019i dan ibunya hidup dalam keadaan miskin dan kekurangan. Namun si anak mempunyai cita-cita tinggi untuk menuntut ilmu, dan si ibu juga bercita-cita agar anaknya menjadi orang yang berpengetahuan, terutama pengetahuan agama islam. Oleh karena itu si ibu berjanji akan berusaha sekuat tenaga untuk membiayai anaknya selama menuntut ilmu.<\/p>\n\n\n\n Idris, ayah Imam Syafii merupakan keturunan dari Al-Muthalib, jadi dia termasuk ke dalam Bani Muthalib. Nasabnya adalah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi\u2019 bin As-Sa\u2019ib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Al-Mutthalib bin Abdulmanaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka\u2019ab bin Lu\u2019ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma\u2019ad bin Adnan. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah SAW di Abdul Manaf.<\/p>\n\n\n\n Dari nasab tersebut, Al-Mutthalib bin Abdul Manaf, kakek Muhammad bin Idris Asy- Syafii adalah saudara kandung Hasyim bin Abdi Manaf kakek Nabi Muhammad SAW. Kemudian juga saudara kandung Abdul Mutthalib bin Hasyim kakek nabi Muhammad SAW bernama Syifa dinikahi oleh Ubaid bin Abdi Yazid. <\/p>\n\n\n\n Sehingga melahirkan anak bernama As-Sa\u2019ib ayahnya Syafii. Kepada Syafii bin As-Sa\u2019ib ra inilah bayi yatim tersebut dinisbahkan nasabnya sehingga terkenal dengan nama Muhammad bin Idris Asy-Syafii Al-Muthallib. Dengan demikian nasab yatim ini sangat dekat dengan Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam.<\/p>\n\n\n\n Bahkan karena Hasyim bin Abdi Manaf, yang kemudian melahirkan Bani Hasyim, adalah saudara kandung dengan Mutthalib bin Abdi manaf, yang melahirkan Bani Mutthalib, maka Rasulullah bersabda:<\/p>\n\n\n\n \u201cHanyalah kami (yakni Bani Hasyim) dengan mereka (yakni Bani Mutthalib) berasal dari satu nasab. Sambil beliau menyilang-nyilangkan jari jemari kedua tangannya. \u201d<\/p>\n\n\n\n Dalam banyak literatur biografi Imam Syafii tertulis, beliau adalah seorang yang tekun dalam menuntut ilmu, dengan ketekunannya itulah dalam usia yang sangat muda yaitu 9 tahun ia sudah mampu menghafal al-Qur\u2019an, di samping itu ia juga hafal sejumlah hadits. <\/p>\n\n\n\n Diriwayatkan bahwa karena kemiskinannya, Imam Syafi\u2019i hampir tidak dapat menyiapkan seluruh peralatan belajar yang diperlukan, sehingga beliau terpaksa mencari-cari kertas yang tidak terpakai atau telah dibuang, tetapi masih dapat digunakan untuk menulis.<\/p>\n\n\n\n Setelah selesai mempelajari Al-qur\u2019an dan hadits, Imam Syafi\u2019i melengkapi ilmunya dengan mendalami bahasa dan sastra Arab. Untuk itu ia pergi ke pedesaan dan bergabung dengan Bani Huzail, suku bangsa Arab yang paling fasih bahasanya. <\/p>\n\n\n\n Dari suku inilah, Imam Syafi\u2019i mempelajari bahasa dan syair-syair Arab sehingga ia benar-benar menguasainya dengan baik. Pada awalnya Syafi\u2019i lebih cenderung pada syair, sastra dan belajar bahasa Arab sehari-hari. <\/p>\n\n\n\n Tapi dengan demikian justru Allah menyiapkannya untuk menekuni fiqih dan ilmu pengetahuan. Disini ditemukan beberapa riwayat yang membicarakan tentang beberapa sebab yang menjadikan Syafi\u2019i seperti itu.<\/p>\n\n\n\n Suatu hari dimasa mudanya ketika ia berada di atas kendaraan. Dibelakangnya terdapat sekretaris Abdullah az-Zubairi. Imam Syafi\u2019i lalu membuat perumpamaan dengan sebuah syair. <\/p>\n\n\n\n Maka sang sekretaris itu memukulkan cambuknya layaknya seorang pemberi nasehat dan berkata, \u201corang seperti anda mencampakkann kepribadiannya seperti ini? , bagaimana perhatian Anda terhadap fiqih ?\u201d, Hal ini mempengaruhi dirinya dan membangkitkan semangatnya untuk bergegas belajar kepada Muslim bin Khalid az-Zanji, Mufti Mekkah.<\/p>\n\n\n\n Sesampainya di Mekkah ketika Imam Syafii ditanya Muslim bin Khalid az-Zanji, \u201c Darimana Anda?\u201d Syafi\u2019i menjawab, \u201c Saya dari Mekkah.\u201d Muslim berkata, \u201c Dimana rumahmu?\u201d., “Di Syaib Al-Khaif.\u201d \u201c jawab Syafi\u2019i.<\/p>\n\n\n\n Dari suku mana Anda?\u201d. \u201c Dari Abu Manaf.\u201d Jawab Syafi\u2019i. Kemudian Muslim berkata, \u201c Hebat! Sungguh Allah telah memuliakan Anda di dunia dan Akhirat. Sebaiknya kepandaianmu anda curahkan kepada ilmu fiqih. Itu lebih baik bagimu.\u201d<\/p>\n\n\n\n Mush\u2019ab bin Abdullah bin Az-Zubair pernah bertemu dengan Syafi\u2019i ketika sedang giat-giatnya mempelajari syair dan nahwu. Mush\u2019ab berkata kepadanya, \u201c Sampai kapan ini? Jika Anda mau mendalami hadits dan fiqih niscaya akan lebih baik bagimu. <\/p>\n\n\n\n Kemudian Mush\u2019ab dan Syafi\u2019i menghadap Malik bin Anas dan menitipkan Syafi\u2019i kepadanya. Sehingga tidak sedikit pun ilmu yang ia tinggalkan dari Malik bin Anas dan tidak sedikitpun ilmu yang ia lepaskan dari para syaikh di Madinah.<\/p>\n\n\n\n Sesungguhnya Allah telah mempersiapkan Syafi\u2019i menjadi seseorang yang mengenalkan nilai-nilai fiqih dan itu lebih penting daripada bahasa dan sastra. Syafi\u2019i menuntut ilmu di Makkah dan mahir disana. <\/p>\n\n\n\n Ketika Muslim bin Khalid az-Zanji memberikan peluang untuk berfatwa, Syafi\u2019i merasa belum puas atas jerih payahnya selama ini. Ia terus menuntut ilmu hingga akhirnya pindah ke Madinah dan bertemu dengan Imam Malik.<\/p>\n\n\n\n Sebelumnya ia telah mempersiapkan diri membaca kitab Al-Muwaththa\u2019 (karya Imam Malik) yang sebagian besar telah dihafalnya. Ketika Imam Malik bertemu dengan <\/mark>Syafi\u2019i,Imam Malik berkata, \u201c Sesungguhnya Allah SWT telah menaruh cahaya dalam hatimu, maka jangan padamkan dengan perbuatan maksiat.\u201d Mulailah Syafi\u2019i belajar dari Imam Malik dan senantiasa bersamanya hingga Imam Malik wafat pada tahun 179 H.<\/p>\n\n\n\n Wafatnya Imam Malik berpengaruh besar terhadap kehidupan Imam Syafi\u2019i. Semula ia tidak pernah memikirkan keperluan-keperluan penghidupannya, tetapi setelah kematian gurunya, hal itu menjadi beban pikiran yang tidak dapat diatasinya.<\/p>\n\n\n\n Imam Syafii belajar fiqih pada Muslim bin Khalid dan mempelajari hadits pada Sofyan bin Unaiyah guru hadits di Mekkah dan pada Malik bin Anas di Madinah. Pada masa itu pemerintahan berada di tangan Harun ar-Rasyid dan pertarungan sedang menghebat antara keluarga Abbas dan keluarga Ali. Pada waktu itu pula Imam Syafi\u2019i dituduh memihak kepada keluarga Ali, dan ketika pemuka-pemuka syi\u2019ah di giring bersama-sama.<\/p>\n\n\n\n Tapi karena rahmat Allah beliau tidak menjadi korban pada waktu itu. Kemudian atas bantuan al-Fadlel ibn Rabie, yang pada waktu itu menjabat sebagai perdana menteri ar-Rasyid, ternyata bahwa beliau besih dari tuduhan itu.<\/p>\n\n\n\n Dalam suasana inilah Imam Syafi\u2019i bergaul dengan Muhammad Hasan dan memperhatikan kitab-kitab ulama\u2019 Irak. Setelah itu Imam Syafi\u2019i kembali ke Hijaz dan menetap di Mekkah.<\/p>\n\n\n\n Pada tahun 195 H Imam Syafi\u2019i kembali ke Irak sesudah Khalifah Harun Al-Rasyid meninggal dunia dan Abdullah ibn al-Amin menjadi khalifah. Pada mulanya beliau pengikut Maliki, akan tetapi setelah beliau banyak melawat ke berbagai kota dan memperoleh pengalaman baru, beliau mempunyai aliran tersendiri yaitu mazhab \u201c qadimnya \u201d sewaktu beliau di Irak, dan mazhab \u201c jadidnya \u201c sewaktu beliau sudah di Mesir.<\/p>\n\n\n\n Kepandaian Imam Syafii dapat kita ketahui melalui beberapa riwayat dan buku biografi Imam Syafii yang secara ringkas sebagai berikut:<\/p>\n\n\n\n Imam Syafi\u2019i sejak masih kecil adalah seorang yang memang mempunyai sifat “pecinta ilmu pengetahuan”. Maka sebab itu bagaimanapun keadaannya, tidak segan dan tidak jenuh dalam menuntut ilmu pengetahuan kepada orang-orang yang dipandangnya mempunyai pengetahuan dan keahlian tentang ilmu. <\/p>\n\n\n\n Diantara Guru-Guru utama yang membina kepada Imam Syafi\u2019i antara lain<\/p>\n\n\n\n Ketika berada di Makkah :<\/strong><\/p>\n\n\n\n Ketika berada di Madinah :<\/strong><\/p>\n\n\n\n Ketika berada di Irak :<\/strong><\/p>\n\n\n\n Ketika berada di Yaman :<\/strong><\/p>\n\n\n\n Berikut adalah nama-nama murid Imam Syafi\u2019i:<\/p>\n\n\n\n Murid-muridnya yang keluaran Irak:<\/strong><\/p>\n\n\n\n Murid-muridnya yang keluaran Mesir:<\/strong><\/p>\n\n\n\n Para murid Imam Syafi\u2019i dari kalangan perempuan tercatat antara lain saudara perempuan Al-Muzani. Mereka adalah para cendikiawan besar dalam bidang pemikiran Islam dengan sejumlah besar bukunya, baik dalam fiqih maupun lainnya.<\/p>\n\n\n\n Di antara para muridnya yang termasyhur sekali adalah Ahmad bin Hanbal, ia pernah ditanya tentang Imam Syafi\u2019i, dan ia berkata,<\/p>\n\n\n\n “Allah Ta\u2019ala telah memberi kesenangan dan kemudahan kepada kami melalui Imam Syafi\u2019i. Kami telah mempelajari pendapat para kaum dan kami telah menyalin kitab-kitab mereka, tetapi apabila Imam Syafi\u2019i datang kami belajar kepadanya, kami dapati bahwa Imam Syafi\u2019i lebih alim dari orang-orang lain. Kami senantiasa mengikuti Imam Syafi\u2019i malam dan siang. Apa yang kami dapati darinya adalah kebaikan, mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat-Nya atas beliau.”<\/em><\/p>\n\n\n\n Jika kita lihat dalam sejarah peradaban Islam yang muncul sejak masa Khilafah Islam \u2018Abbasiyah (750M-1258M\/132H-656H) sampai runtuhnya Khilafah Turki Utsmaniyah bahkan sampai sekarang ini masyarakat Muslim dunia mayoritas memakai rujukan Fiqih Madzhab Imam Syafi\u2019i, seperti: Indonesia jumlah penduduk \u00b1 270 Juta jiwa, mayoritas Muslimnya bermadzab Imam Syafi\u2019i. <\/p>\n\n\n\n Madzhab <\/mark>Syafi\u2019i berkembang di 22 negara-negara Arab (kawasan Teluk Asia, dan Afrika). Begitu juga tidak sedikit menyebar dikawasan Eropa, benua Amerika, negara-negara pecahan Rusia, Rusia, dll.<\/p>\n\n\n\n Universitas Islam tertua di dunia Al Azhar As-Syarief Kairo Mesir sampai sekarang ini mahasiswanya yang didominasi pelajar-pelajar seluruh dunia mayoritas dari segi Fiqih mereka bermadzhab Imam Syafi\u2019i.<\/p>\n\n\n\n Syeikh (Masyaikh) tertinggi Al Azhar adalah didominasi oleh Imam bermadzhab Imam Syafi\u2019I dari sejak runtuhnya Khilafah Fathimiyah (Syi\u2019ah Ismailiyah) di Mesir oleh Shalahuddin Alayyubi (1171M-1250M\/567H-648H).<\/p>\n\n\n\n Shalahuddin Alayyubi (Daulah Ayyubiyah) menjadikan madzhab Syafi\u2019i sebagai madzhab resmi negara ketika beliau berkuasa. Untuk mengenal dasar kelebihan madzhab Imam Syafi\u2019i dapat di baca dalam kitab berbahasa Arab yang disusun oleh As-Syeikh Muhammad Nuruddin Marbu Al-Banjari Al-Makki (Ulama asal Indonesia) dengan judul \u201cAsma\u2019 Al Kutub Al Fiqhiyah Lisadatina Al-Aimmah As-Syafi\u2019iyah.\u201d <\/p>\n\n\n\n Terdapat lebih dari 750 ulama-ulama besar bermadzhab Syafi\u2019i yang pemikiran dan karya-karyanya sampai saat ini sudah lebih dari 500 tahun lamanya menjadi rujukan umat Islam dunia. Diantaranya:<\/p>\n\n\n\n Dasar mazhab Imam Syafi\u2019I adalah: Al Quran, Sunnah, Ijma\u2019 dan Qiyas. Beliau mewariskan kepada generasi berikutnya sebagaimana yang diwariskan oleh para nabi, yakni ilmu yang bermanfaat. Ilmunya banyak diriwayatkan oleh para murid- muridnya dan tersimpan rapi dalam berbagai disiplin ilmu. <\/p>\n\n\n\n Bahkan beliau pelopor dalam menulis di bidang ilmu Ushul Fiqih, dengan karyanya yang monumental Kitab ar-Risalah<\/strong><\/a>. Dan dalam bidang fiqih, beliau menulis kitab Al-Umm<\/strong><\/a> yang dikenal oleh banyak alim ulama.<\/p>\n\n\n\n Kitab-kitab karangan Imam Syafi\u2019i di bidang fiqih terdiri dari dua kategori: <\/p>\n\n\n\n Pertama,<\/strong> kitab yang memuat qaul qadim. Untuk kitab ini yang mendokumentasikan tidak banyak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh al-Kurdi, hanya ada satu buah kitab saja yang terkenal dengan judul \u201c al-Hujjah\u201d.<\/p>\n\n\n\n Kedua,<\/strong> kitab yang memuat qaul jadid. Adapun untuk qaul jadid Imam Syafi\u2019i banyak diabadikan pada empat karya besarnya : al-Umm, al-Buwaiti, al-Imla\u2019, dan Mukhtashar al Muzani<\/strong><\/a>. Empat kitab ini merupakan kitab induk yang memuat Nas dan kaidah-kaidah pokok Imam Syafi\u2019i yang disajikan sebagai pedoman di dalam memahami, mengkaji, dan mengembangkan mazhab.<\/p>\n\n\n\n Berangkat dari kecintaan dan pemahaman yang mendalam dari mazhab Syafi\u2019i untuk ikut mengabdi dan melestarikan mazhab ini, kemudian mulailah digali manhaj ( metode ) pengolahan mazhab yang praktis agar mudah dikomunikasi oleh kalangan luas. <\/p>\n\n\n\n Imam Al-Haramain al Juwaini termasuk diantara ulama\u2019 yang mengawali langkah ini dengan meresume dan mengomentari kitab-kitab induk Asy-Syafi\u2019i. Beliau memberi kesimpulankesimpulan pokok dan gambaran lebih konkrit terhadap nas-nas Asy-Syafi\u2019i.<\/p>\n\n\n\nKelahiran Imam Syafi’i<\/strong><\/h2>\n\n\n\n
Nasab Imam Syafi’i<\/strong><\/h2>\n\n\n\n
Masa Belajar Imam Syafii<\/strong><\/h2>\n\n\n\n
Kepandaian Imam Syafi\u2019i<\/strong><\/h2>\n\n\n\n
Guru-guru Imam Syafi\u2019i<\/strong><\/h2>\n\n\n\n
Murid-murid Imam Syafi\u2019i<\/strong><\/h2>\n\n\n\n
Madzhab Fiqih Imam Syafi\u2019i<\/strong><\/h2>\n\n\n\n
Kitab<\/strong> K<\/strong>arya Imam Syafi\u2019i<\/strong><\/h2>\n\n\n\n