Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Perihal slogan hubbul wathon minal iman<\/em> atau nasionalisme, dewasa ini menjadi perdebatan yang cukup hangat di kalangan umat Islam. Bahkan, perdebatan yang terjadi kemudian menimbulkan konflik yang sebenarnya justru jauh dari apa yang menjadi substansi hubbul wathon minal iman<\/em> itu sendiri.<\/p>\n\n\n\n Sebagian ada yang menganggap bahwa hubbul wathon minal iman<\/em> merupakan sebuah hadis Rasulullah Saw. Kalimat ini dianggap hadis karena secara redaksi mirip dengan redaksi beberapa hadis lain. Semisal hadis an-Nadhafatu minal iman<\/em>, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n Mengenai perdebatan ini, pada kisaran abad kesembilan Hijriyah, Imam as-Sakhawi, salah satu murid Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, seorang pakar hadis terkemuka, menegaskan bahwa kalimat hubbul wathon minal iman<\/em> adalah sebuah hadis yang berstatus maudhu\u2019<\/em>.<\/p>\n\n\n\n Hadis maudhu\u2019<\/em> adalah hadis buatan. Artinya kalimat tersebut bukanlah ucapan Rasulullah Saw, namun merupakan kalimat yang dibuat-buat lalu dinisbatkan kepada Rasulullah Saw. dari keterangan ini dapat disimpulkan, pendapat yang mengatakan bahwa kalimat hubbul wathon minal iman<\/em> adalah sebuah hadis, merupakan pendapat yang tak mempunyai dasar dan tidak dapat dipertanggung jawabkan sanadnya.<\/p>\n\n\n\n Bahkan, ada sebagian kaum muslim lain yang menolak mentah-mentah segala pemahaman yang dianggap mirip dan berhubungan dengan kalimat ini. Ajaran tentang nasionalsime dan patriotisme yang secara substansi berbicara tentang mencintai tanah air dianggap sesat, tidak benar, dan sama sekali bukan merupakan ajaran Rasulullah Saw.<\/p>\n\n\n\n Pendapat ini mengatakan demikian karena seakan-akan hanya berpedoman pada status maudhu\u2019<\/em> dari hadis tersebut sehingga memahami bahwa mencintai tanah air bukan ajaran Rasulullah Saw.<\/p>\n\n\n\n Sekalipun Imam Akhawi berpendapat bahwa kalimat hubbul wathon minal iman<\/em> adalah sebuah hadis palsu, tetapi beliau tetap membenarkan kandungan maknanya, bahwa cinta tanah air merupakan bagian dari imam dan merupakan salah satu ajaran Rasulullah Saw.<\/p>\n\n\n\n Selanjutnya, pada kisaran abad 11 H. Imam Ismail bin Muhammad al-Aljuni, seorang pakar hadis terkemuka asal Syam juga membenarkan slogan hubbul wathon minal iman<\/em>. Kebenaran slogan ini dapat dipahami dari firman Allah mengenai penjelasan sikap orang-orang beriman dalam ayat berikut:<\/p>\n\n\n\n \u0648\u064e\u0645\u064e\u0627 \u0644\u064e\u0646\u064e\u0627\u0653 \u0623\u064e\u0644\u0651\u064e\u0627 \u0646\u064f\u0642\u064e\u0670\u062a\u0650\u0644\u064e \u0641\u0650\u064a \u0633\u064e\u0628\u0650\u064a\u0644\u0650 \u0671\u0644\u0644\u0651\u064e\u0647\u0650 \u0648\u064e\u0642\u064e\u062f\u06e1 \u0623\u064f\u062e\u06e1\u0631\u0650\u062c\u06e1\u0646\u064e\u0627 \u0645\u0650\u0646 \u062f\u0650\u064a\u064e\u0670\u0631\u0650\u0646\u064e\u0627<\/strong><\/p>\n\n\n\n \u201cApa yang membuat kami tidak berperang dijalan Allah sedangkan kami telah diusir dari tanah air kami<\/em>\u201d. (QS. Al-Baqarah: 246)<\/p>\n\n\n\n Dalam ayat tersebut jelas bahwa salah satu dari sifat-sifat orang mukmin adalah rela berkorban dan berperang demi membela tanah air yang menjadi rumahnya. Pengorbanan seperti ini merupakan bukti dari besarnya rasa cinta terhadap tanah airnya.<\/p>\n\n\n\n Pada kurun yang sama, Syaikh Ismail al-Haqqi seorang ulama ahli tafsir dari Turki juga berpendapat bahwa secara substansi hubbul wathon minal iman<\/em> merupakan ajaran Rasulullah Saw. kesimpulan ini muncul ketika memahami isyarat dari firman Allah Swt yang artinya<\/p>\n\n\n\n \u201cSesungguhnya Dzat yang telah mewajibkan kepadamu al-Qur\u2019an akan mengembalikanmu ke tempat kembali<\/em>\u201d. (QS. Al-Qashash: 85)<\/p>\n\n\n\n Selain keterangan di atas, ada beberapa dalil dan pendekatan yang menjadi dasar kebenaran hubbul wathon minal iman<\/em>.<\/p>\n\n\n\n Pendekatan pertama<\/em>, cinta tanah air adalah bagian dari mencintai Rasulullah Saw. Hal ini dikarenakan termasuk berusaha meniru akhlak beliau. Keimanan yang benar-benar sempurna adalah mencintai dan meniru Rasulullah Saw secara total tanpa pilih-pilih.<\/p>\n\n\n\n Dalam salah satu hadis riwayat Imam Bukhari disebutkan, \u201cTidak sempurna iman seseorang hingga aku lebih ia cintai dibanding orang tua dan anak-anaknya<\/em>\u201d. (HR. Bukhari)<\/p>\n\n\n\n Berkaitan dengan hadis tersebut, Syekh Qadhi \u2018Iyadh mengatakan, \u201cTermasuk penyempurna iman adalah mencintai seluruh hal yang dicintai oleh Rasulullah Saw, mengikuti seluruh perilakunya dan beretika dengan akhlak-akhlaknya<\/em>\u201d.<\/p>\n\n\n\n Maka sangatlah wajar apabila kemudian para sahabat Nabi Saw yang sangat mencintai Rasulullah Saw, menyerukan untuk mencintai tanah air. <\/p>\n\n\n\n Seperti sahabat Umar bin Khattab yang mengatakan, \u201cSeandainya tidak ada cinta tanah air, niscaya negeri yang hancur akan semakin terpuruk. Maka dengan cinta tanah air, negara-negara akan termakmurkan<\/em>\u201d.<\/p>\n\n\n\n Dalam catatan sejarah Indonesia, nasionalisme atau cinta tanah air memiliki kaitan dan keterikatan erat dengan kecintaan kepada Rasulullah Saw. Dulu di zaman penjajahan Belanda, lantunan pujian-pujian untuk baginda Nabi Saw selalu disandingkan dengan syair-syair bertemakan kebangsaan.<\/p>\n\n\n\n