Pecihitam.org – <\/strong>Apabila sepasang muslim dan muslimah sudah hidup berumah tangga, sikap romantis akan menjadi bumbu kehidupan. Tak jarang, romantisme itu diwujudkan dalam bentuk sentuhan, pelukan, dan ciuman. Kala sang suami hendak berangkat kerja, ciuman didaratkan di kening sebagai tanda sayang. Untuk menguatkan rasa kasih, genggaman tangan kadang lebih banyak berbicara. Tapi, bagaimana jadinya jika salah satu atau keduanya sudah berwudhu? Batalkah apabila suami istri bersentuhan setelah wudhu?<\/p>\n\n\n\n Persentuhan kulit laki-laki dewasa dengan perempuan dewasa tanpa penghalang dapat membatalkan wudhu. Ada sebuah hadits membahas ini yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar dari ayahnya sebagai berikut:<\/p>\n\n\n\n \u0642\u0628\u0644\u0629 \u0627\u0644\u0631\u062c\u0644 \u0627\u0645\u0631\u0623\u062a\u0647 \u0648\u062c\u0633\u0647 \u0628\u064a\u062f\u0647 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0645\u0644\u0627\u0645\u0633\u0629 \u0641\u0645\u0646 \u0642\u0628\u0644 \u0627\u0645\u0631\u0623\u062a\u0647 \u0623\u0648\u062c\u0633\u0647\u0627 \u0628\u064a\u062f\u0647 \u0641\u0639\u0644\u064a\u0647 \u0627\u0644\u0648\u0636\u0648\u0621 (\u0631\u0648\u0627\u0647 \u0645\u0627\u0644\u0643 \u0641\u0649 \u0627\u0644\u0645\u0648\u0637\u0623 \u0648\u0627\u0644\u0634\u0627\u0641\u0639\u0649 )<\/strong><\/p>\n\n\n\n Artinya: \u201cSentuhan tangan seorang laki-laki terhadap istrinya dan kecupannya termasuk pada bersentuhan (mulamasah). Barangsiapa mencium istrinya atau menyentuhnya dengan tangan, wajiblah atasnya berwudhu.\u201d (HR. Malik dalam Muwattha\u2019 dan as-Syafi\u2019i)<\/p>\n\n\n\n Hadits di atas menerangkan bahwa bersentuhan dengan istri itu membatalkan wudhu seperti halnya batalnya wudhu karena mencium istri sendiri. Ini berarti bersentuhan dengan istri tanpa penghalang baik sengaja ataupun tidak maka akan membatalkan wudhu. <\/p>\n\n\n\n Para ulama memiliki perbedaan pendapat jika yang bersentuhan tentang persentuhan adalah laki-laki dan perempuan yang tidak terikat hubungan mahram, dan bersentuhan dimaksud terjadi secara langsung, tanpa penghalang. Perbedaan ini, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid juz 1 halaman 29, berawal dari perbedaan dalam memahami makna \u201cal-lamsu\u201d dalam ayat sebagai berikut:<\/p>\n\n\n\n \u0623\u064e\u0648\u0652 \u0644\u064e\u0627\u0645\u064e\u0633\u0652\u062a\u064f\u0645\u064f \u0627\u0644\u0646\u0650\u0651\u0633\u064e\u0627\u0621\u064e \u0641\u064e\u0644\u064e\u0645\u0652 \u062a\u064e\u062c\u0650\u062f\u064f\u0648\u0627 \u0645\u064e\u0627\u0621\u064b \u0641\u064e\u062a\u064e\u064a\u064e\u0645\u064e\u0651\u0645\u064f\u0648\u0627 \u0635\u064e\u0639\u0650\u064a\u062f\u064b\u0627 \u0637\u064e\u064a\u0650\u0651\u0628\u064b\u0627<\/strong><\/p>\n\n\n\n Artinya: \u201cAtau kamu telah menyentuh perempuan, sedangkan kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan debu yang suci.\u201d (An Nisa: 43).<\/p>\n\n\n\n