PeciHitam.org<\/a> –<\/strong> Kehidupan manusia penuh dengan momentum yang harus diabadikan. Banyak orang yang mengabadikan momen berharga dengan berfoto.<\/p>\n Siapa yang tidak mengenal Selfi, <\/em>yang belakangan merebak bukan hanya kaum muda, tetapi juga menghinggapi kalangan tua. Kemudahan mengakses kamera yang tersemat dalam masing-masing handphone <\/em>menjadikan berfoto semudah membalikan telapak tangan.<\/p>\n Berfoto menjelma menjadi kewajiban <\/em>saat bertemu, berpisah, rapat, pertemuan keluarga, lamaran, perikahan dan momen berharga maupun tidak berharga selalu terdokumentasi dalam foto. Memerlukan penjelasan Hukum Berfoto dalam Islam agar berfoto tidak melanggar aturan syariat Islam.<\/p>\n Sebelum membahasa Hukum Berfoto dalam Islam perlu diketahui dasar dalil. Foto dalam bahasa Arab disebutkan dengan kata (\u0627\u0644\u0635\u0651\u064f\u0648\u064e\u0631\u064e) yang bermakna Gambar. Fungsi gambar pada masa Nabi Muhammad SAW tentu berbeda dengan gambar pada sekarang.<\/p>\n Istilah Gambar dan foto pada masa sekarang jelas mempunyai perbedaan. Akan tetapi berbeda pada masa Nabi yang hanya terdapat Gambar dengan goresan tangan manual. Bangunan konstruk hukum yang dibangun antar Gambar dan Foto dapat disamakan.<\/p>\n Qiyas <\/em>Hukum Berfoto dalam Islam disamakan dengan Hukum Gambar karena Qarinah <\/em>alasan Hukum yang menyamakan kata (\u0627\u0644\u0635\u0651\u064f\u0648\u064e\u0631\u064e) dengan foto atau gambar. Dalil tentang Gambar disebutkan dalam riwayat;<\/p>\n \u0625\u0646\u0651\u064e \u0627\u0644\u0651\u064e\u0630\u064a\u0646\u064e \u064a\u0635\u0646\u064e\u0639\u0648\u0646\u064e \u0647\u0630\u0650\u0647 \u0627\u0644\u0635\u0651\u064f\u0648\u064e\u0631\u064e \u064a\u0639\u0630\u0651\u064e\u0628\u0648\u0646\u064e \u064a\u0648\u0645\u064e \u0627\u0644\u0642\u064a\u0627\u0645\u0629\u0650 \u060c \u064a\u0642\u0627\u0644\u064f \u0644\u064e\u0647\u0645 : \u0623\u062d\u064a\u0648\u0627 \u0645\u0627 \u062e\u0644\u0642\u062a\u064f\u0645\u0652<\/strong><\/p>\n Artinya; \u201corang yang menggambar gambar-gambar ini (gambar makhluk bernyawa), akan diadzab di hari kiamat, dan akan dikatakan kepada mereka: \u2018hidupkanlah apa yang kalian buat ini\u2019\u201d (HR. Bukhari dan Muslim)<\/em><\/p>\n Bentuk ancaman dalam Hadits ini, yakni Rasulullah memperingatkan kepada para Pelukis akan dutuntut di akhirat. Tuntutan Allah SWT kepada para penggambar untuk menghidupkan lukisan mereka dengan memberi nyawa.<\/p>\n Dan Mustahil, penggambar mampu untuk menghidupkan gambar yang telah dibuat. Ketidak sukaan Allah kepada penggambar karena DIA tidak menyukai sifatnya dipakai oleh makhlukNya, yakni sifat Pencipta.<\/em><\/p>\n \u0625\u0646\u0651\u064e \u0623\u0634\u062f\u0651\u064e \u0627\u0644\u0646\u0651\u064e\u0627\u0633\u0650 \u0639\u0630\u0627\u0628\u064b\u0627 \u0639\u0646\u062f\u064e \u0627\u0644\u0644\u0651\u064e\u0647\u0650 \u064a\u0648\u0645\u064e \u0627\u0644\u0642\u064a\u0627\u0645\u0629\u0650 \u0627\u0644\u0645\u0635\u0648\u0651\u0650\u0631\u0648\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n Jika Qiyas <\/em>menggambar dan berfoto disamakan maka bunyi makna Hadits di atas kurang lebih akan menjadi;<\/p>\n Artinya; \u201cOrang yang paling keras adzabnya di hari kiamat, di sisi Allah, adalah tukang Foto (Gambar)\u201d (HR. Bukhari dan Muslim)<\/em><\/p>\n Harus tegaskan bahwa kesamaan Menggambar <\/em>dan berfoto <\/em>berasal dari Qiyas Lughawi <\/em>(analogi persamaan Bahasa). Bahasan Hukum menggambar disamakan dengan Hukum Berfoto dalam Islam perlu ditelisik dari segi Qarinah <\/em>alasan hukum dan \u2018illat <\/em>(landasan)nya.<\/p>\n Alasan keharaman menggambar pada masa awal-awal Islam diturunkan di Makkah, Rasulullah SAW mendapati masyarakat penyembah berhala dalam berbagai bentuk. Dalam bentuk Berhala Patung yang banyak ditemukan di Kakbah dan pintu-pintu masuk Masjidil Haram.<\/p>\n Tentu alasan Rasulullah SAW mengharamkan Patung berasal dari kejadian ini, untuk membedakan penyembah patung yakni orang Musyrik dan penyembah Allah adalah orang Islam. Berhala tidak hanya berbentuk Patung sebagaimana Latta, Uza, Manat, Hubal<\/a>, akan tetapi berbentuk gambar disembah.<\/p>\n Oleh karenanya, pembuat gambar atau pelukis pada masa Nabi adalah profesi yang meneruskan unsur kesyirikan yang sangat diperangi oleh Islam. Pelukis dan pematung adalah penyedia fasilitas untuk berbuat Syirik kepada Allah SWT.<\/p>\n Jenis-jenis gambar yang menjadi sesembahan orang-orang Musyrik biasanya terpatri di Dinding atau benda lainnya.<\/p>\nFoto dan Dalil Haram Menggambar<\/strong><\/h2>\n
\n
\n
Jenis Gambar\/Foto dalam Kerangka Hukum Islam<\/strong><\/h2>\n