Pecihitam.org<\/strong> – Para Ulama dan Kyai sering mengajarkan apa itu toleransi beragama dan sosial. Nilai dan<\/a> pondasi toleransi<\/a><\/strong> mengajarkan bahwa kita harus bisa saling memahami dengan segala keberagaman, baik keyakinan, tradisi, ataupun yang lainnya. Secara tidak langsung dengan saling sikap toleransi beragama, para kyai itu mengajarkan kepada santri dan masyarakat untuk mempertahankan NKRI. Karena sesungguhnya NKRI adalah milik bersama bangsa Indonesia bukan milik satu golongan tertentu saja.<\/p>\n\n\n\n KH. Ahmad Shiddiq Jember, adalah salah satu Kyai Kharismatik di Jawa Timur. Pemahaman tentang keislaman membuat Islam bermuka ramah, tidak angker, keras, bahkan mencekam. Tidak seperti para intoleransi dan ekstrimis<\/a><\/strong> yang terlalu dangkal dalam memahami agama sehingga tertutup hatinya. Sebagaimana yang dikisahkan oleh KH. M. Taqiyuddin Alawy Malang saat pengajian rutinnya. Bahwa KH Ahmad Shiddiq terkenal dengan keramahannya. Suatu ketika ada seseorang non muslim meninggal dunia, ia beragama Kristen sesuai dengan identitas di KTPnya. Karena statusnya kristen sehingga mengharuskan pelaksanaan pemakamannya dilakukan dengan cara agama yang dianutnya. Diluar dugaan, ibunya ternyata dikenal sebagai Muslim taat, yang mendapat kabar tentang kematian anaknya langsung datang ke rumah duka. Seketika itu pula, mengetahui anaknya diproses secara demikian, ibunya meminta acara pemakaman itu dibubarkan sambil mengatakan \u201cAku tidak ridho anakku diperlakukan seperti ini. Sejak kecil ia aku didik sebagai Muslim yang taat. Bubarkan.!\u201d. Modin setempat pun dipanggil untuk mengurus proses pemkaman anak ibu itu. <\/p>\n\n\n\n Perdebatan kembali terjadi karena pak Modin mempersoalkan status keagamaan di KTP si mayit tersebut. Akhirnya pak Modin, showan ke KH Ahmad Shiddiq. \u201cPak Kyai, ini ada seorang ibu ngeyel minta anakanya yang meninggal diurus secara aturan Islam, padahal anak itu beragama kristen. Bagaimana pak Kyai?\u201d Kata pak Modin. Dengan tenang Kyai Shiddiq menjawab \u201cYa sudah turuti saja\u201d. Pak Modin semakin bingung, \u201cLoh kok begitu pak Kyai, dia kan bukan Muslim?\u201d Kyai Shiddiq membalas, \u201cKamu itu tidak tahu siapa sesungguhnya si mayat itu. Bisa jadi status di KTPnya itu sebagai bentuk penghormatan kepada istrinya yang non Muslim. Kamu pun tidak mengetahui apakah dia masih beriman atau tidak. Lakukan saja sesuai permintaan ibunya\u201d.<\/p>\n\n\n\n Pak Modin pun melaksanakan titah pak Kyai itu. Kenyataanya, kata masyarakat, meskipun si mayat status kegamaan di KTPnya itu beragama Kristen, mereka memang tidak pernah menjumpai si mayat itu pergi ke gereja setiap minggunya. <\/p>\n\n\n\n Kyai Siroj Payaman Magelang dulu juga mengalami hal yang hampir sama dengan KH Ahmad Shiddiq, beliau pernah menyalatkan jenazah orang yang beragama Nasrani. Kyai Siroj adalah seorang ulama besar yg berasal dari Payaman,Secang,Magelang. Beliau satu generasi dengan Kyai Chudlori Tegalrejo, Magelang (Gurunya Gus Dur) dan Kyai Dalhar Watucongol Muntilan Magelang. Kyai Siroj juga pendiri pondok pesantren Sirojul Mukhlasin,Payaman,Secang,Magelang. Beliau wafat sekitar tahun 80an. Suatu hari,ada orang Tionghoa,yang beragama Nasrani datang kepada kyai Siroj. Orang Tionghoa itu meminta agar Kyai Siroj berkenan menyalatkan jenazah bapaknya yang baru saja meninggal. Padahal bapaknya yang meninggal itu juga beragama Nasrani. Dalam hukum Islam, sholat jenazah<\/a><\/strong> hanya untuk orang meninggal yang beragama Islam. Tanpa dinyana, Kyai Siroj mengiyakan permintaan orang Nasrani tadi, dan bahkan membawa beberapa santrinya untuk turut serta menyalatkan jenazah bapaknya.<\/p>\n\n\n\n Kyai Siroj hanya meminta disediakan tempat khusus dan waktu menyalatkannya sekitar jam satu siang. Betapa bahagianya hati orang Tionghoa tadi karena Kyai Siroj berkenan menyalatkan jenazah bapaknya. Maka ,dia pun pulang dan mengabarkan berita baik itu kepada keluarganya.<\/p>\n\n\n\n Jam satu siang, Kyai Siroj datang bersama beberapa santrinya dan langsung shalat di depan jenazah orang Nasrani tadi. Lazimnya sholat jenazah itu tanpa pakai rukuk dan sujud,, tapi \u201csholat jenazahnya\u201d kyai Siroj kali ini pakai ruku\u2019 dan sujud, seperti layaknya sholat biasa .Selesai\u201dsholat jenazah\u201d ,kyai Siroj berdoa dan para santri mengamininya.<\/p>\n\n\n\n Setelah selesai \u201cmensholati jenazah\u201d kyai Siroj dijamu oleh tuan rumah. Selama perjamuan, tak henti-hentinya pihak keluarga mengucapkan banyak terima kasih. Namun ada pihak keluarga yang tau kejanggalan sholat jenazah tadi. Maka orang itupun bertanya, \u201dmaaf kyai boleh saya bertanya?\u201d \u201coh boleh, mau nanya apa?\u201d jawab kyai siroj.<\/p>\n\n\n\n \u201cWalaupun saya Nasrani, tapi saya tau kalo sholat jenazah itu gak pake ruku\u2019 dan sujud, tapi tadi saya lihat, pak kyai kok shalat jenazahnya pake ruku\u2019 dan sujud?\u201d. \u201cOalah..itu to\u2026?? Lha bapakmu kan Nasrani, Kristen, jadi gak pernah sholat kan?\u201d. \u201cLha iya pak kyai\u201d \u201cberhubung seumur hidup bapakmu gak pernah sholat, maka sholat jenazahnya harus lengkap, pake ruku\u2019 sujud, beda sama muslim yg udah sering sholat, sholat jenazahnya cukup berdiri, gak pake ruku\u2019 dan sujud.\u201c Jelas Kyai Siroj. \u201cOoh begitu yaaa,,,,yasudah terima kasih banyak pak kyai\u201d
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\nToleransi Beragama Kyai Siroj Payaman<\/strong>
<\/h3>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n
<\/p>\n\n\n\n