Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Syawal merupakan bulan ke-10 dalam dalam penanggalan hijriyah dan penanggalan Jawa. Syawal juga salah satu bulan yang dianjurkan melakukan puasa enam hari setelah Idul Fitri. Namun tahukah kamu bagaimana sejarah asal mulanya penamaan bulan syawal? Berikut ulasan lengkapnya.<\/p>\n\n\n\n Menurut Ibnu Manzur<\/a><\/strong> dalam Lisanul Arab yang mengutip beberapa pendapat ahli bahasa mengungkapkan alasan penamaan bulan hijriah yang jatuh setelah Ramadhan tersebut disebut dengan Syawal.<\/p>\n\n\n\n Menurut pendapat ini, kata Syawal berasal dari bahasa Arab syawwala yang berarti \u2018menjadi sedikit. Konon, dalam sejarah Arab dahulu, pada musim bulan Syawal tersebut susu unta betina hanya keluar sedikit. Orang-orang Arab, menamakan fenomena tersebut dengan istilah tasywil laban al<\/em>-ibil, kondisi susu unta yang menjadi sedikit (susu unta atau perbekalan). <\/p>\n\n\n\n Selain itu, ada juga ahli bahasa yang berpendapat bahwa kata Syawal berkaitan dengan fenomena orang Arab Jahiliah yang enggan menikah pada bulan tersebut. Mereka beranggapan bahwa menikah pada bulan Syawal dapat membuat sial pasangan pengantin.<\/p>\n\n\n\n Fenomena enggan menikah ini kemudian dikaitkan oleh orang Arab pada masa itu dengan perilaku unta betina yang enggan dikawini jantannya. Saat unta jantan hendak mengawininya, unta betina menolak sambil menggerakkan ekornya. Dalam bahasa Arab, unta betina yang menggerak-gerakkan ekor sebagai tanda penolakan itu disebut syala bi dzanabiha<\/em>.<\/p>\n\n\n\n Mitos larangan menikah pada bulan Syawal dalam tradisi Jahiliah ini lantas ditentang oleh Nabi Muhammad saw. Beliau sendiri menikahi beberapa istrinya pada bulan Syawal. Paling tidak ada tiga istri Nabi yang dinikahi pada bulan Syawal.<\/p>\n\n\n\n Menurut beberapa riwayat, setelah wafatnya Sayyidah Khadijah ra., ada dua wanita yang dinikahi Nabi Saw, yatu Aisyah dan Saudah. Dan ternyata, keduanya dinikahi Nabi pada bulan yang sama, yaitu Syawal. <\/p>\n\n\n\n Hanya saja, karena Aisyah waktu itu masih berusia cukup belia yaitu enam tahun, Nabi Saw memilih untuk tinggal bersama Saudah terlebih dahulu selama tiga tahun. <\/p>\n\n\n\n Setelah Aisyah tumbuh dewasa, baru Nabi membangun jalinan rumah tangga bersamanya, tepatnya pada saat usia Aisyah sembilan tahun. Itupun bukan atas kemauan Nabi sendiri, namun atas pertimbangan matang dari Saudah.<\/p>\n\n\n\n Namun, Al-Waqidi berpendapat sedikit berbeda. Menurutnya setelah Khadijah wafat, Saudahlah orang yang pertama kali dinikahi Nabi, baru kemudian Aisyah. Saudah dinikahi pada bulan Ramadhan<\/strong><\/a>, sedangkan Aisyah dinikahi bulan Syawal, dua tahun sebelum hijrah Nabi ke Madinah.<\/p>\n\n\n\n Selain kedua wanita diatas, ada satu lagi yang dinikahi pada bulan Syawal, yaitu Ummu Salamah. Nama aslinya adalah Hani binti Abu Umayah. Ummu Slamah adalah janda beranak empat dari saudara sepersusuan Nabi, Abu Salamah bin Abil Asad. <\/p>\n\n\n\n Saat perang Uhud, Abu Salamah ikut perang bersama Sahabat Nabi lainnya. Namun nahas, ia terkena panah dan terluka parah. Sempat sembuh dari lukanya, namun akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada bulan Jumadil Akhir 4 Hijriyah.<\/p>\n\n\n\nSejarah Penamaan Bulan Syawal<\/strong><\/h2>\n\n\n\n
Pernikahan Nabi di Bulan Syawal<\/strong><\/h2>\n\n\n\n