“Ilmu Ulama seperti setetes dari samudera ilmu wali Allah, ilmu seorang Wali seperti setetes dari samudera Ilmu Para Sahabat ra, Ilmu Sahabat seperti setetes dari Ilmu Nabi Saw, dan ilmu Nabi Saw hanya setetes dari Samudera Ilmu Allah Azza wa Jalla.”<\/em><\/p><\/blockquote>\n\n\n\n
Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Dewasa ini tidak sedikit yang salah paham dengan tasawuf bahkan tidak sedikit yang alergi. Dari yang mengatakan bahwa tasawuf itu tidak perlu hingga tuduhan sufi itu sesat. Dilain sisi ada pula yang merasa bertasawuf namun sejatinya belum sama sekali.<\/p>\n\n\n\n
Tasawuf pada masa Nabi saw, adalah realita tanpa nama, sedangkan tasawuf saat ini, adalah nama tanpa realita. Kecuali hanya sedikit yang menjalankan realitanya dalam bimbingan Mursyid yang Sejati.<\/p>\n\n\n\n
Tasawuf bukanlah membaca buku-buku Tasawuf dan mengkaji dari berbagai teori tasawuf seperti Ibnu Arabi<\/a><\/strong>, Asy Syadzili, Al Qodiri, Maulana Jalaluddin Rumi<\/a><\/strong> seperti banyak kajian tasawuf diberbagai kampus saat ini. Karena itu berarti sekedar mengenal tasawuf bukan bertasawuf.<\/p>\n\n\n\n
Sungguh sangat berbeda jauh antara mempelajari buku atau hadir dalam ceramah tasawuf dan bertasawuf yang sesungguhnya. Dampak dan pemahamannya bagai setetes air dibanding samudera.<\/p>\n\n\n\n
Bertasawuf merupakan hubungan antara Guru dan Murid. Bertasawuf adalah melaksanakan dzikir yang diberikan Syaikhnya dan mengambil Mursyid<\/a><\/strong> dengan berbaiat. Bertasawuf adalah bersama para guru dalam suhbah (jamaah asosiasi) yang juga merupakan Wali Allah. Dengan demikian maka ia akan mendapatkan ilmu sekaligus Hikmah.<\/p>\n\n\n\n
Hikmah hanya bisa didapatkan dari mendengarkan langsung dan bersama Wali Allah, sedangkan ilmu hanya berasal dari guru biasa, ustad biasa, ulama buku-buku, ulama Awroq. Sementara bertasawuf adalah mengenal dan mencicipi manisnya spiritual bersama Ulama Azwaq, Ulama Rasa.<\/p>\n\n\n\n
Karena ilmu yang kita pelajari dengan ego dan nafsu terkadang membebani, sementara Hikmah tak dapat terlupa dan menguatkan. Nabi SAW bersabda, \u201cYang menghancurkan ilmu adalah LUPA\u201d<\/strong><\/em> Kita terlupa seiring dengan bertambahnya umur kita dan menjadi semakin tua.<\/p>\n\n\n\n
Ada dua macam ilmu. Ilmu Awroq (tulisan) dan Ilmu Azwaq (Rasa).<\/p>\n\n\n\n
Hikmah berasal dari rasa, pertemuan langsung dengan Wali Allah, mendengar nasehat dan bimbingannya. Ketika kita mendengar seorang Kekasih Allah berbicara, maka ilmu rasa yang ditransfer langsung kedalam kalbu kita.<\/p>\n\n\n\n
Itu sebabnya Umar bin Khattab ra ketika awalnya berencana membunuh Nabi Saw dan ketika berhadapan langsung dengan Nabi Muhammad Saw, hatinya tersentuh dan ia masuk islam. Inilah ilmu Rasa yang ditransfer melalui tatapan mata, melalui pertemuan langsung, dimana mereka merubah benci menjadi cinta.<\/p>\n\n\n\n
Namun sayang hanya sedikit dari kita yang berusaha mencari Kekasih Allah. Bahkan ada yang ketika mendengar nama seorang disebutkan bahwa dia adalah salah satu Wali Allah, terkadang mereka malah tidak percaya.<\/p>\n\n\n\n
Ilmu Ulama seperti setetes dari samudera ilmu wali Allah, ilmu seorang Wali seperti setetes dari samudera Ilmu Para Sahabat ra, Ilmu Sahabat seperti setetes dari Ilmu Nabi saw, dan ilmu Nabi Saw hanya setetes dari Samudera Ilmu Allah Azza wa Jalla.<\/p>\n\n\n\n
Ada dua jenis ilmu, Ilmu yang berasal dari ucapan ulama biasa dan Ilmu yang sejati ditransfer dari hati ke hati oleh seorang Wali Allah. Ketika kita mendengar ceramah terkadang ego memberontak, karena berasal dari luar. <\/p>\n\n\n\n
Ilmu Wali Allah bekerja dengan dua cara, dari luar dan dari dalam, dari luar berupa ucapan, dari dalam berupa ilham ilahiah yang dimasukkan kehati setiap muridnya. Dan ketika murid melakukannya ia merasakan hal itu dari inspirasinya sendiri sehingga ia ikhlas melakukannya tanpa beban sedikitpun. Itulah cara kerja Wali Allah dalam membersihkan dan membenahi para muridnya.<\/p>\n\n\n\n
Tasawuf adalah Ilmu Rasa, Pengalaman dengan terjun langsung. Seorang siswa kedokteran ahli bedah, tidak mungkin bisa menjadi ahli bedah hanya dengan membaca buku-buku tentang ilmu bedah. Ini sama seperti orang yang menulis tentang mabuk namun ia sendiri belum pernah merasakan mabuk.<\/p>\n\n\n\n
Seorang ahli bedah haruslah telah menjalani praktek bedah, latihan dengan langsung membedah dibawah bimbingan dokter ahli bedah sesungguhnya yang ahli dan telah berkali-kali membedah manusia.<\/p>\n\n\n\n
Demikianlah Wali Allah yang telah berkali-kali membedah Ego dan Nafsu untuk dapat dikendalikan dari Nafsu Amarah menjadi Nafs Muthmainnah.<\/p>\n\n\n\n
Dewasa ini ada banyak yang bergelar Profesor, DR, MA, Ulama, Ustadz yang mendalami tasawuf dan mengajar tasawuf, namun ketika ditanya siapa Mursyidnya, mereka mengatakan tidak memiliki mursyid. <\/p>\n\n\n\n
Artinya bagaimana seorang penulis tentang jantung bicara tentang membedah jantung padahal dia bukan dokter ahli jantung, padahal dia belum pernah melakukan pembedahan?<\/p>\n\n\n\n
Maka bagaimana seorang yang belum pernah memiliki Mursyid bicara tentang tasawuf padahal dia belum bertasawuf?<\/p>\n\n\n\n
Tasawuf adalah pengalaman rasa, bukan ilmu tulisan, bukan ilmu buku-buku. Tasawuf adalah Ilmu Azwaq (Ilmu Rasa) bukan ilmu Awroq, Ilmu tulisan.<\/p>\n\n\n\n
Ada begitu banyak sufi palsu, ada begitu banyak Guru sufi palsu yang hanya menjelekkan citra sufi. Secara syariah mereka tidak mengerjakan Syariah yang benar, secara sunah mereka juga menjauhi sunah.<\/p>\n\n\n\n