Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":61348,"date":"2020-07-16T09:15:26","date_gmt":"2020-07-16T02:15:26","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=61348"},"modified":"2020-07-16T09:15:28","modified_gmt":"2020-07-16T02:15:28","slug":"inilah-yang-bisa-disebut-sebagai-ulama","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/pecihitam.org\/inilah-yang-bisa-disebut-sebagai-ulama\/","title":{"rendered":"Bukan Sembarangan, Inilah yang Bisa Disebut Sebagai Ulama"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Dewasa ini tidak sedikit orang yang mengaku-ngaku atau menyebut dirinya sebagai ulama. Hal ini dikarenakan ia merasa punya ilmu meskipun sebetulnya tidak berkompeten sama sekali. Padahal tidak semua orrang yang memiliki ilmu itu bisa disebut ulama. Mengapa demikian?<\/p>\n\n\n\n

Pengertian Ulama<\/strong><\/h2>\n\n\n\n

Secara bahasa, kata ulama merupakan jama\u2019 dari \u2018alim, artinya orang yang berilmu, yang terambil dari akar kata yang berarti \u201cmengetahui secara jelas\u201d.<\/p>\n\n\n\n

Sedangkan menurut Prof. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah, secara terminologi, ulama bukan hanya mereka yang mendalami ilmu agama saja melainkan siapapun yang memiliki ilmu di bidangnya. Dengan demikian, siapapun yang memiliki pengetahuan dan dalam disiplin apapun pengetahuan tersebut, maka ia dapat disebut \u201calim\u201d.<\/p>\n\n\n\n

Pengetahuan yang dimiliki inilah kemudian menghasilkan \u201ckhasyat\u201d. Menurut Imam Ar-Raghib al-Ashfihani<\/a><\/strong>, \u201cKhasyat\u201d adalah suatu rasa takut yang disertai penghormatan yang lahir akibat pengetahuan tentang objek. <\/p>\n\n\n\n

Sedangkan menurut Hasan al-Bashri<\/a>,<\/strong> sebagaimana dikutip oleh Syekh Ahmad Musthafa al-Maraghi dalam tafsirnya, menjelaskan apabila orang yang berilmu (\u2018alim) yaitu orang yang takut kepada Allah yang Maha Pengasih, dan menyukai apa yang disukai oleh Allah dan menghindari apa yang dimurkai Allah.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian Rasulullah Shallallahu \u2018alaihi wasallam pernah menjelaskan dalam sabdanya bahwa ulama adalah pewaris para Nabi (al-\u2018ulama waratsatul anbiya). Para nabi tidak mewariskan harta, hanya ilmu.<\/p>\n\n\n\n

Di dalam masyarakat, juga ada beberapa istilah yang berkembang sesuai dengan konteks lokal untuk menyebut ulama. Di Jawa, disebut kiai. Di Sunda, disebut Ajengan. Di Nusa Tenggara Barat disebut dengan istilah Tuan Guru, di Aceh disebut dengan Tengku, di Bugis disebut dengan istilah Gurutta, dan sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Dahulu ketika Walisongo masih hidup, para ulama disebut Sunan\/Susuhunan. Generasi berikutnya ada yang menggunakan nama \u201cKi Ageng” dan \u201cKi Gede\u201d. Generasi setelahnya akhirnya hanya menggunakan nama \u201ckiai\u201d yang sebelumnya hanya dipakai menyebut nama benda-benda yang dihormati.<\/p>\n\n\n\n

Ada juga beberapa istilah yang seringkali saling bertabrakan di masyarakat. Yaitu, muballigh, da\u2019i, dan ulama.<\/p>\n\n\n\n